Menjawab Tantangan Zaman, Santri Milenial Harus Miliki Empat Kemampuan Ini

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
AHMAD Syauqi, S.Hum., M.Si., salah satu dosen agama UNAIR (Foto : istimewa)

UNAIR NEWS – Santri pada umumnya didefinisikan sebagai seseorang yang belajar di pesantren mengenai ilmu agama, tauhid, fiqih, tasawuf, dan akhlak. Namun, definisi itu kini telah mengalami perluasan makna yang mengartikan santri tidak hanya terbatas pada definisi itu. Melainkan santri ialah seorang muslim yang ikut dan patuh terhadap dawuhnya kyai dan memiliki semangat yang sama layakya santri. Di era sekarang ini, juga muncul istilah santri milenial.

Salah satu dosen agama Universitas Airlangga (UNAIR), Ahmad Syauqi, S.Hum., M.Si., menjelaskan bahwa santri milenial adalah santri yang hidup di era milenial yang serba cepat, praktis, dan terkoneksi dengan dunia internet. Menurutnya, di era revolusi industri saat ini santri milenial harus mampu ikut andil dalam perkembangan zaman demi kemajuan peradaban.

Perkembangan dunia internet menurut pembina Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) UNAIR itu menjadi salah satu tantangan besar bagi santri milenial. Hal itu dikarenakan banyaknya golongan yang bermunculan di sosial media dengan berbagai dalil yang seolah-olah mereka memahami islam tetapi belum jelas sanad keilmuan yang dimilikinya dan mampu melakukan marketing agama semenarik mungkin untuk menarik masyarakat.

“Banyak orang yang tertarik hijrah karena skill marketing golongan tersebut. Hal itu dikhawatirkan akan membawa masyarakat pada ilmu yang radikal dan intoleran. Selain itu sanad keilmuannya juga belum diketahui jelas,” terangnya.

Untuk menjawab tantangan tersebut, Gus Syauqi, sapaan akrabnya menjelaskan bahwa santri milenial harus memilki empat kemampuan utama. Di antaranya, skill manajerial, organisasi, menulis atau jurnalistik, dan berbicara atau public speaking yang baik. Selain itu, Gus Syauqi juga menerangkan bahwa santri milenial harus mampu memanfaatkan kemajuan revolusi industry 4.0 untuk menciptakan semangat kreatif dan inofatif dalam menyebarkan dakwah.

“Dengan bahan dasar ilmu agama dari kyai yang jelas sanad ilmunya dan dibekali skill tersebut, santri milenial harus melek media untuk menularkan ilmunya dan mengajarkan islam yang berkarakteristik moderat, tasamuh (toleran), adil, seimbang antara akal dan nash Al-Qur’an Hadist, dan sesuai dengan ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah (ASWAJA),” jelasnya.

Selain itu, Gus Syauqi juga berpesan kepada seluruh santri Indonesia untuk tetap mempertahankan jiwa ruh ikhlas. “Meskipun sudah berada di dunia yang serba canggih, jangan lupakan bahwa ruh dari semua amal yaitu keikhlasan. Ikhlas dapat menjadikan hidup kita lebih mudah dan menumbuhkan jiwa tanggung jawab pada amanah yang sedang kita perjuangakan atau jalani,” tutupnya.

Penulis : Nikmatus Sholikhah

Editor  : Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).