Perusahaan Mesti Fasilitasi Konseling Karyawan untuk Kurangi Stres

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi konseling. (Sumber: Hello Sehat)

Teknisi pesawat terbang memiliki peran penting dalam industri perbaikan dan perawatan pesawat. Karena itu, kesehatan para teknisi pesawat sangat penting. Salah satu masalah kesehatan yang dialami oleh teknisi pesawat adalah stres kerja, ini karena teknisi pesawat memiliki tuntutan pekerjaan yang tinggi dalam hal kecepatan dan ketepatan dalam menyelesaikan tugas. Pekerjaan perawatan pesawat membutuhkan individu yang kompeten dalam pengetahuan, keterampilan, dan perilaku karena melibatkan keselamatan banyak orang.

Masa kerja pekerja serta dukungan sosial rekan kerja dan atasan dalam menyelesaikan tugas memungkinkan munculnya tekanan pekerjaan pada tenaga kerja yang bersangkutan. Lingkungan kerja yang kurang ramah seperti paparan kebisingan, getaran, dan panas yang tinggi juga memungkinkan munculnya stres kerja.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan terhadap 16 pekerja, diperoleh informasi bahwa lebih dari 90% pekerja pernah mengalami stres kerja. Stres kerja yang dialami oleh mayoritas berhubungan dengan pekerjaan dan lingkungan kerja. Faktor stres kerja meliputi tuntutan pekerjaan yang tinggi, akurasi dan kecepatan dalam menyelesaikan tugas, serta lingkungan yang tidak bekerja dengan nyaman seperti kebisingan dan suhu yang ekstrem. Selain itu, ada juga faktor lain yaitu adanya masalah keluarga dan hubungan antara pekerja dan atasan yang rendah.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif cross-sectional untuk mengidentifikasi dan menganalisis hubungan antara masa kerja, dukungan sosial rekan kerja dan atasan dengan stres kerja. Data primer diperoleh dengan observasi dan mengisi kuesioner. Data sekunder terdiri dari profil perusahaan dan jumlah tenaga kerja dari catatan perusahaan. Populasi penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja perawatan pesawat di perusahaan penerbangan dengan sampel yang digunakan adalah 40 pekerja.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 31 orang atau 75,6% pekerja memiliki masa kerja kurang dari lima tahun. Sebanyak 35 orang atau 85,4% dari angkatan kerja memiliki dukungan sosial rekan kerja dan atasan yang termasuk dalam kategori tinggi. Sebanyak 25 orang atau 61% pekerja memiliki tingkat stres kerja yang termasuk dalam kategori sedang. Selain itu, ditemukan bahwa mayoritas pekerja mengalami tekanan pekerjaan sedang, ini karena beban kerja yang dirasakan cukup berat.

Ada juga faktor-faktor yang berkaitan dengan durasi kerja, shift kerja dengan jam kerja yang masih melebihi batas yang ditentukan oleh undang-undang, dan lingkungan kerja di mana pekerja bekerja pada kondisi lingkungan yang memiliki bahaya fisik seperti kebisingan, getaran, dan panas yang disebabkan oleh paparan terhadap matahari, sehingga dapat memberikan tekanan dan memicu stres.

Hasil penelitian yang dianalisis dengan uji Chi-Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan masa kerja dengan stres kerja (r = 0,000) pada pekerja perusahaan bagian perawatan pesawat, artinya semakin lama masa kerja semakin rendah stres kerja. Masa kerja memiliki pengaruh penting dalam memicu munculnya stres kerja. Hal ini disebabkan kemungkinan pekerja dengan masa kerja yang lebih lama cenderung memiliki kemampuan dan pemahaman yang lebih baik dalam melakukan pekerjaannya dibandingkan dengan pekerja yang masa kerjanya singkat sehingga dapat memicu stres kerja.

Penelitian pada tahun 2017 dengan judul hubungan antara masa kerja dengan stres kerja pada bagian tenaga kerja di PT Iskandar Indah Printing Textile Surakarta yang menunjukkan ada hubungan antara masa kerja dengan stres kerja (0,012). Kemudian juga terdapat hubungan antara dukungan sosial rekan kerja dan atasan dengan stres kerja (r = 0,160), dari hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengalami banyak keluhan stres kerja adalah responden dengan dukungan sosial yang buruk dengan proporsi terbesar mengalami stres kerja yang sangat berat. Ini menunjukkan bahwa dukungan sosial yang buruk akan dapat mempengaruhi munculnya stres kerja.

Begitu sebaliknya lebih banyak dukungan sosial rekan kerja dan atasan akan dapat mengurangi stres kerja. Hal ini diperkuat oleh penelitian Hubungan Antara Dukungan Sosial dan Stres Kerja pada Karyawan Solopos, yang menyimpulkan bahwa ada hubungan negatif yang menggambarkan dukungan sosial yang lebih tinggi menyebabkan semakin rendahnya stres kerja pada karyawan Solopos.

Teori Cooper menyatakan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan stres kerja adalah dukungan sosial yang buruk. Semakin baik dukungan sosial yang diterima, semakin rendah risiko stres kerja yang akan muncul. Penelitian pada tahun 2018 dengan judul hubungan antara dukungan sosial dan stres kerja pada karyawan Pelabuhan yang mengindikasikan ada hubungan antara dukungan sosial dengan stres kerja.

Maka dari itu, diharapkan perusahaan untuk terus memantau dan memberikan fasilitas konseling kepada para pekerja untuk mengetahui masalah apa saja yang dialami baik di tempat kerja maupun di luar pekerjaan agar dapat mengurangi stres, sehingga dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas kerja serta target perusahaan dapat tercapai. (*)

Penulis: Abdul Rohim Tualeka

Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada tulisan kami di:https://medic.upm.edu.my/our_journal/malaysian_journal_of_medicine_and_health_sciences_mjmhs/mjmhs_vol15_supplement_3_august_2019-51211

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).