UNAIR NEWS – Fakultas Keperawatan (FKp) dan Pusat Inovasi Pembelajaran dan Sertifikasi (PIPS) Universitas Airlangga (UNAIR) mendapatkan hibah untuk mengembangkan inovasi pembelajaran dan modul digital oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Perguruan Tinggi (Kemristekdikti).
Penerimaan hibah tersebut diumumkan saat Bimbingan Teknis Penyusunan Konten Mata Kuliah Inovasi Pembelajaran Digital dan Inovasi Modul Digital oleh Kemristekdikti yang dilaksanakan pada Kamis (3/10/2019) hingga Sabtu (5/10/2019).
Terdapat tiga anggota tim yang mengikuti kegiatan tersebut. Yaitu, Setho Hadisuyatmana, S.Kep., Ns., M.NS (CommHlh&PC) atau Setho dan Sylvia Dwi Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep atau Sylvia dari Fkp. Serta , Sulih Priyono, M.MT atau Sulih dari PIPS.
“Berangkat dari penawaran hibah Kemristekdikti tentang pembuatan konten digital untuk pembelajaran, bidang keperawatan dan pariwisata diminta untuk mengembangkan konten tersebut. Namun, dari empat proposal yang kami ajukan hanya satu yang diterima yaitu proposal dari Pak Setho,” jelas Sulih.
Proposal tersebut adalah terkait pengembangan konten digital pada mata kuliah keperawatan komunitas dua. Dengan diterimanya hibah, materi pada mata kuliah tersebut akan dikonversi menjadi format digital seperti video materi dari dosen, pre test dan post test online yang dapat diakses kapan saja dan dimana saja oleh mahasiswa.
“Bentuk kerja sama antara PIPS dan FKp nanti, kami dari PIPS akan memfasilitasi untuk mengemas dan mendigitalisasikan materi mata kuliah tersebut. Yaitu berupa video materi, pre test dan post test online di Aula UNAIR ,” terangnya.
Selaras dengan Sulih, Setho menjelaskan bahwa setidaknya terdapat 12 materi tatap muka pada mata kuliah asuhan keperawatan dua yang akan didigitalkan. Dengan begitu, metode pembelajaran ceramah di kelas dapat mulai beralih menjadi diskusi di dalam kelas karena sebelumnya mahasiswa sudah belajar dari modul digital yang disediakan di Aula tersebut.
Menurut Setho, saat ini UNAIR sudah bergerak menuju ke model perkuliahan digital dimana dosen tidak harus ada di kelas tapi mahasiswa bisa belajar dari mana saja tidak terbatas ruang dan waktu. Untuk itu perlu modul perkuliahan selama satu semester dalam bentuk digital.
“Kesempatan ini (mendapat hibah dari Kemristekdikti, Red) kami tangkap jadi suatu percontohan yang jika sukses dapat diterapkan pada mata kuliah lain di seluruh UNAIR. Kami memanfaatkan momentum ini untuk menjadi pioneer,” ucap Setho.
Proses pembuatan modul digital tersebut dijadwalkan selesai pada Sabtu (2/11/2019) sesuai dengan jadwal dari Kemristekdikti. Keluaran dari modul digital tersebut nantinya adalah dapat diaplikasikan untuk pembelajaran di FKp UNAIR dan disetorkan sebagai materi percontohan di tingkat nasional yaitu di web Kemristekdikti. “Kehormatan kami adalah materi kami diakui nantinya secara nasional,” lanjutnya.
Ke depannya diharapkan semakin banyak mata kuliah yang dikonversi menjadi bentuk digital. Sehingga dapat diakses oleh mahasiswa secara massif, efektif, efisien, dan dapat akses kapan dan dimana saja. Selain itu, juga untuk mengabadikan konten dari seseorang yang memiliki keahlian.
“Setiap dosen memiliki skill dan kemampuan masing-masing. Apabila skill dan kemampuan tersebut diabadikan dalam bentuk digital, maka ketika dosen tersebut pensiun mahasiswa tidak akan kesulitan untuk mendapatkan informasi materi dari dosen tersebut,” pungkas Setho. (*)
Penulis : Galuh Mega Kurnia
Editor : Binti Q. Masruroh