Metode Baru Teliti Obat Penyembuhan Luka dengan Jaringan Keras dan Lunak

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Saat ini banyak penelitian menggunakan hewan untuk memeriksa penyembuhan luka. Penelitian umumnya menggunakan hewan coba seperti tikus, anjing, kelinci, bahkan monyet. Penelitian pada hewan coba yang paling sering digunakan untuk menemukan obat baru untuk penyembuhan luka adalah kelinci dan tikus karena mudah didapatkan dan harga yang terjangkau.

Di bidang kedokteran gigi, pencabutan gigi adalah hal yang sangat sering dilakukan. Luka cabut umumnya membutuhkan waktu lama untuk penyembuhan. Oleh karena lamanya penyembuhan luka pada proses pencabutan gigi, sementara rehabilitasi pasca pencabutan dibutuhkan pada gigi yang telah dicabut secepat mungkin, dibutuhkan bahan obat yang mampu menjawab kebutuhan ini.

Penelitian untuk  penyembuhan luka dalam ekstraksi gigi diperlukan dalam model hewan sehingga efek obat yang diberikan dapat berkontribusi pada pemulihan yang lebih cepat sehingga dapat diterapkan pada manusia. Proses penyembuhan luka pada pencabutan gigi sangat kompleks karena melibatkan jaringan lunak dan keras seperti gimgiva dan tulang alveolaris. Beberapa penelitian yang telah ada, menggunakan model hewan kelinci dan anjing pada pencabutan gigi dengan menggunakan gigi molar di rahang atas dan rahang bawah telah dilakukan, tetapi model hewan tikus yang menggunakan gigi seri jarang digunakan karena dikhawatirkan akan sulit dilakukan. Mengingat, gigi seri akar gigi sangat tipis, terutama gigi seri tikus yang anatominya cukup panjang dan pipih, sehingga mereka akan mudah patah ketika gigi diekstraksi.

Penggunaan gigi seri sebagai model hewan coba dalam penelitian penyembuhan luka memberikan beberapa keunggulan, di mana soket gigi akar panjang, memungkinkan obat untuk bertahan lama di soket, sehingga efektif untuk mengetahui peran obat untuk penyembuhan luka. Pada penelitian ini, Tikus Wistar yang telah dicabut giginya tetap dapat mengunyah makanan menggunakan 3 gigi seri dan gigi molar yang tersisa. Tikus Wistar memiliki 4 gigi seri, jadi mengeluarkan 1 gigi seri tidak menyebabkan kematian pada hewan ini.

Penelitian ini menggunakan 50 tikus Wistar untuk diekstraksi gigi seri rahang bawah. Semua prosedur penelitian telah disetujui oleh komite etika Universitas Airlangga. Hewan coba dipilih untuk dihomogenisasi dengan jenis kelamin laki-laki, usia 3 bulan, berat badan 150-200 gram, sehat dengan gerakan lincah, bulu tidak mudah rontok, tidak ada luka pada semua bagian tubuh dan gigi tidak ada yang berlubang.

Hewan percobaan yang telah memenuhi kriteria tersebut kemudian dipisahkan dan dimasukkan ke kandang untuk adaptasi selama 1 minggu. Hewan coba dalam proses adaptasi diberi makan dan minum secara ad libitum, penggantian sekam setiap 2 hari. Randomisasi dilakukan sebelum perawatan dimulai, tikus dipisahkan ke dalam kandang masing-masing dengan ukuran 40 x 30 x 20 cm, yang masing-masing 2 tikus per kandang dengan penyekat.

Setelah hewan coba beradaptasi, pencabutan gigi dilakukan. Anestesi diberikan dengan general anestesi menggunakan ketamine. Setelah hewan coba tertidur, maka dimulai pembuatan model luka pada jaringan keras dan lunak. Teknik yang digunakan dalam mengekstraksi gigi seri tikus Wistar pada penelitian ini dengan memotong secara perlahan serat-serat periodontal dengan gerakan naik turun dan sirkuler, setelah itu dilakukan pencabutan dengan menggunakan tang khusus yang telah disesuaikan dengan ukuran gigi hewan coba. Pencabutan dengan tehnik ini membuat minimal trauma pada luka cabut dan meminimalkan patahnya akar gigi. Bahan obat untuk percepatan penyembuhan luka segera diaplikasikan menggunakan jarum elastis dengan Panjang 2 cm agar obat mampu berada di apeks luka cabut.

Hasil penelitian ini, tidak ditemukan hewan coba yang mati akibat pencabutan, anestesi maupun infeksi. Gigi seri yang patah pada penelitian ini hanya 1 gigi dari 50, atau sebesar 2 persen. Perdarahan yang terjadi sebesar 12 persen dan dapat diberhentikan dengan menggunakan teknik tekan kain kasa steril. 

Metode baru yang digunakan pada penelitian ini untuk mencari obat-obat baru dengan membuat model luka pada jaringan keras dan lunak hewan coba adalah sangat efektif serta efisien. Mengingat, tidak ada satupun hewan coba yang mati atau 0 persen kematian hewan coba dan hanya 2 persen akar gigi yang patah. (*)

Penulis : Dr. Christian Khoswanto, drg. M.Kes

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada link :

https://www.thieme-connect.com/products/ejournals/html/10.1055/s-0039-1694312

JUDUL :

A New Technique for Research on Wound Healing through Extraction of Mandibular Lower Incisors in Wistar Rats

CC BY-NC-ND 4.0 · Eur J Dent

DOI: 10.1055/s-0039-1694312

EUROPEAN JOURNAL OF DENTISTRY

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).