Pengujian Gas Emisi dari Pembakaran Boiler Minyak Sawit

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Industri pengolahan kelapa sawit adalah salah satu industri kunci di Indonesia. Data Analisis Minyak Kelapa Sawit (Sathia, 2017) melaporkan bahwa produksi Indonesia sudah mencapai 34.520.000 ton.

Satu ton buah segar, tandan, dan serat kasar kira-kira 90 kg, 144 kg masing-masing (Hambali dan Komarudin, 2010) dan ini dibakar untuk menghasilkan energi untuk pabrik kelapa sawit. Mekanisme pembakaran melalui ketel dapat mencapai pembangkitan listrik yang optimal. Setiap pabrik umumnya memiliki dua boiler yang beroperasi dan siaga untuk meningkatkan kapasitas peningkatan kuantitas produksi pada masa depan.

Serat dan cangkang limbah kelapa sawit sebagai biomassa energi ini biasa digunakan sebagai bahan bakar boiler. Namun, proses pembakaran biomassa melepaskan gas yang tidak terkontrol dan emisi partikulat, yang berkontribusi secara substansial pada masalah lingkungan. Gas selama pembakaran yang berbahaya adalah SO2 dan NO2. Sulfur Dioksida termasuk dari SOx yang berasal dari keberadaan spesies anorganik. Tambahan, Nitrogen Dioksida sebagai bentuk kategori utama dari NOx, NO, dan N2O, telah didorong oleh pembakaran pengaturan dan bahan bakar nitrogen (Yin et al., 2008). Belerang Dioksida dapat menyebabkan korosi suhu rendah dan Nitrogen dioksida memiliki efek yang kurang baik pada kesehatan manusia dan lingkungan.

Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan dua pabrik kelapa sawit di Kalimantan Barat. Analisis untuk emisi gas dikontrol dan disesuaikan dengan peraturan Indonesia seperti kandungan Sulphur Dioxide (SO2), Nitrogen Dioxide (NO2), Opacity, dan Partikel Emisi ditentukan untuk pengukuran data. Kehadiran Sulfur Dioksida (SO2), Nitrogen Dioksida (NO2), Opacity dan Emisi Partikulat adalah hal penting untuk dipelajari.

Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa kedua pabrik kelapa sawit mematuhi regulasi peraturan Indonesia. Hasil SO2 kurang dari 2,61 dan 38,23 mg / Nm3 untuk Pabrik Pertama dan Pabrik kedua. Kandungan NO2 kurang dari 1,88 dan 364,0 mg / Nm3 masing-masing. Opacity dan partikulat emisi menggambarkan hasil yang baik dan masih mematuhi peraturan tersebut. Beberapa makalah mengkompilasi dengan data pengukuran untuk memberikan distribusi data yang lebih jelas dari Sulfur Dioksida (SO2), Nitrogen Dioksida (NO2), Opacity, dan Emisi Partikulat.

Peraturan Lingkungan Indonesia Menteri No. 7, 2007 (PERMEN LH no 7 / MENLH / 2007) memberitahukan batas kualitas emisi boiler yang dapat digunakan pada serat atau cangkang biomassa. Makalah ini menyajikan sebuah investigasi gas emisi dan partikulat emisi dari boiler pabrik kelapa sawit yang memiliki kapasitas 30.000 kg/jam dan uap 35.000 kg/jam. Selain itu, penelitian ini juga membandingkan dengan beberapa makalah dengan batas peraturan Indonesia. Dua pabrik kelapa sawit berlokasi di Kalimantan Barat dipilih untuk penelitian.

Kalimantan Barat adalah provinsi dengan peringkat yang ke-5 tertinggi menurut data statistik Perkebunan Pohon kelapa sawit Indonesia pada tahun 2015-2017. Pada tahun 2017, total area untuk perkebunan kelapa sawit adalah 1.497.841 ha dengan 2.658.702 ton kelapa sawit produksi minyak. Di pabrik yang berbeda, kapasitas boiler 30.000 kg / jam dan 35.000 kg / jam telah dipilih untuk memeriksa emisi gas. Titik pengambilan sampel mengikuti peraturan Indonesia dengan lokasi dua kali diameter cerobong mengacu ke Indonesia Peraturan (Bapedal, 205/1996).

Berdasar data pembanding dari dua pabrik yang berbeda, maka dapat diajukan beberapa perbaikan. Beberapa perbaikan dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas emisi gas buang dan partikulat, antara lain, sebagai berikut: memperbaiki pemberian dan atau penambahan udara karena NO2, NOx, dan NO emisi sangat dipengaruhi oleh pementasan udara; mengontrol biomassa udara berlebih pada pemantik global bahan bakar yang memiliki kelembapan lebih tinggi; Menyesuaikan waktu tinggal bahan bakar pada parut, karena hal ini akan menjadi kompleks karena antarmuka dengan distribusi, ukuran antara tungku dan bahan bakar menyebar; Mengoptimalkan suhu lapisan padat di luar udara primer yang dipanaskan mungkin diperlukan; Kontrol suhu pembakaran; dan tambahan dengan kontrol kelembaban bahan bakar. Usaha ini diharapkan akan semakin meningkatkan kualitas gas emisi pada pembakaran biomassa tandan kelapa sawit.

Penulis: Intan Ayu Pratiwi

Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga

Artikel ilmiah populer ini disarikan dari artikel yang dipublikasikan di Jurnal Internasional Q4:

Intan Ayu Pratiwi*, and Helmi Dadang Ardiansyah, EMISSION GAS TESTING FROM BIOMASS COMBUSTION OF PALM OIL MILL BOILERS, Pollution Res. 25 (August Suppl. Issue): 2019; pp. (S152-S155). Copyright@ EM International. ISSN 0257–8050.

Link: http://www.envirobiotechjournals.com/article_abstract.php?aid=96740&iid=277&jid=4

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).