Anak dengan Autisme Bisa Miliki Pertumbuhan yang Normal

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Autisme atau autism spectrum disorder (ASD) merupakan gangguan perkembangan yang mempengaruhi komunikasi dan perilaku. Gangguan ini dapat dideteksi pada semua umur, namun biasanya muncul pada 2-3 tahun pertama kehidupan. Gangguan perilaku pada anak ASD, yakni mempunyai kebiasaan berulang-ulang sehingga membuat terganggunya perkembangan motorik dan tingkat kebugaran fisik, yang mengakibatkan aktivitas fisik menjadi rendah.

Hal ini menyebabkan tingginya angka kejadian obesitas dan komplikasinya. Faktor lain yang juga berhubungan dengan pertumbuhan anak dengan ASD, yaitu selektivitas makanan, gangguan gastrointestinal, gangguan tidur serta terapi psikotropika. Anak dengan ASD yang menderita gangguan pada usus disebabkan oleh peradangan dari mukosa usus dan bakteri abnormal pertumbuhan yang tumbuh berlebih sehingga menyebabkan gangguan motilitas usus.

Selektivitas makanan yang dilakukan terkait bebas gluten dan bebas kasein. Nutrisi protein gluten (dari tepung) dan kasein (dari olahan susu) memiliki struktur molekuler dari gluteomorfin dan kasomorfin yang dapat meningkatkan aktivitas reseptor opioid yang menyebabkan munculnya gejala ASD. Selektivitas makanan yang terjadi pada anak dengan ASD membuat asupan yang dikonsumsi terbatas sehingga mempengaruhi pertumbuhan anak.

Orang tua yang kreatif diperlukan untuk mengatur asupan yang dikonsumsi oleh anak dengan ASD. Pertumbuhan dapat dinilai dengan melakukan pengukuran terhadap berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala. Hal ini merupakan metode yang efektif untuk evaluasi pertumbuhan dan status gizi anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pertumbuhan anak dengan ASD dan dibandingkan dengan kelompok anak yang normal.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik yang menggunakan desain penelitian case control. Penelitian ini melibatkan anak dengan ASD sebagai kelompok kasus dengan kriteria inklusi anak ASD dengan usia < 12 tahun untuk perempuan dan < 14 tahun untuk laki-laki serta bersedia menjadi subjek penelitan.

Kriteria eksklusi untuk kelompok kasus adalah anak dengan masalah kongenital dan masalah lain yang dapat mengganggu pertumbuhan, serta anak dengan ASD yang tidak ada ditempat saat dilakukan pengukuran. Pada kelompok kontrol menggunakan anak normal dengan kriteria inklusi yakni memiliki rentang usia yang sama dengan kelompok anak dengan ASD dan bersedia menjadi subjek penelitian sementara kriteria eksklusinya yakni mempunyai masalah kongenital dan penyakit yang dapat mengganggu pertumbuhan.

Penelitian ini melibatkan 30 anak dengan ASD yang terdapat di beberapa sekolah berkebutuhan khusus dan 60 anak normal yang berasal dari beberapa TK di Surabaya. Data yang didapat akan diolah secara statistik untuk melihat perbedaan hasil pertumbuhan pada kedua kelompok ini.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok usia yang paling banyak terlibat yakni usia > 5-6 tahun yang berjenis kelamin laki-laki. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) bahwa laki-laki mempunyai faktor resiko 4 kali lebih besar menderita ASD dibandingkan dengan perempuan. Pengukuran status nutrisi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode recall food 24 jam yang hanya mengandalkan ingatan dari orang tua atau pengasuh untuk mengetahui jenis makanan yang dikonsumsi.

Hal ini menjadi salah satu kelemahan dalam penelitian karena memungkinkan terjadi bias data terkait nutrisi yang dikonsumsi subjek penelitian. Subjek penelitian dilakukan pengukuran berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala dalam sekali pengukuran menggunakan alat yang sama. Pengukuran yang hanya sekali ini hanya bisa melihat hasil pertumbuhan saat ini namun tidak bisa melihat percepatan pertumbuhan masing-masing kelompok. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala dikedua kelompok didominasi oleh hasil yang normal.

Hasil pengukuran ini termasuk dalam kategori normal meskipun hasil wawancara nutrisi menunjukkan bahwa asupan pada kelompok kasus dan kontrol termasuk kurang. Hal ini menunjukkan bahwa pada kelompok anak dengan ASD yang mempunyai keterbatasan dan selektivitas makanan yang tinggi bisa tumbuh normal seperti anak normal lainnya. Namun diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui secara pasti faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada kedua kelompok ini. Peran serta semua pihak diperlukan untuk bisa melakukan pelayanan yang komprehensif. Penelitian terkait olahan beberapa jenis makanan diperlukan untuk mengganti makanan yang harus dihindari anak ASD, sehingga bisa dijadikan dasar dan acuan untuk pemberian terapi diet kepada anak ASD.

Penulis: Dewi Setyowati

Differences in Growth of Children with Autism and Normal in Surabaya, Indonesia

http://www.indianjournals.com/ijor.aspx?target=ijor:ijphrd&volume=10&issue=7&article=169

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).