Menilik Harmoni Ospek dan Kaderisasi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
VOD ajang kaderisasi dan pengenalan mahasiswa baru PSDKU Banyuwangi. (Foto: Bastian Ragas)

Belakangan ini orientasi studi dan pengenalan kampus atau ospek, sedang hangat diperbincangkan oleh civitas akademika. Mulai dari para petinggi universitas, mahasiswa yang sudah merasakan masa orientasi dan kaderisasi, panitia, hingga mahasiswa baru. Ada beberapa serentetan ospek bagi mahasiswa baru, mulai dari ospek di tingkat universitas, ospek di tingkat fakultas, hingga ospek di tingkat jurusan pada setiap program studi.

Ospek menjadi pintu gerbang utama para mahasiswa baru untuk mengenal lingkungan perkuliahan hingga peran mahasiswa sebagai agent of change, agent of social control, and agent of iron stock. Dengan beragam ciri khas budaya dari setiap universitas yang tersebar diseluruh Indonesia, memberikan dinamika apik. Harapannya, dari kegiatan ospek dapat memunculkan bibit unggul untuk generasi yang berkemajuan untuk institusi dan ibu pertiwi.

Ospek dan kaderisasi memiliki makna yang berbeda. Namun, keduanya nampak sekilas sama karena nilai-nilai kaderisasi sering diselipkan pada acara ospek, Hal itu berguna membentuk brainstroming yang dikemas dalam focus group discussion hingga narasi-narasi untuk menumbuhkan marwah mahasiswa. Dari hal itu, timbul beragam pertanyaan bagaimana idealnya suatu ospek?, apakah esensi dari ospek tidak sesaui harapan?, atau seorang kakak yang lupa bahwa dirinya sebagai role model dan suritauladan untuk para adiknya?

Ospek dan Kaderisasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) orientasi merupakan peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat, dan sebagainya) yang tepat dan benar. Sementara itu menurut Cascio dalam Sedarmayanti (2010:114), orientasi adalah pengakraban dan penyesuaian dengan situasi atau lingkungan.

Dari Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yang ditujukan kepada pemimpin Perguruan Tinggi Negeri dan Koordinator Kopertis Wilayah I s.d XIV merujuk pada Surat Sekretaris Jendral nomor 2440/A.A2/TU/2017 tanggal 2 Juni 2017 tentang pedoman pembinaan kesadaran belanegara dalam kegiatan pengenalan kampus bagi mahasiswa baru, dan surat edaran Direktur Jendral Pembelajaran dan kemahasiswaan nomor 253/B/SE/VIII/2016 tentang Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PKKMB), serta hasil Focus Group Discussion (FGD) pimpinan perguruan tinggi bidang kemahasiswaan pada tanggal 6 Juli 2017. PKKMB bertujuan untuk memperkenalkan, mempersiapkan, dan mengakselerasi mahasiswa baru dalam proses transisi menjadi mahasiswa yang sadar akan hak dan kewajibannya. Memuat antara lain tentang sistem pendidikan kegiatan akademik dan mahasiswa serta kebijakan kampus, serta materi bela negara, radikalisme, penyalahgunaan narkoba sehingga dapat mendukung keberhasilan studi di perguruan tinggi.

Hal tersebut tentunya bukan hanya menjadi tanggung jawab pimpinan perguruan tinggi maupun dosen, namun peran aktif mahasiswa sebagai objek yang dituju sangat berpengaruh untuktercapainya tujuan tersebut.

Menurut KBBI kaderisasi berasal dari kata “kader” yang memiliki makna “orang yang diharapkan akan memegang peran yang penting dalam sebuah organisasi,”. Jika dikaitkan dengan Ospek universitas hingga jurusan nilai-nilai kaderisasi menjadi stimulus mahasiswa baru dalam peranannya sebagai agen perubahan, sosial kontrol dan pemimpin serta penerapan tri dharma perguruan tinggi yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat di lingkungan kampus maupun dimasyarakat. Goals tersebut bukan hanya menjadi PR bagi para panitia ospek namun untuk seluruh lapisan mahasiswa mulai dari yang tergabung menjadi pengurus hingga anggota.

Panitia ospek menjadi orang yang memilki amanah yang berkali lipat karena merekalah orang pertama yang bertemu dan paling dekat berinteraksi dengan mahasiswa baru, yang menjadi penanggungjawabsuatu acara ospek hingga esensi yang disampaikan dalam serangkaian kegiatannnya. Ada yang mengemas esensi sesuai dengan goals yang dicanangkan, ada yang mengemas pemloncoan sebagai esensi, adapula yang tidak mengandung esensi berdalih sangat beresensi. Sungguh beranekaragam kakakmu ini.

Refleksi Diri

Pernah tidak berfikir apakah kakak sudah menjadi sosok kakak untuk para sang adik? Kakak yang perlu di garis bawahi bukan hubungan antara senior dengan junior namun sosok yang menjadi suritauladan yang baik untuk sang adik. Ada kakak jerih payah dengan mengonsep dan mengemas acara, ada yang sibuk menghujat adik dan kakak lainnya, ada pula kakak yang  lupa jika ia memiliki saudara baru. Sebelum melakukan suatu hal apalagi yang ranahnya mendidik dan menjadi contoh sang adik, sepatutnya seorang kakak juga memantaskan dirinya sebagai seorang kakak, bukan hanya mengharapkan sang adik untuk menurut dan mematuhi sang kakak.

Tulus dan ikhlas lah dalam memberi, memberi kebermanfaatan dalam setiap langkah apalagi untuk keluarga sendiri. Meski ketulusan dan keikhlasan sangat abstrak bila dinilai dari sepasang mata coba tanyakan pada hati nuranisudah sejauh mana dalam mensucikan hati dari penyakit hati? Bekali keluarga barumu untuk kritis yang tak sinis, karena negeri ini butuh banyak pemuda pencari solusi bukan pemuda pemaki-maki, bukan pengabdi ego pribadi namun nurani untuk mengabdi untuk ibu pertiwi.

Berita Terkait

Sulistyo Primadani

Sulistyo Primadani

Mahasiswa Akuntansi PSDKU Universitas Airlangga Banyuwangi Ketua Himpunan Mahasiswa PSDKU UNAIR Banyuwangi 2018