Diagnosis Infeksi Jamur di Kulit pakai KOH dan CSB, Mana yang Lebih Baik?

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Pewarnaan menggunakan kalium hidroksida yang ditambah tinta Parker™ (KOH) sering digunakan sebagai pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakkan diagnosis infeksi jamur pada kulit. Sayang, seringkali elemen jamur tidak menyerap KOH dengan baik sehingga dibutuhkan keahlian khusus untuk mendeteksi elemen jamur yang transparan di antara sel epitel kulit.

Chicago Sky Blue (CSB) merupakan zat pewarna yang dapat memberikan kontras pada elemen jamur dan diharapkan dapat menjadi alternatif dalam pemeriksaan infeksi jamur pada kulit. Seberapa efektif kah CSB dalam mendeteksi infeksi jamur pada kulit? Untuk menjawab pertanyaan ini, diperlukan uji yang dirancang khusus untuk membandingkan efektivitas CSB dan KOH.

Kami melakukan riset pada pasien di Instalasi Rawat Jalan Poli Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya untuk menilai efektivitas CSB dibandingkan KOH dalam mendeteksi infeksi jamur pada kulit. Sebagai standar baku emas dalam mendiagnosis adalah menggunakan kultur, yaitu bahan kerokan kulit yang ditanam pada media. Infeksi jamur kulit dikatakan positif apabila pada media tersebut tumbuh koloni jamur. Hasil pemeriksaan menggunakan CSB dan KOH masing-masing dibandingkan dengan hasil kultur.

Kami melakukan uji terhadap 40 bahan dari kulit dan rambut yang diambil dari area dengan kelainan kulit dan area disekitarnya. Masing-masing bahan dibagi untuk pemeriksaan menggunakan pewarnaan KOH dan CSB dan sebagian bahan ditanam pada media sabouraud dextrose agar untuk pemeriksaan kultur.

Hanya bahan dengan hasil kultur positif yang disertakan pada uji ini. Dibuat dua sediaan untuk masing-masing pewarnaan. Dua sediaan ditambah masing-masing satu tetes KOH dan dua sediaan lain ditambah masing-masing satu tetes CSB. Keempat sediaan tersebut ditutup dengan kaca penutup kemudian dibakar dan diinkubasi selama 5 menit pada suhu ruangan. Kemudian dilakukan pembacaan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 10 kali dan 40 kali.

Mayoritas elemen jamur menyerap warna CSB dengan baik sehingga tampak dengan warna biru yang jelas dan kontras dengan latar keunguan. Pewarnaan menggunakan KOH tidak memberikan kontras yang baik. Elemen jamur gagal menyerap warna sehingga hanya tampak transparan. Bila dibandingkan dengan hasil kultur sebagai standar baku emas, KOH memiliki efektivitas yang baik dalam mendiagnosis infeksi jamur kulit.

Pemeriksaan KOH dapat mendeteksi 95 persen infeksi jamur kulit dari hasil kultur positif. Sedangkan CSB mampu mendeteksi 100 persen infeksi jamur kulit dari hasil kultur positif. Berdasar analisis statistik, pemeriksaan KOH memiliki kemampuan yang sama baiknya dengan CSB. Tidak ada pemeriksaan yang lebih superior walaupun CSB memiliki sensitivitas yang lebih baik.

Berdasar uji yang dilakukan oleh Lim SC dan Lim SL pada tahun 2008 menunjukkan bahwa pewarnaan CSB lebih efektif dibanding KOH. Uji lain oleh Tambosis E dan Lim C membandingkan CSB, chlorazole black, dan KOH menunjukkan bahwa CSB lebih sensitif dibanding pewarna yang lain.

Walaupun dalam uji yang kami lakukan, berdasar uji statistik pemeriksaan KOH dan CSB memiliki efektivitas yang serupa, namun pemeriksaan CSB memiliki beberapa kelebihan. Elemen jamur dengan pewarnaan CSB lebih mudah dikenali meskipun dengan pembesaran mikroskop rendah dan waktu yang dibutuhkan untuk mengenali elemen jamur juga lebih singkat dibanding pewarnaan KOH.

Selain itu, dari uji yang kami lakukan, pada pewarnaan menggunakan KOH ditemukan lebih banyak endapan yang mengganggu pembacaan. KOH melarutkan sebagian besar kotoran seluler menyebabkan timbul banyak artefak. Sedangkan pada pemeriksaan menggunakan CSB, tidak ditemukan endapan.

Pewarnaan CSB memberikan warna dan kontras yang baik pada elemen jamur sehingga interpretasi menjadi lebih mudah dan waktu yang diperlukan lebih singkat. Elemen jamur terwarnai biru dengan latar ungu atau pucat. Hasil uji ini menunjukkan bahwa CSB dapat digunakan sebagai pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis infeksi jamur pada kulit. CSB cocok digunakan untuk mengkonfirmasi apabila pewarnaan KOH memberikan hasil negatif pada pasien yang dicurigai terinfeksi jamur. (*)

Penulis: dr.Rahmadewi,Sp.KK

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di

https://www.pagepress.org/journals/index.php/dr/article/view/8040

Netty Sukmawati, Rahmadewi, Evy Ervianti (2019). A comparative study of Chicago Sky Blue and ParkerTM ink blue black potassium hidroxide in the diagnosis of dermatophytes. Dermatology Reports, 11(s1):56-58; https://doi.org/10.4081/dr.2019.8040 

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).