Cephalic Index dan Facial Index Populasi Dayak Kenyah Modern di Kalimantan Timur Sebagai Data Dasar Antropologi dan Identifikasi Forensik

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh wego

Dayak Kenyah merupakan salah satu bagian dari morfotipe Dayakid yang berkembang dalam kondisi terisolasi di pulau Kalimantan. Hal tersebut menyebabkan adanya morfologi yang berbeda dengan populasi lainnya. Seiring dengan perkembangan waktu, masyarakat pedalaman bermigrasi ke daerah perkotaan, misalnya Kota Samarinda dan Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian terdahulu pada tahun 1912 oleh Haddon dan 1935 Balner dan Lebzelter pernah dilakukan di Populasi Dayak Kenyah. Akan tetapi, morfologi kepala dan wajah populasi Dayak Kenyah di daerah perkotaan belum diketahui.

Perubahan lingkungan dan sosial budaya akan diikuti pula dengan perubahan fisik yang merupakan bagian dari proses adaptasi makhluk hidup. Untuk membuktikan hal tersebut, pada penelitian ini dilakukan pengukuran antropometri sederhana dengan cara menghitung cephalic index (indeks kepala) dan facial index (indeks wajah). Hasilnya, morfologi wajah populasi Dayak Kenyah modern berupa mesocephalic (bentuk kepala yang sedang atau tidak terlalu bulat dan lonjong) dan memiliki morfologi wajah berupa euryprosop (bentuk wajah yang lebar). Hal tersebut tidak berbeda dengan penelitian terdahulu yang kemungkinan disebabkan karena tidak adanya perubahan pada faktor lingkungan.

Penelitian ini diketahui bahwa populasi Dayak Kenyah telah hidup secara modern di dekat perkotaan. Gaya hidup perkotaan akan mempengaruhi budaya, namun populasi Dayak Kenyah pada penelitian ini tetap melakukan tradisi dan kebudayaan berburu dan berladang di pedalaman hutan Kalimantan. Masyarakat suku Dayak Kenyah yang melakukan kegiatan berburu diduga banyak mengonsumsi hasil buruannya, sedangkan masyarakat suku Dayak Kenyah yang berladang banyak mengonsumsi sayur-sayuran atau hasil dari kegiatan berladangnya. Kegiatan berburu dan berladang akan mempengaruhi pola makan yang secara langsung dapat berpengaruh pada aktivitas otot-otot pengunyahan yang turut berperan pada pertumbuhan kraniofasial.

Kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat suku Dayak Kenyah pada penelitian ini kemungkinan sama dengan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat suku Dayak Kenyah yang menjadi subyek penelitian Haddon pada tahun 1912. Begitu pula dengan subyek penelitian dari Balner dan Lebzelter pada tahun 1935. Dengan demikian morfologi kraniofasial berupa bentuk kepala dan wajah yang dapat dilihat dari hasil indeks kepala dan indeks wajah memiliki hasil yang sama dengan penelitian sebelumnya. Data yang diperoleh dari penelitian ini dapat digunakan untuk data dasar yang berguna di bidang antropologi dan forensik.

Penulis : Maria Istiqomah Marini

Informasi detail riset ini dapat diakses pada

http://www.iofos.eu/Journals/JFOS%20s_i_1_Nov17/JFOS%20sp%20issue%202017-pp02.pdf

Maria Istiqomah Marini, Mieke Sylvia Margaretha. 2017. Cephalic index and facial index of modern Dayak Kenyah population of East Borneo. JFOS – Journal of Forensic Odonto-Stomatology, Volume: 3, Issue: 1

Berita Terkait

Achmad Chasina Aula

Achmad Chasina Aula

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi