Pilkada di Depan Mata, Purnawan : Pilih Pemimpin yang Memahami Sejarah, Kultur Masyarakat, dan Identitas Daerah

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Dr. Purnawan Basundoro, S.S. M.Hum saat mengisi acara diskusi pakar di Aula Amerta Lantai 4, Gedung Menejemen, Kampus C

UNAIR NEWS – Seorang pemimpin pada hakikatnya bukan hanya memimpin masa kini, melainkan juga masa lalu dan masa depan. Pernyataan tersebut dilontarkan oleh Dosen Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Airlangga, Dr. Purnawan Basundoro, S.S. M.Hum, ketika mengisi acara diskusi pakar bertajuk Tantangan dan Tuntutan Calon Kepala Daerah di Era Disrupsi, Rabu (4/9/19) di Aula Amerta Kantor Manajemen UNAIR.

“Mengapa ia juga dikatakan sebagai pemimpin masa lalu padahal ia ada di kondisi saat ini? Dalam sebuah daerah yang lingkupnya kecil atau besar, semua itu konteksnya berasal dari masa lalu. Masa lalu selalu meninggalkan berbagai hal sebagai landasan untuk berpijak pada masa kini,” terang penulis buku Pengantar Sejarah Kota tersebut.

Purnawan menuturkan, seluruh pemimpin baik di pemerintahan tingkat lokal maupun nasional, hendaknya tidak membuat kebijakan yang memutus antara masa lalu dengan masa kini. Sebab, apabila pemerintah abai terhadap sejarah di masa lalu, maka akan timbul berbagai persoalan. Sebaliknya, jika pemerintah peduli dengan sejarah, hal ini justru bisa menjadi salah satu modal untuk membangun kota dan negara di masa depan.

“Saya mengambil contoh Kota Surabaya yang menurut versi resmi pemerintah berdiri tanggal 31 Mei 1293. Selama 726 tahun berdiri, pasti ada banyak pelajaran yang dapat diambil masyarakat Surabaya untuk dibawa ke masa depan. Misalnya, di pemerintahan sekarang, ibu walikota banyak membangun taman. Itu seolah menghadirkan situasi masa lalu pada masa kini karena tahun 30-an, Surabaya pernah menjadi kota taman,” sebutnya.

Selain identik dengan taman, sejak dulu Surabaya lekat dengan karakteristik masyarakat yang lugas dalam mengkritisi kebijakan pemerintah kota. Hal ini, lanjut Purnawan, juga merupakan modal bagi pemimpin untuk mengarahkan serta membangun daerahnya. Artinya, masa lalu harus diperhatikan sebagai pembelajaran sekaligus titik pijak guna melaksanakan aktivitas pemerintahan masa kini yang memandang masa depan.

“Tantangan pemimpin ke depan saya rasa cukup berat, terutama dalam menjaga aspek kultural yang bersifat historis. Salah satu hal yang harus dijaga oleh kota adalah identitas kota di masa lampau. Namun, terjadinya pembangunan secara masif seringkali menabrak identitas tersebut dan mengubahnya menjadi identitas baru,” kata Purnawan.

Dalam rangka pemilihan kepala daerah di tahun 2020 mendatang, Purnawan berpesan kepada seluruh masyarakat untuk memilih pemimpin yang memahami sejarah daerah, kultur masyarakat, dan identitas dari daerah yang akan dipimpinnya. (*)

Penulis : Nabila Amelia

Editor    : Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).