Kondisi Terkini dan Tantangan Ikan Nilem di Jawa Timur

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh pertanianku

Provinsi Jawa Timur dikenal sebagai wilayah yang memiliki potensi perikanan yang cukup tinggi. Namun aktivitas penangkapan yang dilakukan secara terus menerus dikhawatirkan membuat populasi ikan di dalam mengalami penurunan. Sedangkan kebutuhan masyarakat akan protein berbasis ikan terus bertambah. Agar suplai ikan tidak selalu bergantung pada hasil tangkapan, maka masyarakat harus melihat sektor lain yaitu budidaya air tawar. Di Jawa Timur telah lama dikenal komoditas ikan air tawar unggul seperti nila, lele, gurami, patin, tombro, tawes dan sebagainya. Sebagian besar jenis ikan tersebut sebenarnya merupakan ikan introduksi dari luar indonesia. Sedangkan potensi ikan lokal Indonesia sendiri belum sepenuhnya tergali. Salah satu spesies ikan air tawar lokal yang layak dikembangkan di Jawa Timur adalah ikan nilem.

Ikan nilem (Osteochilus vittatus) di Jawa Timur dikenal dengan ikan Bayeman. Yaitu sejenis ikan tombro namun ukurannya lebih kecil. Ikan ini hidup liar di waduk dan sungai di Jawa Timur serta menjadi komoditas ikan tangkap. Belum ada upaya penangkaran terhadap ikan ini karena masyarakat menganggap hanya ikan sungai yang nilai ekonominya rendah. Padahal di wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah ikan nilem telah lama menjadi primadona budidaya ikan air tawar. Selain dimanfaatkan bagian dagingnya, bagian lain dari ikan nilem yang dapat dimanfaatkan adalah telurnya.

Ikan nilem mampu memproduksi telur dalam jumlah banyak dan dapat dijual secara terpisah dari dagingnya. Disamping sebagai ikan konsumsi, ikan nilem juga dapat dikembangkan menjadi ikan hias. Beberapa balai ikan air tawar di Jawa Barat telah mengembangkan ikan nilem dengan variasi warna yang lebih cerah. Kelebihan yang dimiliki ikan Nilem diantaranya mampu beradaptasi dengan baik dilingkungan buatan, tidak agresif sehingga bisa dipelihara bersama dengan ikan lain dalam satu lokasi dan jenis pakan bervariasi karena merupakan ikan omnivora.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ikan nilem memiliki pertumbuhan yang relatif lebih lambat dari komoditas lainnya. Peneliti menduga banyak faktor yang menyebabkan pertumbuhan ikan nilem lambat salah satunya adalah perkawinan sedarah antar induk ikan yang terjadi secara terus menurus. Oleh karena itu dibutuhkan individu-individu galur murni yang ditangkap dari alam kemudian dikawinkan dengan ikan yang sudah tersedia dengan harapan menghasilkan bibit ikan dengan kualitas yang lebih baik.

Untuk menemukan individu galur murni perlu melakukan sampling ke wilayah yang lebih terpencil yang masih jarang terjamah oleh aktivitas penangkapan manusia. Salah satu wilayah yang diduga memiliki populasi ikan Nilem yang cukup baik adalah sungai Poreh yang terletak di Ujung Timur Pulau Madura. Secara administrasi wilayah sungai tersebut teletak di Kabupaten Sumenep. Secara teknis pengambilan ikan harus dilakukan dengan cara ramah lingkungan, mengingat akhir-akhir ini banyak kasus penangkapan ikan air tawar menggunakan strum dan racun. Saah satu alat tangkap ramah lingkugan adalah jala tebar.

Hasil pengambilan sampel didapatkan dari beberapa spesies ikan nilem yang diupayakan dalam keadaan hidup. Tujuannya adalah agar ikan-ikan tersebut dapat dibawa ke laboratorium untuk diadaptasikan dalam lingkungan terkontrol. Konfirmasi keberadaan ikan nilem di Pulau Madura merupakan catatan pertama yang dipublikaskan. Hal ini menunjukkan bahwa potensi ikan air tawar khususnya di Jawa Timur belum sepenuhnya dimanfaatkan. Harapan kedepan ikan nilem yang ditangkap dari Pulau Madura dapat dikawinkan dengan ikan Nilem yang berada di wilayah lain sehingga masyarakat memiliki opsi lain dalam menentukan jenis komoditas yang akan dibudidayakan.

Penulis :Veryl Hasan

Informasi lebih lanjut mengenai penelitian ini dapat diakses di

https://www.researchgate.net/publication/331865793_First_record_of_Osteochilus_vittatus_Cypriniformes_Cyprinidae_in_Madura_Island_Indonesia

Hasan V, Soemarno, MS Widodo, DGR Wiadnya (2019) First record of Osteochilus vittatus (Cypriniformes: Cyprinidae) in Madura Island. Eco. AACL Bioflux  Volume 12, Issue 1.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).