Manfaat Tali Pusat untuk Pengobatan Osteoporosis pada Tulang Rahang

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Implan gigi saat ini telah menjadi pilihan bagi banyak individu untuk mengganti giginya yang hilang. Hal tersebut disebabkan kebanyakan pasien ingin gigi tiruan yang tidak bisa dilepas, sehingga membuat pilihan tersebut banyak diminati saat ini.

Pemasangan implan gigi pada tulang rahang memerlukan suatu tindakan bedah minor, yang mengharuskan pasien memiliki kualitas tulang rahang yang baik. Secara umum, kondisi yang dikategorikan baik, antara lain, tulang rahang pasien mencukupi kepadatannya, pasien tidak menderita diabetes mellitus, kelainan jaringan penyangga gigi, maupun osteoporosis.

Kondisi-kondisi tersebut dapat memengaruhi tidak hanya saat proses pemasangan, melainkan juga prognosa keberhasilan dari implan gigi tersebut. Karena itu, saat ini banyak dilakukan penelitian untuk penanganan masalah tersebut.

Saat ini sel punca banyak dikembangkan untuk terapi. Telah banyak penelitian yang meneliti tentang efek terapi dan potensi sel punca untuk digunakan sebagai terapi berbagai macam penyakit pada manusia. Sel punca dapat berasal dari sumsum tulang, gusi, dan jaringan pulpa gigi. Tim kami mengembangkan sel punca yang berasal dari tali pusat untuk terapi peningkatan kepadatan tulang rahang pada kondisi osteoporosis.

Osteoporosis merupakan suatu pengeroposan tulang yang disebabkan oleh gangguan penurunan kepadatan tulang. Osteoporosis sering juga diderita oleh wanita yang telah menopause, yaitu umumnya berumur diatas 50 tahun, sehingga keadaan osteoporosis tersebut disebabkan oleh menurunnya fungsi indung telur, yang mengakibatkan menurunnya kadar hormon esterogen dan berakibat terjadi pengeroposan tulang.

Penurunan kepadatan tulang ini terjadi di seluruh tubuh, termasuk di tulang rahang, sehingga kondisi tersebut perlu mendapat perhatian khusus apabila akan dilakukan pemasangan implan gigi.  Pemasangan implan gigi memerlukan kualitas baik, yaitu kepadatan tulang yang cukup, dan pada kondisi osteoporosis tulang yang tersedia seringkali tidak kuat sehingga meningkatkan potensi terlepasnya implan. Hal ini dapat diterapi dengan beberapa metode. Salah satu yang sedang tim kami kembangkan saat ini adalah dengan terapi menanamkan sel punca yang berasal dari tali pusat bayi baru lahir.

Sel punca merupakan sel dasar yang dapat berkembang menjadi macam-macam sel pada tubuh suatu organisme. Tali pusat pada bayi yang baru dilahirkan merupakan salah satu sumber sel punca yang saat ini banyak dikembangkan untuk berbagai macam pengobatan. Sel tersebut memerlukan perlakuan khusus sehingga dapat dipanen dan dipakai untuk terapi antara lain untuk pengobatan leukemia, cerebral palsy, dan lainnya.  Pada penelitian ini, kami mengaplikasikannya pada tulang rahang tikus yang mengalami osteoporosis yang disebabkan oleh menopause.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat efek terapi sel punca pada kepadatan tulang rahang tikus yang osteoporosis, yaitu efeknya pada marker kepadatan tulang yaitu dengan menghitung kolagen tipe-1, osteocalcin, dan Alkaline Phosphatase. Penelitian ini telah disetujui secara etik oleh komisi etik RSUD Dr. Soetomo Surabaya serta Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.

Pada penelitian ini digunakan sampel berupa tikus dan dibagi menjadi enam kelompok. Kelompok pertama, yaitu kelompok kontrol (T1) yaitu tikus yang telah dilakukan operasi sham, kelompok kedua yaitu tikus yang telah dilakukan operasi pengangkatan indung telur (T2), kelompok yang terdiri dari tikus yang telah dilakukan operasi pengangkatan indung telur dan dilakukan injeksi gelatin dan dieksekusi 4 minggu setelahnya (T3), dan kelompok T4 yang  diseksekusi 8 minggu setelahnya. Kelompok T5 terdiri dari tikus yang telah dilakukan operasi pengangkatan indung telur kemudian dilakukan injeksi sel punca dieksekusi 4 minggu setelahnya, dan 8 minggu setelahnya (kelompok T6).

Seluruh spesimen kemudian dilakukan pengecatan dan pengamatan dibawah mikroskop cahaya untuk melihat kepadatan tulang dari masing-masing kelompok yang ditandai dengan kolagen, marker osteocalcin dan Alkaline Phosphatase dan hasil pengamatan setelah dilakukan analisa statistik,  spesimen yang diterapi dengan sel punca terdapat peningkatan kepadatan tulang bila dibandingkan dengan yang tidak diterapi dengan sel punca. Hal tersebut ditunjukkan dengan marker kepadatan tulang yang meningkat. 

Pada penelitian ini dapat membuktikan bahwa terapi sel punca dapat meningkatkan kepadatan tulang rahang pada tikus yang menderita osteoporosis. Hal ini disebabkan oleh karena sel punca dapat merangsang sel tulang yang masih muda (osteoblas) untuk membentuk tulang baru sehingga kepadatannya pun meningkat.

Kesimpulannya, sel-sel punca dari tali pusat dapat meningkatkan kualitas tulang rahang pada model tikus osteoporosis. Harapannya, dengan meningkatnya kualitas tulang pada binatang coba tikus dapat diaplikasikan pada manusia untuk persiapan pemasangan implan gigi. (*)  

Penulis: Dr. Nike Hendrijantini., drg., MKes., Sp.Pros (K)

Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat di: https://doi.org/10.1055/s-0039-1688527

Hendrijantini, Nike; Hartono, Poedjo; Ari, Muhammad Dimas Aditya; Rantan, Fedik Abdul (2019). Human Umbilical Cord Mesenchymal Stem-Cell Therapy to Increase the Density of Osteoporotic Mandibular Bone. European Journal of Dentistry 13(01) : 058-063 . https://doi.org/10.1055/s-0039-1688527

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).