Penanaman Kebiasaan untuk Cegah Karies Gigi Anak dengan Autisme

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi karies gigi pada anak. (Sumber Hello Sehat)

Dewasa ini, jumlah penderita autism cenderung meningkat. Penyakit karies gigi (gigi berlubang) merupakan penyakit yang banyak dikeluhkan oleh anak autis. Karies gigi yang parah bahkan bisa menimbulkan infeksi atau bengkak yang akan mempengaruhi kualitas hidup anak.

Penelitian ini merupakan studi awal untuk meneliti tingkat keparahan karies gigi pada anak penderita autis. Selain itu, juga mencari faktor perilaku yang merupakan faktor risiko pada peningkatan keparahan karies gigi pada anak autis usia 5-18 tahun di Indonesia.

Anak pada usia 5-18 tahun memiliki gigi pergantian atau campuran antara gigi sulung dan gigi permanen, serta ingin dicari tahu faktor risiko pada keparahan karies gigi yang tidak dirawat. Maka, keparahan karies gigi pada penelitian ini diukur dengan menggunakan dua indeks yaitu indeks DMF-T+dmf-t dan indeks PUFA+pufa. Penelitian ini dilakukan di Surabaya dan diikuti oleh 70 pasang orang tua dan anak autis, yang belajar di sekolah-sekolah autis di Surabaya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 79% anak autis di Surabaya pernah mengalami karies gigi dan 47% mempunyai karies gigi yang tidak terawatt. Hal itu berlanjut ke kondisi yang lebih parah, seperti perforasi saluran akar, luka pada jaringan lunak, ataupun infeksi pada rongga mulut. Hasil ini perlu diwaspadai mengingat tingginya angka kejadian karies pada kelompok ini.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa anak autis yang menyikat gigi minimal dua kali sehari, mempunyai waktu yang terjadwal untuk menyikat gigi, serta anak autis yang segera minum air putih atau menyikat gigi setelah jajan, memiliki karies gigi yang lebih rendah dari anak autis lain yang tidak melakukan kebiasaan tersebut.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karies gigi pada anak autis bisa dicegah dengan penanaman kebiasaan-kebiasaan yang baik bagi kesehatan gigi. Seperti rajin menyikat gigi dalam waktu yang terjadwal, serta minum air putih segera setelah anak makan jajanan. Untuk dapat menerapkan kebiasaan-kebiasaan ini, peran dan dukungan ibu atau pengasuh sangatlah penting. Penelitian lanjutan mengenai peranan ibu atau pengasuh dalam perawatan kesehatan gigi anak autis saat ini tengah dilakukan oleh tim peneliti. (*)

Penulis: Ninuk Hariyani

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://www.dovepress.com/factors-influencing-the-severity-of-dental-caries-among-indonesian-chi-peer-reviewed-article-CCIDE

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).