Mahasiswa Keperawatan Harus Mau dan Mampu Bekerja di Daerah Terpencil

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Yusuf Saktian

Distribusi perawat dan tenaga kesehatan lain yang tidak merata menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh banyak negara di dunia. WHO menyebutkan bahwa hanya 38% perawat dan seperempat dokter yang bekerja di daerah terpencil, padahal setengah populasi dunia tinggal di sana. Kekurangan perawat dapat mengakibatkan beberapa kondisi buruk, misalnya tingginya angka kematian ibu dan bayi, dan memburuknya kondisi kesehatan masyarakat secara umum. Oleh karena itu, pemerataan distribusi tenaga kesehatan, termasuk perawat, menjadi salah satu target utama dari WHO yang harus diikuti oleh semua negara.

Indonesia adalah salah satu negara di Asia Tenggara yang paling kekurangan perawat. Dibandingkan negara Asia lain, misalnya Malaysia, Singapura, Sri Lanka, dan Thailand, Indonesia memiliki rasio perawat dengan populasi paling rendah, yakni kurang dari 1,00 perawat per 1000 jiwa penduduk. Angka itu masih jauh dari rekomendasi WHO yakni 1,58 perawat per 1000 jiwa. Terlebih, distribusi perawat di Indonesia belum merata.

Namun, merekrut dan menarik para perawat untuk bekerja di daerah terpencil adalah hal yang tidak gampang dan sangat menantang, terutama karena keterbatasan akses dan rendahnya minat para perawat. Beberapa faktor yang memengaruhi minat mereka antara lain faktor personal, komunitas lokal, lingkungan, dan penghidupan mereka. Kondisi tempat kerja termasuk karier, insentif, sistem pendidikan, regulasi, serta konteks nasional dan internasional. Selain faktor-faktor tersebut, sebuah penelitian menyebutkan bahwa mereka yang telah bekerja memiliki kemungkinan yang lebih rendah untuk direkrut dan pindah ke daerah terpencil. Mereka cenderung ingin tetap bertahan di tempat kerja lama mereka meskipun ada tawaran untuk pindah.

Hanya ada sedikit penelitian yang mengulas tentang minat mahasiswa keperawatan untuk bekerja di daerah terpencil. Penelitian sebelumnya banyak yang berfokus pada mahasiswa kesehatan lain di luar keperawatan, seperti kedokteran, optometri, kebidanan, atau termasuk keperawatan tetapi digabung dengan mahasiswa jurusan lain. Sementara itu, beberapa studi yang khusus untuk perawat tidak berfokus pada minat mahasiswa keperawatan. Oleh karena itu, kami melakukan penelitian tentang faktor yang berkaitan dengan minat mahasiswa keperawatan Indonesia untuk bekerja di daerah terpencil.

Penelitian ini melibatkan 714 mahasiswa dari total 927 di sebuah fakultas keperawatan negeri di Surabaya. Menggunakan metode cross-sectional, penelitian ini menemukan bahwa hampir 60% mahasiswa keperawatan tidak tertarik untuk bekerja di daerah terpencil. Beberapa faktor yang memengaruhi minat tersebut adalah asal daerah mahasiswa tersebut dan jenis program pendidikan keperawatan yang sedang mereka jalani.

Terkait dengan asal daerah, mahasiswa yang asalnya daerah terpencil hampir 1,5 kali lebih tertarik untuk bekerja di daerah terpencil daripada yang berasal dari kota. Hal itu dapat disebabkan oleh beberapa alasan seperti pertimbangan keluarga, ikatan dengan kampung halaman, dan alasan finansial. Bagi mereka yang berangkat sekolah atas beasiswa pemerintah daerah atau tempat kerja, akan kembali untuk memenuhi ikatan beasiwa/kerja tersebut.

Sementara itu, untuk jenis program pendidikan, mahasiswa sarjana reguler dan mahasiswa profesi reguler sekitar 2,3 kali lebih tertarik untuk bekerja di daerah terpencil daripada mahasiswa sarjana alih jenis dan mahasiswa profesi alih jenis. Beberapa alasan yang memungkinkan adalah bahwa mahasiswa yang lebih muda cenderung memiliki kebebasan untuk memilih dibandingkan mereka yang lebih tua. Dan, biasanya, mahasiswa alih jenis sudah memiliki tempat kerja dan ikatan dinas sebelum mereka melanjutkan studi dari D3 ke S1.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, direkomendasikan untuk mempromosikan ke mahasiswa sejak tahun pertama perkuliahan manfaat dan keuntungan bekerja di daerah terpencil dan melakukan rekrutmen khusus untuk calon mahasiswa yang berasal dari daerah. Penelitian selanjutnya diharapkan bisa menjawab lebih mendalam alasan dan ekspektasi para mahasiswa keperawatan Indonesia agar mau bekerja di daerah terpencil.

Penulis: Gading Ekapuja Aurizki, S.Kep., Ns.

Informasi lebih lengkap dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://fmch.bmj.com/content/7/3/e000144

A. Firdaus, F. Efendi, S. Hadisuyatmana, G. E. Aurizki and K. L. Abdullah (2019). Factors influencing the intention of Indonesian nursing students to work in rural areas. Family Medicine and Community Health, 7: e000144. http://doi.org/10.1136/fmch-2019-000144

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).