UNAIR Kenalkan Tape Jerami Sebagai Siasat Pakan Ternak saat Kemarau

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Universitas Airlangga (UNAIR) kembali mengadakan pengabdian kepada masyarakat. Diprakarsai oleh Prof. Dr. Wurlina, MS., drh., dan Prof. Dr. Suherni Susilowati, Mkes., drh yang juga merupakan dosen Fakultas Kedokteran Hewan, kali ini kegiatan pengabdian masyarakat (pengmas) itu digelar di salah satu peternakan sapi. Tepatnya di kediaman Bapak Wahono (peternakan sapi perah) Desa Nglurup, Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung, pada Kamis (18/07/19).

Kegiatan pengmas tersebut berupa penyuluhan tentang pengolahan pakan dengan memanfaatkan jerami padi menjadi Tape Jerami. Terutama untuk menyiasati pakan saat musim kemarau berkepanjangan.

Masuk musim kemarau bagi para peternak tentu bisa menjadi kendala. Pasalnya, pakan hijau akan berkurang jumlahnya dan sulit didapat. Dalam hal ini, jerami menjadi solusinya.

Prof. Dr. Wurlina, MS., drh., menjelaskan, sapi perah yang kekurangan mendapatkan pakan atau mendapatkan pakan yang tidak bergizi. Maka, selain produksi susu dan kualitasnya menurun, berpengaruh terhadap keberhasilan kawin suntik.

Sebab, sapi yang kekurangan gizi dalam pakan akan berpengaruh terhadap reproduksi sapi betina. Namun, dengan tape jerami tersebut, kualitas pakan akan lebih baik. Yakni, menghasilkan kandungan protein sekitar 7-8 persen, serta mudah dicerna. Selain itu, aroma yang ditimbulkan disukai sapi.

”Jadi, tape jerami atau jerami fermentasi berbau harum, disukai sapi. Ini untuk mensiasati pakan saat musim kemarau berkepanjangan,” ungkap Prof. Wurlina.

Tape jerami merupakan fermentasi jerami menggunakan fermentor. Fermentor bisa didapatkan dengan membuat sendiri, yakni menggunakan isi rumen sapi sebanyak 1kg; molase (tetes) sebanyak 1liter; air sebanyak 8liter, lalu diaduk dan dimasukkan jerigen dan ditutup selama 14 hari untuk menumbuhkan bakteri, sebelum disaring dan menjadikan airnya sebagai fermentor.

Untuk pembuatannya sendiri, yaitu tumpukan jerami kering 20 cm diberi urea 2 cm, dedak 2 cm, fermentor buatan sendiri, dan molase (tetes); lalu ditumpuk lagi dengan jerami, urea, dan dedak sesuai kebutuhan; dan terakhir ditutup menggunakan plastik selama 10-14 hari. Tape jerami dengan jumlah 8-10 kg perhari/ekor mengahasilkan protein sebanyak 7-8%.

”Limbah pertanian mempunyai nutrisi dan daya cerna yang rendah. Sehingga untuk dapat dipakai sebagai pakan ternak yang memenuhi syarat, maka bahan tersebut harus ditingkatkan kualitasnya melalui proses fermentasi dan amoniasi,” jelas Prof. Wurlina.

Mewakili semua peternak Sumber Makmur dan Sumber Rejeki, Bapak Wahono selaku ketua kelompok peternak sapi perah menyampaikan rasa terima kasinya kepada UNAIR dan tim yang telah memberikan ilmu dan pembekalan bagi warganya, serta berharap program seperti itu berlanjut dilain waktu. Selain itu, Prof. Wurlina mengungkapkan bahwa respons masyarakat dari penyuluhan ini sangat baik dan menghendaki kegiatan seperti itu dilaksanakan secara rutin.

”Responsnya sangat senang mendapat ilmu dan menghendaki dilakukan lagi secara rutin,” ujar Prof. Wurlina.

Penulis: Ulfah Mu’amarotul Hikmah

Editor: Feri Fenoria Rifa’i

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).