Potensi Madu Tingkatkan Ketersediaan Ikan Patin Siam

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Sumber gambar: Sains Kompas

Ikan patin siam adalah salah satu komoditas ikan air tawar ekonomis penting di Indonesia. Pada tahun 2011, produksi ikan patin siam mencapai 229.267 ton atau sekitar 16,1% dari total produksi dunia. Ikan patin siam terkenal karena memiliki harga yang tinggi, tingkat pertumbuhan cepat yang, mudah dibudidayakan dan rasanya yang enak.

Sayangnya, ikan patin siam tidak selalu tersedia sepanjang waktu. Hal ini dikarenakan pola pemijahannya yang hanya terjadi 1 tahun sekali (Oktober hingga April) sehingga ketersediannya terbatas dalam memenuhi permintaan pasar. Salah satu solusinya adalah penerapan kriopreservesi.

Kriopreservasi adalah pelestarian sel dan jaringan dengan menggunakan nitrogen cair pada suhu -196°C untuk jangka waktu yang lama tanpa mengurangi fungsi biologis. Kriopreservasi digunakan untuk menyimpan spermatozoa dalam kondisi optimal agar dapat digunakan sewaktu-waktu untuk pemijahan buatan. Kriopreservasi sudah digunakan dalam dunia bioteknologi untuk menyelesaikan berbagai permasalahan, seperti transportasi ikan, keterbatasan induk, penyimpanan gamet, dan juga spermatozoa.

Faktor utama yang mempengaruhi kesuksesan kriopreservasi adalah bahan ekstender. Ekstender diperlukan untuk pengenceran spermatozoa ikan sebelum kriopreservasi dan umumnya dirancang agar sesuai dengan komposisi fisiokimia plasma seminal ikan. Fungsi terpenting dari ekstender adalah melindungi sel dari pembentukan kristal es selama pembekuan dan pencairan agar tidak cepat rusak.

Madu, ekstender bahan alami untuk peningkatan kualitas sperma ikan patin siam

Siapa yang tidak suka madu? Madu adalah salah satu bahan alami yang memiliki banyak manfaat. Madu memiliki banyak nutrien penting, seperti mineral dan vitamin, yang diperoleh dari nektar bunga hasil pengumpulan lebah. Menariknya, madu juga dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas spermatozoa ikan patin siam dalam proses kriopreservasi. Hal ini dikarenakan madu mengandung 41% fruktosa dan 35% glukosa yang dapat digunakan sebagai sumber energi untuk spermatozoa pada waktu pembentukan kristal es.

Selain itu, madu juga mengandung ion-ion garam yang dimanfaatkan untuk mempertahankan sel saat proses kriopreservasi agar tidak mudah rusak. Beberapa enzim juga terdapat di dalam madu, seperti enzim diastase, invertase, glukosa oksidase, peroksidase, dan lipase. Semua enzim tersebut berguna untuk proses metabolisme tubuh.


Metode dan Hasil

Hal yang pertama dilakukan pada penelitian ini adalah pengumpulan sperma. Ikan patin siam dari IBAT Mojokerto yang sudah matang gonad dengan berat 2 kg diambil spermanya dengan cara di-stripping (pengurutan pada bagian urogenital ikan dengan cara manual/tangan). Sperma yang didapat dicampur dengan NaCl, madu, dan gliserol untuk dilakukan proses kriopreservasi.

Proses kriopreservasi dilakukan dengan memasukkan campuran sperma ke mini straw dan dilakukan deep freezing selama 15 menit. Kemudian, mini straw dipindahkan pada tempat penyimpanan sperma dengan suhu -196oC selama 30 hari. Setelah 30 hari, sperma di-thawing (dicairkan) dengan suhu 30oC selama 30 detik. Sperma yang sudah cair, dilakukan uji motilitas, viabilitas, abnormalitas, daya tetas, dan fertilisasi telur untuk mengetahui pengaruh madu terhadap kualitas sperma tersebut.

Hasil riset menunjukkan bahwa penambahan madu dalam proses kriopreservasi dapat meningkatkan kualitas spermatozoa ikan patin siam. Ditinjau dari motilitas, viabilitas, dan daya tetas, tingkat fertilisasi telur dan abnormalitas dari spermatozoa, penambahan madu sebanyak 0,6% dapat meningkatkan tingkat kesuksesan kriopreservasi pada spermatozoa.

Informasi menarik dari penelitian ini adalah penambahan madu berlebihan juga dapat menurunkan kualitas dari sperma pada saat proses kriopreservasi. Hal ini dikarenakan penggunakan madu terlalu banyak dapat memberikan efek toksik pada spermatozoa. Toksisitas ini terjadi dalam bentuk perubahan tekanan osmotik dalam pengencer sehingga menyebabkan kerusakan sel membran plasma pada spermatozoa.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan madu 0,6% dapat digunakan dalam proses kriopreservasi untuk mendukung ketersediaan benih ikan patin siam dan mendorong kemajuan perikanan Indonesia. (*)

Penulis: Muhammad Browijoyo Santanumurti

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan di:

Fanni, N. A., Santanumurti, M. B., Suprayogi, T. W., Bendryman, S. S.  (2019). Quality enhancement of cryopreserved spermatozoa of sutchi catfish (Pangasianodon hypophthalmus) with honey addition. Iraqi Journal of Veterinary Sciences32(2), 231-236.

https://vetmedmosul.com/?_action=article&au=400430&_au=Suprayogi,+T.+w.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).