Menggelorakan Pariwisata Bahari di Daerah 3T

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Kompas com
Ilustrasi oleh Kompas.com

Anugerah terbesar bagi Indonesia sebagai Negara Kepulauan Bahari adalah letaknya yang sangat unik dan strategis dalam konfigurasi peta bahari dunia, berupa untaian pulau-pulau yang sambung-menyambung dan merentang di antara Benua Asia dan Australia serta melintang di antara Samudra Hindia dan Pasifik. Anugerah potensi kekayaan bahari yang strategis tersebut, telah memberikan keuntungan dan kemungkinan bagi Indonesia untuk memanfaatkan aturan konvensi kebaharian internasional, sebagai mana diatur dalam United Nation Convention on The Law of The Sea 1982 (UNCLOS ’82). Dalam konvensi tersebut, Indonesia sebagai negara kepulauan yang berdaulat mempunyai hak dan wewenang penuh yang diakui oleh dunia internasional, dalam mengatur, mengelola, dan memanfaatkan kekayaan bahari Nusantara untuk memenuhi segenap kepentingannya.

Seperti dikutip dari buku Budaya Bahari yang ditulis Djoko Pramono menyatakan,secara geografis, Indonesia, sebagai negara bahari, mempunyai luas wilayah yang membentang mulai dari 95’ sampai dengan 141’ Bujur Timur (BT) dan di antara 60’ Lintang Utara (LU) dan 110’ Lintang Selatan (LS). Sedangkan luas wilayah perairan perairan laut Indonesia mencapai kurang lebih 7,9 juta km2 (termasuk Zona Ekonomi Eksklusif/ZEE). Kalau dihitung, panjang pantai yang mengelilingi seluruh kepulauan Nusantarakurang lebih 81.000 km, dengan jumlah penduduk yang tinggal di kawasan pesisir terdapat lebih dari 40 juta orang. Dan luas wilayah perairan meliputi kawasan laut seluas 3,1 juta km2, yang terdiri dari perairan kepulauan seluas 2,8 juta km2 dan wilayah laut seluas 0,3 juta km2.

Berkaitan dengan itu pula, sebenarnya Indonesia memiliki potensi wisata bahari yang besar, selain potensi yang didukung oleh kekayaan alam yang indah dari keanekaragaman flora fauna dengan kamajemukan budaya yang menarik. Wisata bahari yang ada di pesisir dapat dilaksanakan melalui pemanfaatan obyek dan daya tarik wisata secara optimal. Berbagai obyek itu dapat dimanfaatkan menjadi  wisata alam pantai, keragaman flora dan fauna (biodiversity), wisata taman laut, wisata bisnis, wisata budaya, maupun wisata olah raga.

Menggelorakan Potensi

Berikut adalah pemaparan inovasi dari saya untuk setidaknya membantu wilayah wisata bahari pesisir 3 T di Indonesia, yaitu; Pertama, edukasi ke masyarakat tentang potensi wisata dari segi pemukiman penduduk dan dermaga. Wilayah pemukiman yang berciri memanjang mengikuti garis pantai itu dapat dijadikan sebagai sarana yang indah dengan mengecat kayu atau tembok di bagian badan dermaganya. Kita menggunakannya dengan pewarnaan tropis, seperti biru, kuning, hijau, dan putih. Gagasan itu pernah dipraktikkan di Dermaga Baca SDN 04 Sidogentung Batu 04 Pulau Gili, oleh peserta Ksatria Maritime Project UNAIR.

Kedua, penggunaan hashtag (tagar) untuk tempat yang instagramable di wilayah dermaga dan pantai. Koneksi memang masalah utama di daerah 3T, tapi ada banyak jalan untuk melakukan mengenalkan kawasan dermaga warna, yaitu salah satunya dengan mengunggah foto menarik ketika sampai di kota. Dan tak lupameng-klik akun Kementerian Pariwisata, disertai hashtag #WonderfulIndonesia, #VisitIndonesia #PesonaIndonesia.

Ketiga, membuat komunitas bacpacker. Bukan rahasia lagi, saat ini banyak sekali mahasiswa yang berkutat di batasan empat sisi dinding kampus, mereka terkungkung dan membutuhkan realisasi atas ilmu yang didapatnya di kelas. Kita bisa memanfaatkan itu dengan menjadi pelopor untuk mengadakan “tabungan” keperluan di daerah 3T. Tujuan kegiatan ini bukan tanpa alasan, selain untuk menambah pengalaman, tapi juga untuk menambah relasi dengan live in di masyarakat setempat.

Terakhir, dari pemaparan diatas, tentunya tidak dapat diterapkan secara langsung, karena membutuhkan waktu yang berkelanjutan. Sebenarnya masih banyak kekurangan sana-sini, namun kita bisa melongok potensi yang selama ini sering dilupakan yaitu “wisata bahari”. Sebagai generasi muda, khususnya millenial, kita perlu mengangkat pariwisata itu dengan cara kita di media sosial. dan yang paling penting atas itu semua, sudah seharusnya kita turut serta mendukung pemerintah untuk menjadikan “Indonesia sebagai poros maritim dunia”.

Berita Terkait

Fariz Ilham Rosyidi

Fariz Ilham Rosyidi

Penulis adalah mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga, angkatan tahun 2016. Staf Advokasi IKAHIMSI Jawa Timur 2017, dan Staf Kajian Strategis HMD Ilmu Sejarah 2017.