HTTS, Menangkan Ramadhan dengan Berhenti Merokok untuk Selamanya

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Dr. SANTI Martini dr., M.Kes (Foto : Galuh Mega Kurnia)

UNAIR NEWS – Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) tahun 2019 jatuh di bulan ramadhan pada Jum’at (31/5/2019). Tema yang diambil pada tahun ini adalah “Tobbacco and lung health” yaitu berkaitan dengan kesehatan paru-paru.

Diambilnya tema tersebut adalah karena paru-paru memiliki peran yang fundamental dalam kesehatan dan kehidupan seluruh manusia. Sementara, asap rokok dapat menyebabkan kanker paru hingga penyakit pernafasan kronis lainnya yang pasti sangat berpengaruh kepada kualitas hidup seseorang.

Dr. Santi Martini dr., M.Kes atau yang akrab disapa Santi, Wakil Dekan Satu Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR) menjelaskan bahwa permasalahan rokok di Indonesia perlu untuk lebih diperhatikan. Terlebih berkaitan dengan dampak asap rokok yang membahayakan kesehatan sehingga berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia.

“Kita sudah generasi emas 2045, sudah memprediksi bonus demografi di tahun 2030 dan sudah memasuki masyarakat ekonomi ASEAN. Sehingga, kualitas SDM menjadi isu yang penting untuk diperhatikan,” jelas Santi.

Menurut Santi, kualitas SDM tidak hanya bisa dilihat dari kepintaran saja, namun juga terkait dengan kesehatan. Layaknya lingkaran setan, seseorang tidak bisa belajar dan menjadi pintar jika fisik atau psikisnya tidak sehat. Sehingga, kesehatan menjadi penting dan masalah rokok yang mempengaruhi kesehatan para perokok aktif maupun pasif juga perlu untuk dikendalikan.

Sebagai bagian dari WHO, dalam pengendalian rokok Indonesia cukup untuk mengikuti Framework Convention on Tobacco Control (FCTC). Salah satu instrumen pengendalian rokoknya adalah EMPOWER. Yaitu monitoring angka kejadian penyakit akibat asap rokok, protection terhadap manusia yang tidak merokok, offering atau menawarkan bantuan kepada perokok aktif yang ingin berhenti merokok, memberikan warning terkait dampak asap rokok, enforcement dan raising atau meningkatkan harga rokok.

“Dengan adanya regulasi terkait kawasan tanpa asap rokok dan terbatas asap rokok, peringatan berupa gambar dibungkus rokok, dan regulasi terkait lainnya menunjukkan Indonesia sudah mengikuti instrumen FCTC meski belum diratifikasi,” ucap Santi.

Meskipun begitu, Santi berharap kedepannya pemerintah Indonesia bisa segera berkomitmen untuk mengesahkan FCTC. Mengingat, di kalangan masyarakat sendiri tidak ada kendala yang mengakibatkan Indonesia terhalang untuk melakukan pengesahan. Sejauh ini, menurut Santi belum ada gerakan dari pemerintah untuk membina para petani tembakau agar bisa menghasilkan tembakau yang baik dan siap ekspor.

Santi juga berharap kegiatan World Tobacco Process and Machinery (WTPM) yang akan diadakan di Grand City Surabaya dapat dicegah. Karena dengan diadakannya pameran mesin rokok tersebut secara tidak langsung masyarakat setuju terhadap adanya rokok dan tidak melakukan upaya pengendalian produksi serta pemasarannya.

Selain itu, bulan Ramadhan menjadi momentum yang sangat baik untuk membiasakan perokok aktif yang beragama islam berhenti merokok mengingat hal itu dapat membatalkan puasa seseorang. Untuk itu, Santi menyarankan agar kebiasaan tersebut dapat diteruskan.

“Kemenangan kita dibulan ramadhan tercermin pada sebelas bulan kedepan, untuk itu jika sudah puasa tapi masih merokok maka ada yang salah dari ibadah puasa individu tersebut,” ujar Santi.

Untuk masyarakat umum, Santi berpesan agar kita menempatkan bahaya atau dampak akibat asap rokok sebagai permasalahan kesehatan masyarakat. Kemudian, ketika regulasi-regulasi terkait seperti regulasi terkait kawasan tanpa rokok sudah ada, maka penegakan akan hal itu juga harus menjadi prioritas.

“Jika ingin membandingkan, sebenarnya biaya mengobati penyakit akibat asap rokok jauh lebih besar daripada yang diterima dari cukainya. Untuk itu, kita harus mulai memperhatikan kesehatan masyarakat dan fokus pada health promotion,” ucap Santi.

Penulis : Galuh Mega Kurnia

Editor : Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).