UHAMKA dan UNAIR Gali Cikal Bakal Sejarah Nasionalisme Indonesia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Menggali tema nasionalisme, turut dihadirkan Dekan FKIP UHAMKA, Dr. Desvian Bandarsyah, M.Pd (kiri) dan Dosen Ilmu Sejarah UNAIR, Eni Sugiarti, S.S., M.Hum (kanan) (Foto: Yudi Wulung)

UNAIR NEWS – Menggali tema nasionalisme, Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UNAIR bersama Program Studi Pendidikan Sejarah UHAMKA mengadakan seminar sejarah bertajuk “Kebermaknaan Nasionalisme Dalam Perspektif Sejarah” di Aula Siti Parwati, FIB UNAIR, Senin (18/02).

Dalam acara tersebut, turut dihadirkan dua pembicara ahli, yakni Dekan FKIP UHAMKA, Dr. Desvian Bandarsyah, M.Pd dan Dosen Ilmu Sejarah FIB UNAIR, Eni Sugiarti, S.S., M.Hum. Keduanya dipandu oleh Edi Budi Santoso, S.S., M.Hum sebagai moderator.

Merujuk informasi di awal, Dekan FKIP UHAMKA, Dr. Desvian menjelaskan tentang warisan sejarah nasionalisme di Indonesia. Menurutnya, konsep nasionalisme yang berkembang di Eropa sejak abad ke-18, menyebar ke kawasan Asia-Afrika awal abad ke-20 sebagai bentuk perlawanan terhadap kolonialisme.

Di Indonesia, Kata Desvian, nasionalisme terbentuk dari respon praktik kolonialisme Belanda yang mendorong para pemikir bangsa untuk membentuk gerakan organisasi dengan konsep ke-Indonesiaannya.

“Gerakan organisasi kebangsaan yang dipelopori Budi Utomo, Partai Nasional Indonesia, Perhimpunan Indonesia, beserta tokoh-tokohnya itu adalah rahim yang melahirkan nasionalisme Indonesia,” Ujar Desvian.

Sementara itu, Dosen Ilmu Sejarah FIB UNAIR, Eni Sugiarti menyampaikan materinya yang berjudul “Membentuk Ke-Indonesian diatas tajamnya Pena: Fungsi Pers dan Peran Seniman Membangun Nasionalisme Indonesia”. Menurutnya,  terbentuknya akar nasionalisme di Indonesia tidak terlepas dari peran pers dan seniman.

Lanjut Eni, pers merupakan media pergerakan yang masif dilakukan sebelum Indonesia merdeka. Dia mencontohkan, terdapat tiga media pers yang turut membantu pergerakan, yakni Memorie Der Nouvelles, Vendu Nieuws, dan Bataviashe Kolonie Courant.

Mengutip pernyataan Ben Anderson, Eni mengatakan bahwa nasionalisme  di Indonesia hadir dari berbagai aspek, seperti pembuatan taman makam pahlawan, cenotaph (tugu peringatan tentara yang gugur), lagu kebangsaan,  bendera  nasional,  kesamaan bahasa, dan kesepahaman agama.

“Hal-hal seperti  inilah  yang  disebut  sebagai  akar budaya  nasionalisme,” ucap Eni

Pengajar mata kuliah Sejarah Pergerakan Nasional (SPN) itu menambahkan, Ben Anderson mencoba  menunjukkan dua  bentuk  pembayangan yang lain,  yaitu  melalui novel  dan surat  kabar.  Kedua  wahana itu, kata Eni,  secara  teknis dapat  menampilkan  keterwakilan  kembali komunitas imaginatif yang disebut  sebagai  bangsa.

“Dengan  itu,  Anderson membuat  kesimpulan kepada kita  bahwa  nasionalisme merupakan  sesuatu  yang  diciptakan  dan  ia telah memberi tinjauan terhadap masa silam sekaligus memberi bayangan terhadap masa depan,” Tutup Eni.

Penulis : Fariz Ilham Rosyidi

Editor : Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).