Green Marketing dan Buying Behavior Solusi Ekonomi Selamatkan Bumi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
PROF Dr Tanti Handriana, SE., M.Si dalam orasi pengukuhan guru besarnya di Aula Garuda Mukti, Lantai 5, Kantor Manajemen UNAIR, pada Sabtu (26/1/2019). (Foto: Bambang Bes)
PROF Dr Tanti Handriana, SE., M.Si dalam orasi pengukuhan guru besarnya di Aula Garuda Mukti, Lantai 5, Kantor Manajemen UNAIR, pada Sabtu (26/1/2019). (Foto: Bambang Bes)

UNAIR NEWS – Problem lingkungan akhir-akhir ini menjadi perbincangan hangat. Tepatnya soal meningkatnya jumlah sampah plastik di beberapa negara. Dalam lingkup yang lebih luas, ancaman atas lingkungan di bumi ini terus meningkat.

Ditandai dengan semakin berkurangnya sumber-sumber alam, lapisan ozon yang kian menipis, menyempitnya lahan hutan hujan tropis, serta berkurangnya energi tak terbarukan. Termasuk  meningkatnya polusi udara dan air serta pemasalahan sampah.

Prof Dr Tanti Handriana, SE., M.Si dalam orasi pengukuhan guru besarnya menyampaikan bahwa dalam 50 tahun terakhir, 60 persen ekosistem bumi telah terkuras. Konsumsi sumber daya alam diperkirakan akan meningkat tiga hingga enam kali lipat pada tahun 2050. Sementara itu, populasi diperkirakan akan mencapai lebih dari 9 miliar orang pada 2050.

”Salah satu penyebab kerusakan lingkungan tersebut adalah dari perilaku kita sebagai makhluk hidup,” katanya.

”Yang secara otomatis, kita berperan sebagai konsumen, baik dalam mengonsumsi produk berupa barang maupun produk berupa jasa,” imbuhnya.

Karena itu, ungkap Prof Tanti, memahami perilaku konsumen dirasa sangat penting. Konsep perilaku konsumen dimaknai sebagai proses yang melibatkan individu maupun kelompok. Yakni, dalam memilih, membeli, menggunakan, atau membuang produk, layanan atau pengalaman. Khususnya untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan.

Berbasis pada konsep tersebut, kesadaran masyarakat soal perilaku hijau sangat penting untuk dibangun. Terutama sebagai upaya solusi menghadapi berbagai ancaman terhadap lingkungan. Sangat penting menumbuhkan kesadaran soal perilaku hijau (green behavior), baik mereka (manusia) sebagai konsumen (green buying behavior), maupun bagi para pelaku bisnis (green marketing).

 

Green marketing

Prof Tanti menjelaskan, Green marketing merupakan upaya perusahaan untuk merancang, menentukan harga, mendistribusikan, dan mempromosikan produk dengan cara memperhatikan pada perlindungan lingkungan. Konsep green marketing telah ada setidaknya sejak Hari Bumi pertama diperingati, pada 1970.

”Masalah lingkungan hidup dan permintaan konsumen atas produk hijau sebagai faktor pendorong kebangkitan green marketing,” sebutnya.

Tujuannya adalah di satu sisi untuk mencapai keseimbangan antara tujuan penjualan dan keuntungan sekaligus sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat serta lingkungan. Green marketing bermanfaat bagi perusahaan selaku penghasil produk. Di antaranya, memastikan pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan dan profitabilitas serta menghemat uang dalam jangka panjang.

Perusahaan-perusahaan yang menerapkan green marketing, ungkap Prof Tanti, bakal menghasilkan green product. Yakni, produk yang tidak akan mencemari bumi, tidak merusak sumber daya alam, dan dapat didaur ulang.

”Suatu produk dapat dikatakan sebagi produk ‘hijau’ bila memenuhi kriteria: menghemat air dan energi, mencegah kontribusi polusi terhadap udara, air dan tanah; melindungi kualitas udara dalam ruangan; menggunakan bahan baku yang terbarukan; menghasilkan dampak lingkungan yang kecil; serta diproduksi dengan cara sadar lingkungan,” jelasnya.

 

Green Buying Behavior

Sementara itu, dari sisi konsumen dikenal istilah green buying behavior. Yakni, orang yang menghindari produk yang membahayakan kesehatan konsumen atau pihak lainnya. Juga produk yang mengakibatkan kerusakan yang signifikan terhadap lingkungan selama pembuatan, penggunaan, dan pembuangan, produk.

”Termasuk produk yang menimbulkan pemborosan yang tidak perlu dan produk yang menggunakan bahan yang berasal dari spesies yang terancam punah,” imbuhnya.

Berdasar definisi dari perilaku konsumen, tutur Prof Tanti, green buying behavior adalah mencakup semua tahapan dalam konsumen dalam mengonsumsi sebuah produk (baik barang maupun jasa) yang berorientasi pada lingkungan. Mulai tahap pemilihan produk sampai dengan pembuangan produk.

”Misalnya, akhir-akhir ini kampanye untuk menghentikan penggunaan sedotan plastik semakin digalakkan,” ucapnya.

Berdasar data Divers Clean Action, pemakaian sedotan di Indonesia setiap hari mencapai 93.244.847 batang. Jika dibentangkan, jarak puluhan juta sedotan plastik itu sama dengan lima kali perjalanan pulang pergi Jakarta–Papua.

”Hal ini memicu munculnya ide-ide kreatif mengganti sedotan plastik dengan sedotan berbahan ramah lingkungan,” katanya.

Prof Tanti berharap masyarakat turut aktif melanjutkan budaya baik tersebut, berperilaku hijau. Tepatnya sebagai agen ekonomi sebagai konsumen untuk menjaga bumi dan kerusakan.

”Di sisi lain, konsumen yang belum berperilaku hijau, mari kita mulai dari hal-hal sederhana di sekitar kita,” ujarnya.

Salah satunya, lanjut Prof Tanti, mematikan lampu saat ke luar ruangan, membawa tas belanjaan sendiri saat berbelanja ke pasar tradisional atau modern (minimarket, supermarket, jugahypermarket). Selain itu menghemat penggunaan air, menggunakan lampu dan alat elektronik yang hemat energi, serta membatasi penggunaan sedotan plastik.

”Dengan demikian, kesadaran konsumen atas green buying behavior dan implementasi konsep green marketing dari pelaku bisnis serta dukungan pemrintah akan menciptakan lingkungan yang lestari dan nyaman. Termasuk menciptkan kehidupan yang sehat bagi makhluk hidup pada umumnya serta terciptanya efisiensi dan profitabiltas bagi para pelaku bisnis,” tuturnya. (*)

 

Penulis: Feri Fenoria

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).