Dosen FKH UNAIR Amati Migrasi Bangau Bluwok di Probolinggo

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh probolinggokab.go.id
Foto oleh probolinggokab.go.id

UNAIR NEWS – Alam selalu punya cara untuk menunjukkan beragam aktivitasnya. Salah satunya, Bangau Bluwok atau dalam bahasa latinnya dikenal dengan Mysteria Cinerea. Aktivitas migrsi Bangau Bluwok yang terjadi di pesisir pantai di wilayah Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, mendapat perhatian oleh salah satu pengamat satwa liar dari Universitas Airlangga.

Mengutip probolinggokab.go.id pada Selasa (22/1), Dr. Boedi Setiawan drh., MP., yang juga dosen Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UNAIR itu menuturkan bahwa ia sudah dua kali melakukan aktivitasnya sebagai pengamat sekalisgus fotogrfafer Bangau Bluwok di Probolinggo. Namun, pada tahun sebelumnya, ia harus rela pulang dengan tangan hampa dan harus menunggu musim migrasi berikutnya. Kali ini, ia berhasil mengamati sekaligus mendokumentasikan aktivitas migrasi Bangau Bluwok dengan baik.

Menurut dosen yang akrab di panggil Cak Boeseth itu, melihat perilaku Bangau Bluwok yang selalu datang kembali setiap tahunnya dan jumlahnya semakin berkembang menunjukkan bahwa habitat mangrove disini (Probolinggo, red) cocok bagi koloni Bangau Bluwok tersebut. Selain itu, imbuh dia, adanya kepedulian dari masyarakat sekitar untuk tidak mengusik keberadaan Bangau Bluwok dan juga melindunginya dari tangan pemburu menjadi faktor penting berlangsungnya aktivitas tahunan satwa tersebut.

“Karena alasan itu akhirnya mereka selalu kembali pada tahun-tahun selanjutnya untuk mencari makan saat musim migrasi mereka seperti saat ini. Satwa liar selalu mengikuti nalurinya saat bermigrasi, selama mereka enjoy disini dan habitatnya support maka mereka pasti akan selalu kembali,” jelasnya.

Lebih lanjut, Dosen Konservasi Satwa Liar FKH UNAIR itu juga menerangkan, dari total enam ekor Bangau Bluwok yang berhasil terpantau, kali ini semuanya dalam kondisi sehat, hal ini terlihat pada kepekaan (aware) Bangau Bluwok atas kehadiran manusia. Jika kondisi seperti ini tetap terjaga, Cak Boeseth menambahkan bahwa ada kemungkinan Bangau Bluwok ini bisa berkembang biak di sini.

“Selama kondisi mangrovenya tetap terjaga dan keamanan bangau bluwok selalu terjamin,” tandasnya.

Pada akhir, ia berharap bahwa ke depan ada tindak lanjut dari pengambil kebijakan khususnya di mangrove Desa Penambangan ini. Jika memungkinkan, tandasnya, kawasan tersebut bisa dijadikan kawasan konservasi.

“Disamping itu juga perlu menambahkan lokasi mangrovenya, selain sebagai fungsi barrier juga untuk supporting habitat satwa liar disini yang ternyata masih banyak jenisnnya selain Bangau Bluwok,” pungkasnya.

Penulis: Nuri Hermawan

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).