Perdalam Ilmu K3 Mahasiswa FKM Kunjungi Tambang Emas Di Banyuwangi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Petugas dari PT BSI menjelaskan pengendalian apabila terjadi bahaya. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Memperdalam praktik ilmu yang didapat selama di bangku perkuliahan, sebanyak 15 mahasiswa peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Prodi Kesehatan Masyarakat PSDKU Universitas Airlangga di Banyuwangi berkunjung ke PT Bumi Suksesindo, Rabu (17/10).

PT Bumi Suksesindo (BSI) merupakan perusahaan pertambangan penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang telah  memiliki Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi  (IUP OP) seluas 4.998 ha.

Terletak di Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi, kegiatan utama saat ini terfokus pada unit bisnis produksi emas dan tembaga di tujuh bukit operation atau yang lebih dikenal dengan sebutan Tumpang Pitu.

“Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, kami mengantarkan mahasiswa ke sana supaya dapat ilmu lebih mendalam, tidak hanya teori saja,” ujar Dian Santoprayoga, dosen pengambu mata kuliah penyakit akibat kerja di PSDKU UNAIR Banyuwangi.

“Kegiatan ini harapannya dapat menjadi bentuk kerjasama antara pihak UNAIR dengan PT BSI, agar mahasiswa bisa lebih dikenal dan lulusannya bisa diterima di sana,” tutur Dian.

Mahasiswa disambut di Aula Pos 4 PT BSI. Kegiatan diawali dengan penyampaian safety induction oleh Riza Faisal, karyawan dari departemen Safety PT BSI. Kegiatan dilanjutkan dengan pemberian materi seputar alur produksi PT BSI dan sistem manajemen K3 di sana. Puncaknya, mahasiswa diajak keliling di spot-spot produksi PT BSI.

Berdasarkan praktik terbaik kelas dunia, PT Bumi Suksesindo (BSI) telah menerapkan sistem keselamatan, prosedur, dan aturan emas yang dipatuhi sebagai bagian dari Analisa Keselamatan Kerja dan Lingkungan Harian, mencakupi seluruh sistem kerja, prosedur kerja, para pekerja dan bahkan para tamu yang berkunjung ke lapangan.

“Aturan tersebut menjadi inti rejimen keselamatan BSI  secara menyeluruh, serta menjadi ‘indikator utama’ keselamatan membantu para manajer melakukan penyesuaian terhadap sistem keselamatan, tempat bekerja, serta mengidentifikasi kegiatan beresiko tinggi yang memerlukan tambahan pengawasan,” ujar Riza Faisal.

BSI menerapkan 127 pasal prosedur keselamatan kerja. Antara lain, standar bahaya utama, pemeriksaan kesehatan, pengaturan lalu lintas, penanganan bahan peledak dan kegiatan peledakan, pengelolaan pembersihan lahan, pengaturan kelelahan pekerja, panduan OHS, Hazard Identification Risk Assessment Control (HIRAC), dan bekerja di ketinggian.

“Tidak ada yang boleh bekerja dalam kondisi tidak sehat, kurang fit, atau diserang kantuk karena kurang tidur atau kelelahan. Selain itu, setiap pekerja dilatih dan diuji secara kontinu, dan hanya diberikan izin kerja apabila terbukti kompeten,” tutur Riza.

Untuk keperluan tanggap darurat, BSI telah membentuk Emergency Response Team (ERT) yang terdiri dari personil pilihan dari setiap departemen, dan dilatih khusus oleh BASARNAS (Badan SAR Nasional). Sebagai bukti kompetensi mereka, tim ERT BSI dikirim ke Aceh menyusul gempa bumi belum lama ini untuk membantu kegiatan penanggulangan bencana.

“Pelaksanaan aktivitas teknikal, operasional, administrative,  dan hubungan eksternal lainnya dilakukan oleh BSI dengan melibatkan sekitar 1.500 karyawan. Dimana 99% adalah WNI dan hampir 62% merupakan anak-anak muda Kabupaten Banyuwangi,” ungkap Sauki dari Divisi Humas PT BSI.

“Kesempatan ini tentu sangat baik bagi mahasiswa PSDKU UNAIR yang asli Banyuwangi monggo kami menunggu lulusannya untuk bergabung dengan kami,” sambut Sauki. (*)

Penulis : Siti Mufaidah

Editor : Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).