Mahasiswa FETP UNAIR Bantu Surveilans Bencana di Palu

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
BRIEFING pada hari pertama di Dinkes Provinsi Sulawesi Tengah sebelum bertugas ke puskesmas. (Foto: Istimewa)
BRIEFING pada hari pertama di Dinkes Provinsi Sulawesi Tengah sebelum bertugas ke puskesmas. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Sebagai respons atas terjadinya bencana Palu-Donggala, Sekretariat FETP (Field Epidemiology Training Program) Indonesia memberikan penugasan untuk mendelegasikan mahasiswa Magister Epidemiologi minat Epidemiologi Lapangan (FETP) untuk terjun ke lokasi bencana. Termasuk hal itu berlaku pada Universitas Airlangga. Dua mahasiswa turut diberangkatkan ke Palu.

Adalah Andini Rizki Amanda (Indi) dan Harni Utari Nennong (Harni). Keduanya merupakan mahasiswa S2 FETP UNAIR. Indi dan Harni ditugaskan ke Palu-Donggala bersama dengan mahasiswa FETP dari universitas lain penyelenggara pendidikan FETP di Indonesia.

Ketua Departemen Epidemiologi di FKM UNAIR Dr. Atik Choirul Hidajah dr., M.Kes., menyampaikan bahwa dua mahasiswa tersebut pergi ke lokasi untuk membantu Kementerian Kesehatan dalam melakukan kegiatan analisis risiko dampak bencana. Selain itu, mereka diamanahi melakukan surveilans atau pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data secara sistemik, akibat bencana. Termasuk investigasi Kejadian Luar Biasa (KLB) yang berpotensi terjadi akibat bencana di tiga kabupaten atau kota yang terdampak paling parah. Terutama di Kota Palu, Kabupaten Donggala, dan Kabupaten Sigi.

”Surveilans pada kondisi tanggap darurat bencana dan masa pemulihan bencana merupakan hal yang sangat penting. Dengan surveilans, akan diperoleh data yang terus-menerus,” sebutnya.

”Dengan begitu, dapat diketahui apakah suatu wilayah terindikasi KLB atau tidak. Jika terindikasi KLB, segera dilakukan investigasi. Hasil investigasi tersebut kemudian digunakan untuk memberikan rekomendasi tindakan yang perlu dilakukan untuk menghentikan penyebaran, mencegah, terjadinya KLB dan penyebarannya,” imbuhnya.

Menurut dr. Atik, selain melakukan surveilans, mahasiswa FETP yang berangkat ke sana ditugaskan untuk melakukan survei dan monitoring mengenai keadaan vaksin di puskesmas. Hal tersebut sangat penting dilakukan karena listrik di lokasi terdampak padam cukup lama.

TIM FETP (Field Epidemiology Training Program) di depan kantor Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah sebelum bertugas. (Foto: Istimewa)
TIM FETP (Field Epidemiology Training Program) di depan kantor Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah sebelum bertugas. (Foto: Istimewa)magister

Sementara itu, Indi mengungkapkan bahwa saat ini beberapa kantor, perusahaan, dan sekolah di Kota Palu yang tidak runtuh mulai kembali aktif. Fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak roboh juga sudah beroperasi seperti biasa. Baik yang di daerah terdampak bencana maupun tidak.

Meskipun beberapa puskesmas telah beroperasi, terdapat beberapa kendala. Misalnya, listrik yang belum masuk wilayah dan hujan yang sempat membuat longsor.

”Puskesmas yang terdampak bencana buka sampai Minggu. Sementara yang tidak terdampak bencana buka seperti biasa, yaitu Senin sampai Sabtu. Untuk puskemas yang roboh, belum tahu berapa jumlahnya,” sebut Indi ketika dihubungi via media daring oleh UNAIR NEWS.

Menambahkan keterangan Indi, Harni menyampaikan bahwa di Kota Palu saat ini rata-rata masyarakatnya masih tinggal di lokasi pengungsian. Berdasar pengamatannya, banyak warga yang mengalami diare karena sanitasi dan keadaan lingkungan yang buruk. Kondisi tersebut diperparah dengan adanya gempa susulan yang masih terjadi dan hujan yang turun.

”Sejauh ini, kami masih pantau, diare. Sebab, kasus diare meningkat di beberapa puskesmas karena sanitasinya. Kami masih melakukan penyelidikan apa penyebab dari kasus diare tersebut,” tuturnya. (*)

 

Penulis: Galuh Mega Kurnia

Editor: Feri Fenoria

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).