Museum Etnografi UNAIR Gelar Diskusi Mengenai Perilaku Masyarakat Selama Pandemi Covid-19

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Dian Rosdiana pada gelaran webinar bertajuk “Pandemi dan Perilaku Masyarakat” yang diselenggarakan Museum Etnografi FISIP UNAIR, Kamis (31/3/2022). (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Museum Etnografi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga menggelar diskusi bertajuk “Pandemi dan Perilaku Masyarakat” pada Kamis (31/3/2022). Hadir sebagai pembicara pada gelaran ini salah satunya adalah Dian Rosdiana, konsultan komunikasi perubahan sosial dan perilaku di Johns Hopkins Center for Communication Programs.

Seperti yang telah kita ketahui bahwa pandemi Covid-19 telah mengubah kebiasaan sehari-hari masyarakat Indonesia. Protokol kesehatan diterapkan seluruh lapisan masyarakat guna mengurangi angka penularan virus Covid-19. Penggunaan masker di tempat umum, rutinitas mencuci tangan, dan menghindari kerumunan masih tetap diterapkan sejak masa pandemi hingga saat ini.

Berbagai adaptasi kebiasaan ini turut mengubah perilaku masyarakat Indonesia utamanya yang berkaitan dengan kepatuhan terhadap protokol kesehatan. “Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dari hasil survei mengenai perilaku masyarakat pada masa pandemi Covid-19 periode 16-25 Februari 2022, diketahui bahwa masyarakat Indonesia telah menjadikan protokol kesehatan sebagai norma sosial,” papar Dian, sapaan akrab Dian Rosdiana, pada gelaran diskusi itu.

Data ini menunjukkan bahwa lebih banyak orang yang tidak suka dan bahkan marah jika ada orang lain yang tidak mentaati protokol kesehatan. Kebanyakan dari mereka akan menegur agar orang lain di sekitar mereka tetap patuh terhadap protokol kesehatan yang diberlakukan.

“Dilihat dari sini, kita sebenarnya bisa bersenang hati karena kebanyakan orang tidak senang melihat orang lain melanggar prokes dan bahkan ada yang mengambil tindakan menegur. Bisa ditengarai ini sudah menjadi norma,” tegas Dian.

Pada acara diskusi itu, Dian berpesan agar para pemangku kebijakan publik lebih berhati-hati dalam menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan protokol kesehatan selama pandemi Covid-19. Ia menjelaskan bahwa beberapa minggu terakhir terdapat perubahan kebijakan dari pemerintah seperti dihapuskannya kewajiban tes Covid-19 bagi pelaku perjalanan baik di dalam maupun di luar negeri, tidak mewajibkan untuk menjaga jarak di dalam kereta komuter, dan diperbolehkannya merapatkan saf salat berjamaah.

“Runtutan peristiwa itu membuat persepsi orang jadi seolah-olah bahwa kita sudah masuk era endemi dan pandemi sudah selesai,” ungkap Dian. Padahal, lanjut Dian, transisi dari pandemi menuju endemi memerlukan persiapan yang matang dari berbagai pihak.

Dian berpendapat bahwa dengan dihapuskannya kewajiban tes Covid-19 akan menyebabkan kita tidak dapat mengetahui seberapa banyak kasus Covid-19 yang terjadi di Indonesia. Apalagi, dengan banyaknya masyarakat yang tidak melakukan tes secara sukarela.

“Sedikit sekali orang yang melakukan tes Covid-19 karena sakit. Yang paling banyak orang-orang itu melakukan tes karena kewajiban seperti untuk melakukan perjalanan atau untuk mengunjungi sanak saudara termasuk juga kewajiban dari tempat kerja,” pungkas Dian.

Penulis: Agnes Ikandani

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp