Urgensi Komunikasi dan Kolaborasi dalam Implementasi Konsep IPE di UNAIR

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Pemaparan komunikasi dan kolaborasi oleh Dr. Arie Utariani. (Foto: SS Zoom)

UNAIR NEWS – Sebagai salah satu narasumber dalam webinar berjudul Implementasi Interprofessional Education (IPE) For Interprofessional Collaboration (IPC) “Stunting Pada Anak”, Ahli Spesialis Kulit Dr Afif Nurul Hidayati menyatakan, UNAIR telah menerapkan IPE dalam curriculum setting. Hal itu, diajarkan pada semester awal seperti community setting dalam program kelompok kerja nyata, clinical setting dilakukan di Rumah Sakit UNAIR (RSUA) semenjak tahun 2016 hingga sekarang telah terintegrasi oleh pendidikan UNAIR secara keseluruhan. 

Diharapkan dengan IPE, tim perawatan kesehatan dapat meningkatkan kualitas pelayanan pasien, menurunkan biaya, karena tidak mungkin adanya duplikasi diagnostik, duplikasi terapi, dan sebagainya. Lanjut Dr Afif, tidak semua program studi atau penelitian memberikan hasil yang sama, namun sebagian besar menganggap IPE penting menghasilkan proses yang berguna dalam masing-masing bidang. 

“Proses ini tidak sekadar melibatkan mahasiswa, melainkan dosen juga turut berkontribusi. Mengawali pada awal kurikulum kemudian dalam komunitas termasuk hospital setting. Memang ada keterbatasan dalam menjalankan IPE, tetapi kita selalu berusaha mencari solusi terhadap masalah yang muncul,” ujar Dr Afif pada Kamis pagi (24/03/2022). 

Dr Afif juga menyebutkan hambatan memulai IPE di berbagai tingkatan organisasi termasuk, jadwal, kurikulum kaku, kurangnya nilai yang dirasakan untuk IPE, perbedaan sikap tenaga kesehatan, dosen, mahasiswa, dan kurangnya sumber daya serta komitmen dapat berdampak negatif.  IPE bertujuan, agar menyiapkan semua siswa profesi kesehatan, supaya bekerja sama dalam membangun sistem pelayanan kesehatan yang lebih aman dan baik. 

“Pendidikan berbasis pengetahuan, keterampilan dan sikap mengarah ke peningkatan kualitas dan keamanan perawatan pasien,” paparnya.  

Sehingga, sambungnya, proses dimana dua atau lebih mahasiswa dari  profesi kesehatan yang berbeda belajar komunikasi dan kolaborasi, yang menjadi anggota tim untuk memberikan pelayanan. Hal tersebut, lanjutnya, demi mengutamakan mutu dan keselamatan proses disebut, Interprofessional Education. Menurut Alumni Fakultas Kedokteran (FK)  itu, pembelajaran dan pengajaran IPE berlangsung di lembaga akademik, serta di tempat para siswa memperoleh pengalaman yang dapat diterapkan. 

Komunikasi dan Kolaborasi

Sehubungan dengan  komunikasi dan kolaborasi, Dosen FK UNAIR Dr Arie Utariani hadir membahas tentang komunikasi dan kolaborasi tim dalam IPE dan Health Service dalam webinar melalui zoom meeting. Komunikasi yang berhasil mencapai tujuan, apabila dapat diterima, dipahami, kemudian mengubah persepsi, perilaku, atau melakukan aksi buruk ke baik. 

“Siapapun yang berada dalam sistem kesehatan, mengupayakan pelayanan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan obat, dan perbekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan manajemen kesehatan. Sehingga tujuan dari sub sistem pelayanan kesehatan kolaborasi ini dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,” kata Dr Arie

Untuk memperlancar komunikasi efektif, Dr Arie menjelaskan bahwa, kita harus menghargai lawan bicara, mampu menempatkan diri pada situasi yang berbeda, mendengar dan siap menerima masukan apapun dengan sikap positif. Pada saat berbicara, gunakan pemahaman bicara yang baik, dan paling penting tidak memandang rendah orang lain. 

Dr Arie menekankan, kolaborasi bukan sebuah program yang memecahkan masalah, melainkan sebagai perubahan total melalui pelayanan berkualitas. Kolaborasi mempengaruhi respon globalisasi pada pandemi covid-19, pandemi menghasilkan kolaborasi kuat dan inovasi yang mendorong sebagian orang bekerja sama berkolaborasi demi tujuan yang sama. 

Penulis : Balqis Primasari

Editor : Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp