Pakar UNAIR Sebut Penyu Hasil Inkubasi Intan Box Lebih Kuat

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Intan Box atau dikenal dengan inkubator buatan penetasan penyu, merupakan teknologi yang dikembangkan oleh Pakar FKH SIKIA Banyuwangi, drh Aditya Yudhana MSi. Aditya mengungkapkan bahwa tujuan pembuatan teknologi tersebut merujuk pada permasalahan penetasan penyu secara alami dan semi alami yang banyak terserang penyakit dan derajat penetasan yang rendah. 

“Metode konservasi penyu yang selama ini diterapkan baik alami maupun semi alami, menemui banyak kendala. Sehingga dengan konsep buatan ini tentunya nilai minusnya masih ada. Namun lebih kecil dan masih banyak plusnya karena sudah kita konsep model alat  sehingga harapannya bisa lebih terjaga ya,” imbuhnya.

Tahap trial yang telah dilakukan, sambung Aditya, dengan jumlah total 51 butir telur penyu. Menghasilkan presentasi penetasan sebesar 100 persen, yang artinya seluruh telur penyu berhasil ditetaskan. Sedangkan dengan inkubasi di sarang alami maupun semi alami jarang sekali terjadi persentase penetasan 100 persen, namun mayoritas 80 persen keberhasilan menetas.

“90 persen juga masih ada namun tidak terlalu banyak, sedangkan hasil trial menggunakan  intan box bisa mencapai angka 100 persen persentase penetasan. Sehingga lebih menjanjikan, namun kembali lagi karena masih trial sehingga hipotesanya masih harus kita uji lebih lanjut,” ungkapnya.   

Perihal kesehatan atau respon dari penyu, imbuh Aditya, terdapat empat ekor penyu yang  dibesarkan dengan tujuan untuk observasi penelitian. Berdasarkan temuan yang didapatkan penyu tersebut sehat dan tidak ada problem sama sekali. Bahkan dinilai dari sisi general checkup aktivitas penyu tersebut normal dan merespon media tinggal.    

“Aktivitas penyu normal, nafsu makan tidak ada masalah, dan jamur serta infeksi lain tidak ada. Karena apabila kondisi penyu terkena infeksi, penyu akan menunjukan kondisi yang lemah namun penyu hasil inkubasi ini masih aktif sampai dilepas liarkan,” jelasnya.

Menariknya, ada spekulasi bahwa insting dalam mengenali lingkungan sekitar dalam artian pantai dan lautan sekitar kemungkinan besar hilang, karena proses penetasannya secara buatan.  Namun ternyata ketika proses pelepasan, insting penyu masih sama. Bahkan ketika kontak secara langsung dengan pasir pantai, penyu hasil inkubasi tersebut merespon secara langsung untuk menuju lautan lepas. 

“Sehingga dari sini terjawab bahwa dari segi insting ketika dilepas liarkan, tidak ada masalah. Sehingga apabila hasilnya bisa stabil 100 persen, akan berdampak langsung terhadap peningkatan populasi yang ada di alam,” pesannya.

Penulis: Ananda Wildhan Wahyu Pratama

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp