Cerita Mahasiswa Radiologi UNAIR Lolos Program AMATI Indonesia di Maluku

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Roby Gustiawarman (tengah) bersama anak- anak sekolah di Desa Sawai. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Sebagai peserta dari Universitas Airlangga yang lolos di Program AMATI Indonesia, Roby Gustiawarman Mahasiswa Program Studi Radiologi angkatan 2019 Fakultas Vokasi merasa terhormat berkontribusi dalam kegiatan Studi Independen khususnya bidang eco-tourism di Desa Sawai Provinsi Maluku. Kegiatan yang diadakan oleh Yayasan Nara Kreatif berlangsung pada 7 provinsi di Indonesia. 

Mahasiswa asal Batam tersebut menceritakan, sekitar 3500 mahasiswa mengikuti seleksi berkas dari pengumpulan curriculum vitae, membuat video tentang pariwisata, kemudian tahap interview. Meskipun berasal dari jurusan kesehatan, Roby mengungkapkan alasannya mendaftar program ini karena eco-tourism sangat menarik apabila dihubungkan kesehatan di tengah pademi.

“Jadi berkesinambungan antara dua hal ini, misalnya orang yang melakukan pariwisata memerlukan aspek kesehatan. Kita harus mengetahui kesehatan diri sendiri, kesehatan alam, dan kesehatan lainnya yang bersangkutan,” jelasnya saat diwawancarai UNAIR NEWS (13/03/2022)

Sebelum berangkat ke lokasi penempatan, Roby beserta 100 orang yang lolos mendapatkan pelatihan secara online bersama mentor berpengalaman seperti, Zero Waste atau Sebumi sekitar 3 bulan. Dengan memanfaatkan sumber daya alami tanpa bahan kimia tambahan yang tidak merugikan alam, sambungnya, para mentor mengajak peserta agar melihat kembali kegunaan barang-barang yang tidak perlu dibuang dan dapat digunakan kembali.

“Suatu kebanggan tersendiri buatku bisa ditempatkan di Maluku, khususnya di Desa Sawai yang termasuk desa tertua di Indonesia. Dibandingkan kondisi alam daerah lain, air lautnya tampak jernih bahkan ikan nemo, penyu, kuda laut, dan biota laut masih terlihat,” ujar Roby 

Waktu yang dibutuhkan untuk menempuh perjalanan ke Maluku selama dua hari menggunakan pesawat, kemudian menaiki kapal tidak mematahkan semangat Roby. Apabila ditotal keseluruhan waktu perjalanan ke Desa Sawai dalam tiga hari 

Dibawah naungan Kampus Merdeka, Program AMATI membentuk setiap mahasiswa dalam satu kelompok yang beranggotakan 5 orang, agar menyelesaikan masalah terutama pada Development untuk Sustainable Tourism diatur di Kementerian Pariwisata No. 14 Tahun 2016 tentang pedoman pariwisata berkelanjutan. Kelompok Roby diberi nama Cekakak Lazuli, yang merupakan burung di Maluku, kegiatannya dapat dilihat melalui akun instagram @cekakaklazuli.

“Kami memiliki dua project, dan salah satunya harus terealisasi. Jadi, project pertama, kami buat paket wisata berupa info akomodasi untuk mengelilingi Desa Sawai, biaya masuk destinasi dan makanannya apa saja. Sedangkan project kedua, rencananya kami ingin mengelola limbah rumah tangga yang dibuang ke laut agar bermanfaat. Namun, program ini tidak terlaksana dengan baik sebab masyarakat belum menyadari dampak membuang sampah ke laut,” jelasnya

Pemilihan lokasi penempatan  melibatkan taman nasional, termasuk Taman Nasional Manusela yang dikunjungi oleh kelompok Cekakak Lazuli. Sebagai penari tradisional, Roby mengenalkan gerakan tarian Jawa Timur kepada anak-anak sekolah Desa Sawai yang antusias kedatangan Cekakak Lazuli.

Menurutnya, banyak budaya Desa Sawai terbilang unik. Roby menjelaskan salah satu budaya seperti membersihkan gua sakral berisikan sarang-sarang burung, sepanjang prosesi, para burung keluar membentuk formasi mengelilingi lautan Sawai sebagai representasi ucapan terima kasih kepada manusia. Kelompok Cekak Lazuli juga belajar bahasa Maluku untuk berkomunikasi dengan masyarakat saat melakukan riset tentang sejarah pembuatan makanan khas Desa Sawai, serta mereka mengetahui sagu berperan penting bagi kehidupan Desa Sawai.

“Jangan melihat keuntungan jalan-jalan atau ingin healing bahkan tuntutan tanggung jawab dari Program AMATI karena setiap daerah berbeda. Aku memiliki prinsip saat mengikuti kegiatan ini sama halnya menyebar kebaikan, informasi, serta ibadah.  Persiapkan secara matang kemudian pertimbangkan kembali kedepannya,” tutup Roby yang masih berkomunikasi dengan masyarakat Desa Sawai sampai sekarang 

Penulis : Balqis Primasari 

Editor : Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp