Pentingnya Deteksi Dini Hipotiroid Kongenital pada Anak

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Kompas.com

UNAIR NEWS – Hipotiroid kongenital diambil dari kata hipotiroid (kekurangan hormon tiroid) dan kongenital (penyakit bawaan). Anak dengan penyakit hipotiroid kongenital akan memiliki kelenjar tiroid yang tidak terbentuk sempurna sehingga produksi hormon tiroidnya sangat terbatas. Kekurangan hormon tiroid dapat menyebabkan retardasi mental pada anak atau idiot.

Menurut dokter spesialis anak dengan sub spesialisasi endokrinologi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (UNAIR), Dr Muhammad Faizi dr Sp A(K) mengatakan, prevalensi penyakit hipotiroid kongenital di Indonesia cukup tinggi dengan perbandingan 1:2736 anak per tahunnya. Satu-satunya cara untuk mencegah hipotiroid kongenital adalah dengan melakukan deteksi dini atau screening

“Screening dapat dilakukan pada saat bayi berusia 48–72 jam. Hasil screening dapat dikonfirmasi pada saat ia berusia 14–30 hari,” ungkapnya. 

Dokter yang juga praktik di RSUD Dr. Soetomo itu juga menyebutkan beberapa gejala bayi yang mengidap penyakit hipotiroid kongenital. Pada awalnya, bayi akan terlihat normal seperti pada biasanya. Namun, lama-kelamaan ia akan menjadi malas minum, malas gerak, lalu tampak gejala-gejala lainnya seperti pembengkakan pada wajah dan lidah, suara serak, hingga hernia umbilikal (usus terpotong). 

“Kalau kita menjumpai anak sudah mendapatkan gejala, itu artinya kita terlambat,” ujarnya.

Anak yang mengidap hipotiroid kongenital, lanjutnya, harus mendapatkan terapi penggantian hormon (sulih hormon) seumur hidup. Pengobatan hipotiroid kongenital itu harus dilaksanakan secepat mungkin. Keterlambatan terapi dapat menurunkan potensi IQ anak sebanyak lima sampai sepuluh poin. 

“Yang terpenting adalah apabila anak tersebut tidak terdeteksi sejak dini, maka bisa dipastikan anak ini akan tumbuh menjadi seorang yang retardasi mental atau idiot,” tuturnya.

Kelainan yang diakibatkan hipotiroid kongenital bersifat irreversibel atau tidak bisa pulih kembali. Fungsi luhur dan intelektualnya akan terganggu. 

Screening hipotiroid kongenital ini sudah dilakukan sejak awal tahun tujuh puluhan. Pada negara maju sudah menjadi wajib, mandatory pada setiap bayi lahir. Kita sekarang juga sedang gencar untuk mempromosikan agar anak-anak Indonesia juga harus dilakukan screening hipotiroid kongenital pada setiap bayi lahir,” pesan dr. Faizi.

Penulis: Alfiyya Rahmah

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp