Epidemolog UNAIR: Penghapusan Tes Swab Lebih Baik Ditunda

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi tes swab. (Foto: Mufid Majnum/unsplash)

UNAIR NEWS – Pemerintah resmi menerapkan penghapusan syarat tes antigen dan PCR bagi pelaku perjalanan domestik beberapa hari lalu. Kebijakan tersebut juga disertai dengan beberapa syarat khusus. Salah satunya, pelaku perjalanan domestik minimal telah mendapat vaksin dosis dua.

Pakar Epidemiologi Universitas Airlangga (UNAIR) Dr M Atoillah Isfandiari dr MKes menyampaikan, syarat tersebut kurang tepat sasaran. Menurutnya, pelonggaran pemeriksaan tes antigen dan PCR itu lebih baik ditujukan bagi pelaku perjalanan domestik yang telah vaksinasi booster. 

Ia menyebutkan, hal tersebut akan lebih meningkatkan keamanan saat perjalanan. Selain itu, syarat tersebut juga dapat mendorong masyarakat untuk melakukan vaksinasi booster. 

“Kenyataannya, sebagian masyarakat ikut vaksin bukan karena kesadaraan mendapatkan kekebalan. Tapi agar dapat mengakses yang tidak bisa diakses tanpa vaksin,” tuturnya pada Kamis (10/3/2022).

Potret Pakar Epidemiologi Universitas Airlangga (UNAIR) Dr M Atoillah Isfandiari dr MKes.

Kasus Positif Sulit Terdeteksi

Selain itu, dr Ato menyebutkan penerapan kebijakan tersebut akan mempersulit terdeteksinya kasus positif. Pencabutan syarat tes antigen dan PCR akan menghilangkan salah satu kontributor terbesar dalam tracing Covid-19.

“Saat mobilitas meningkat, risiko ISPA akan meningkat. Di sisi lain, kita tidak tahu ISPA yang meningkat disebabkan oleh covid atau bukan,” tuturnya. 

Penerapan Kebijakan Perlu Ditunda

Wakil dekan bidang II Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) itu juga menuturkan, gelombang ketiga memang telah melewati puncak dan konsisten mengalami penurunan. Namun, kasus harian masih cenderung tinggi. Dokter Ato menambahkan, penerapan kebijakan yang terburu-buru akan meningkatkan kasus harian dan risiko penularan.

Menurutnya, penerapan kebijakan penghapusan syarat tes antigen dan PCR untuk perjalanan domestik lebih baik ditunda dua minggu lagi. Penundaan tersebut juga akan membuat kondisi lebih stabil saat memasuki bulan Ramadan dan musim mudik.

“Kalau kita mau bersabar dua minggu lagi. Kita ada di posisi yang sama dengan akhir Januari, posisi dasar gelombang. Saat ini kita masih berada pada lereng gelombang,” ujarnya. 

Cegah Penularan dengan 3M 

Dalam mencegah penularan Pakar Epidemiologi itu mengimbau masyarakat untuk tidak lengah menerapkan protokol kesehatan (prokes). Ia menegaskan, vaksinasi hanya salah satu cara untuk menghindari gejala berat. 

“Tetap pakai masker yang proper sama seperti sekarang dan menjaga jarak. Kita tidak tahu yang bareng kita itu membawa virus atau tidak,” tukasnya. 

Ia juga berpesan kepada masyarakat untuk menghindari berkerumun dalam waktu yang lama. Jika tidak dapat menghindari kerumunan, dr Ato menyarankan masyarakat untuk berkumpul di ruang terbuka.

“Kita memang sedang dalam proses penurunan gelombang. Tapi, pandemi belum selesai. Saat ini kita hidup berdampingan dengan covid, preventing jauh lebih penting daripada sesal kemudian,”pungkasnya. (*)

Penulis: Alysa Intan Santika

Editor: Feri Fenoria

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp