Peranan Andrografolida dari Sambiloto sebagai Analgesik dalam Pengembangan Obat Berbasis Bahan Alam

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh Xishuangbanna Tropical Botanical Garden

Rasa sakit dan peradangan adalah mekanisme pertahanan tubuh untuk memulai proses penyembuhan jaringan. Hal ini merupakan manifestasi nonspesifik yang umum dari banyak penyakit. Saat ini, obat yang digunakan untuk manajemen nyeri dan kondisi inflamasi adalah obat golongan narkotika (misalnya, opioid), non-narkotika (misalnya, salisilat) atau kortikosteroid (misalnya, hidrokortison). Semua obat ini diketahui dapat menyebabkan efek samping, obat berpotensi rendah, maupun adanya efek toksik, seperti gagal ginjal, reaksi alergi, dan kadang-kadang gangguan pendengaran, berpotensi meningkatkan risiko perdarahan dengan mempengaruhi fungsi trombosit. Penggunaan dari zat nonsteroid seperti aspirin juga meningkat karena kegunaannya dalam mengurangi kejadian sejumlah gangguan umum termasuk stroke, miokard, infark dan kanker. Oleh karena itu, penemuan zat alternatif untuk mengobati rasa sakit sangat penting. Tanaman adalah sumber penting untuk penemuan obat baru. Banyak tanaman dilaporkan memiliki aktivitas analgesik yang potensial.

Andrographis paniculata merupakan tumbuhan perdu dalam famili Acanthaceae yang banyak digunakan sebagai obat tradisional di negara-negara Asia dan dikenal menunjukkan berbagai efek farmakologis. Tanaman ini lebih dikenal dengan nama local sambiloto. Laporan penelitian terkini telah memberikan gambaran tentang potensi besar dari sambiloto sebagai analgesik. Ekstrak etanol dan Fraksi etil asetat (EA) sambiloto terbukti mengandung senyawa diterpen lakton yang dapat bermanfaat sebagai bahan aktif yang potensial sebagai obat analgesik. Pengembangan obat berbasis bahan alam membutuhkan bahan aktif yang efektif dan berkualitas tinggi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk membandingkan aktivitas analgesik ekstrak etanol dan fraksi EA berdasarkan kandungan andrografolidanya dan selanjutnya menentukan zat aktif yang lebih layak untuk pengembangan obat analgesik berbasis bahan alam khususnya tanaman.

Kandungan andrografolida dalam ekstrak etanol dan fraksi EA ditentukan dengan alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Pengukuran aktivitas analgesik dilakukan dengan uji geliat pada hewan coba mencit. Hewan coba secara acak dibagi menjadi delapan kelompok yang masing-masing terdiri dari 5 ekor mencit. Kelompok 1 (kontrol negatif) menerima 1% Tween-80 dalam normal salin. Kelompok 2 (kontrol positif) menerima obat analgesik standar (natrium diklofenak) dengan dosis 40 mg/kg berat badan. Kelompok 3, 4, dan 5 menerima ekstrak etanol sedangkan Kelompok 6, 7, dan 8 menerima fraksi EA, masing-masing dengan dosis 12,5; 25; dan 50 mg andrografolida/kg berat badan, masing-masing. Setiap mencit disuntik secara intraperitoneal dengan asam asetat 1% dengan dosis 10 ml/kg berat badan 30 menit setelah pemberian perlakuan secara per oral. Jumlah geliat dihitung 5 menit setelah injeksi asam asetat selama 45 menit.

Kandungan andrografolida dalam ekstrak etanol dan fraksi EA adalah 15,66±0,28 dan 21,25±1,08 % b/b, masing-masing. Ekstrak etanol dan fraksi EA menunjukkan aktivitas analgesik masing-masing sebesar 67,68% dan 70,91%, dengan dosis setara andrografolida 50 mg/kg berat badan. Kontrol positif pada dosis 40 mg/kg berat badan menunjukkan aktivitas analgesik 74,33%. Analisis statistik menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara fraksi EA pada dosis setara andrografolida 50 mg/kg BB dan ekstrak etanol pada dosis yang sama serta kontrol positif (P>0,05). Dosis efektif 50% (ED50) dari ekstrak etanol dan fraksi EA secara berurutan adalah 29,49 dan 25,55 mg/kg berat badan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kandungan andrografolida dapat digunakan sebagai indikator aktivitas analgesik dari sambiloto. Ekstrak etanol dan Fraksi EA sambiloto pada dosis andrografolida yang sama menunjukkan aktivitas analgesik yang serupa. Untuk mencapai aktivitas analgesik yang sama dengan fraksi EA, ekstrak etanol memerlukan kuantitas yang lebih banyak. Oleh karena itu, fraksi EA kemungkinan memiliki potensi yang lebih besar sebagai zat aktif analgesik karena kandungan andrografolidanya lebih tinggi. Meskipun demikian, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengembangkannya sebagai bentuk sediaan obat.

Penulis: Dr. Aty Widyawaruyanti, M.Si., Apt.

 Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://rjptonline.org/AbstractView.aspx?PID=2021-14-12-14

Lidya Tumewu, Irfan Rayi Pamungkas, Hilkatul Ilmi, Achmad Fuad Hafid, Indah Setyawati Tantular, Suciati, Tutik Sri Wahyuni, Aty Widyawaruyanti. The Role of Andrographolide in Andrographis paniculata as a Potential Analgesic for Herbal Medicine based Drug Development. Research Journal of Pharmacy and Technology. 2021; 14(12):6269-4.

doi: 10.52711/0974-360X.2021.01084

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp