Hubungan MiRNA-21 dengan Laju Kesintasan Hidup Satu Tahun Pasien Kanker Payudara

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh pthealth.ca

Prevalensi kanker payudara di dunia terus meningkat dengan tingkat mortalitas yang tinggi. Angka kejadian kanker payudara di Indonesia menempati posisi kedua untuk keganasan yang paling sering terjadi. Pemeriksaan biomarker dengan tindakan invasif minimal memberikan harapan baru dalam membantu menentukan prognosis dan respon terhadap terapi. Beberapa biomarker yang dapat diperiksa ialah seperti carcinoembryonic antigen (CEA) dan carbohydrate antigen (CA), namun sensitivitasnya cukup rendah. Sementara itu, pemeriksaan biomarker miRNA menawarkan proses yang lebih mudah dan hasil yang cukup mewakili. Hal ini dikarenakan ekspresi miRNA dapat menggambarkan tipe kanker. Di sisi lain, marker ini juga ditemukan stabil di darah dan di cairan tubuh lain dan mudah terdeteksi oleh biopsi.

Sebuah studi kohort retrospektif dilakukan di Rumah Sakit Universitas Airlangga dengan melibatkan pasien kanker payudara berusia >= 18 tahun serta belum pernah mendapatkan kemoterapi dan/atau radioterapi. Kadar miRNa diperiksa menggunakan real time polymerase chain reaction. Dari 49 pasien kanker payudara, didapatkan 5 pasien pada stadium I, 21 stadium 2, 11 stadium 3, dan 12 stadium 4. Sampel didominasi pasien pada fase pre-menopause dengan hipertensi menjadi komobrid paling sering. miRNA, CEA, dan CA 15-3 menunjukkan angka yang lebih tinggi pada stadium yang lebih tinggi. Terdapat 2 pasien meninggal di stadium awal, dan 3 pasien di stadium lanjut. Didapatkan hubungan antara nilai miRNA-21 dengan kematian pasien di stadium lanjut.

Laju kesintasan hidup memiliki peran penting untuk dalam menggambarkan mortalitas dan morbiditas dan berhubungan dengan faktor risiko, terapi, dan rencana pencegahan. Pada studi ini, 73.46% pasien bertahan hidup, sementara 26.54% meninggal dunia. Didapatkan kesintasan hidup 1 tahun pasien kanker payudara di Inggris, Denmark, dan Cina ialah 95.8%, 94.4%, dan 94.91%. Angka kesintasan hidup di Indonesia lebih rendah dari ketiga negara tersebut dikarenakan pasien kanker payudara yang datang ke pusat kesehatan biasanya sudah pada stadium tinggi. Didapatkan korelasi negatif antara miRNA-21 dengan angka kesintasan hidup 1 tahun pasien kanker payudara. Korelasi negatif ini berarti semakin tingginya kadar miRNA-21, maka semakin rendah angka kesintasan hidup 1 tahun pasien kanker payudara. Hal ini didukung dengan hubungan signifikan antara miRNA-21 dengan ukuran tumor, gambaran histopatologi, gambaran pembesaran kelenjar getah bening, aliran limfatik, dan metastasis viseral. Penelitian lanjutan diperlukan untuk mengobservasi periode rekurensi dan jenis miRNA yang lain.

Penulis: Pradana Zaky Romadhon, dr., Sp.PD.

Link: https://scholar.unair.ac.id/en/publications/the-association-between-plasma-mirna-21-levels-with-overall-1-yea

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp