Efek Sambiloto terhadap Stress Oksidatif dan Tingkat Parasitemia pada Hewan Coba yang Terinfeksi Malaria

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh foodwrite.co.uk

Andrographis paniculata adalah tanaman obat yang populer dikenal dengan nama sambiloto dan tersedia melimpah di Asia Tenggara. Tanaman ini termasuk dalam famili Acanthaceae dan mengandung sejumlah besar konstituen kimia, terutama golongan lakton, diterpenoid, diterpen glikosida, flavonoid, dan flavonoid glikosida. Selain itu, sambiloto memiliki berbagai macam aktivitas farmakologis antara lain: anti-inflamasi, antibakteri, antioksidan, antimalaria. Ekstrak air sambiloto dilaporkan aman dan tidak memiliki efek toksik. Potensi aktivitas antimalaria dari sambiloto telah dilaporkan secara luas. Ekstraknya terbukti aktif secara in vitro terhadap Plasmodium falciparum dan in vivo terhadap Plasmodium berghei. Selain itu, fraksi dan senyawa terisolasi juga menunjukkan aktivitas antimalaria. Aktivitas ini kemungkinan karena kandungan fitokimianya, khususnya senyawa diterpen lakton.

Andrografolida adalah salah satu senyawa lakton diterpen utama yang ditemukan di sambiloto dan menunjukkan aktivitas antimalaria dengan nilai IC50 9,1 µM. Sebelumnya, dilaporkan bahwa fraksi etil asetat (EA) dari sambiloto adalah fraksi kaya kandungan andrografolida. Aktivitas antimalarianya ditunjukkan pada hewan coba tikus yang terinfeksi malaria dengan nilai ED50 6,75 mg/kg BB. Dari nilai IC50 dan ED50 tersebut, andrografolida dan fraksi EA dapat diklasifikasikan sebagai bahan antimalaria yang sangat aktif. Fraksi EA mampu untuk secara signifikan meningkatkan waktu kelangsungan hidup hewan coba yang terinfeksi malaria bila dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Selama infeksi malaria, stres oksidatif muncul karena tingkat metabolisme yang tinggi dari pertumbuhan parasit di dalam eritrosit. Malondialdehyde (MDA), produk peroksidasi lipid dan glutathione (GSH) telah disarankan sebagai biomarker stres oksidatif. Fraksi EA dari ekstrak etanol sambiloto terbukti menghambat pertumbuhan Plasmodium berghei secara in vivo. Namun, mekanisme antimalaria fraksi EA khususnya pada stres oksidatif belum pernah diteliti sebelumnya. Karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fraksi EA terhadap kadar parasitemia, kadar GSH dan MDA pada hewan coba tikus yang terinfeksi P. berghei.

Hewan coba tikus wistar betina yang terinfeksi P. berghei dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok satu tidak mendapat perlakuan (kontrol negatif), kelompok dua diberi perlakuan klorokuin difosfat sebagai kontrol positif, dan kelompok tiga diperlakukan dengan fraksi EA. Perlakuan berlangsung selama empat hari (hari 0 hingga hari 3) dan pengamatan parasitemia dilakukan dari hari ke 0 sampai hari ke 4. Tikus dikorbankan dan diambil darahnya secara intrakardial pada hari ke 4 setelah pengamatan parasitemia. GSH diukur menggunakan ELISA reader pada panjang gelombang 415 nm. MDA diamati melalui spektrofotometri pada panjang gelombang 532 nm.

Fraksi EA yang diberikan pada hewan coba tikus mampu menghambat pertumbuhan parasit malaria sebesar 81,97±9,14%. Tingkat GSH kontrol negatif, kontrol positif dan kelompok perlakuan fraksi EA adalah 139,30±75,93 µMol/mL, 81,06±53,26 µMol/mL dan 105,71±76.00 µMol/mL, masing-masing. Selanjutnya, tingkat MDA kontrol negatif, kontrol positif dan kelompok perlakuan fraksi EA masing-masing adalah 11,18±0,70 nMol/mL, 8,81±1,26 nMol/mL dan 9,40±0,74 nMol/mL. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat GSH antar kelompok perlakuan. Namun, ada perbedaan kadar MDA antara kontrol negatif dan kelompok perlakuan fraksi EA. Hal ini menunjukkan bahwa fraksi EA berpengaruh pada produksi MDA. Menariknya, korelasi ditemukan antara penghambatan pertumbuhan parasit dan kadar MDA antar kelompok.

Fraksi EA dari ekstrak sambiloto dapat menurunkan kadar MDA dan tingkat parasitemia hewan coba tikus yang terinfeksi P. berghei. Aktivitas antimalaria dari fraksi EA kemungkinan berhubungan dengan mekanisme stres oksidatif dan hal ini dapat dijelaskan sebagian dengan adanya penurunan produksi MDA.

Penulis: Dr. Aty Widyawaruyanti, M.Si., Apt.

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://rjptonline.org/AbstractView.aspx?PID=2021-14-12-83

Anita Lidesna Shinta Amat, Hilkatul Ilmi, Lidya Tumewu, Harianto Notopuro, Indah Setyawati Tantular, Achmad Fuad Hafid, Aty Widyawaruyanti. The Effect of Andrographis paniculata Nees on Oxidative Stress and Parasitemia Levels of Plasmodium berghei Infected Rats. Research Journal of Pharmacy and Technology. 2021; 14(12):6676-0.

doi: 10.52711/0974-360X.2021.01153

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp