Bahaya Polusi Partikel Polistiren Plastik di Lingkungan Perairan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by Kompas com

Plastik merupakan suatu makromolekul yang dibentuk melalui proses penggabungan beberapa  molekul sederhana (monomer) menjadi molekul besar (polimer) dengan unsur utamanya karbon dan  hidrogen. Makromolekul ini mudah dibentuk menjadi alat sesuai kebutuhan manusia, misalnya gelas, botol,  sedotan, kantong plastik, kresek, dan lain-lain. Namun ketika selesai pemakaiannya dan dibuang secara  sembarangan sebagai sampah plastik, keadaan ini akan menimbulkan masalah bagi kesehatan lingkungan.  

Sampah plastik merupakan bahan yang bersifat racun ketika dibuang di perairan (sungai, waduk,  laut, dll) akan mencemari badan air dan biota di dalamnya. Menurut ukurannya, sampah plastik dibedakan  menjadi partikel plastik yang potongan besar, makro, meso, dan mikro, yaitu berturut-turut 100, 20, 20-5,  dan <5 mm. Bahan plastik polistiren dengan ukuran yang besar banyak ditemukan di saluran pencernaan  ikan yang hidup di perairan tercemar. Keberadaan bahan plasti ini sangat mengganggu fungsi normal dari  saluran tersebut. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa sampah plastik yang memenuhi saluran  pencernaan dapat menghambat pemasukan dan pencernaan pakan serta menghambat penyerapan sari  makanan melalui epitel usus ikan. Oleh karena itu ikan menjadi kelaparan, jika terjadi pada waktu yang  lama dapat menurunkan fungsi sel dan jaringan yang berakhir pada kematian ikan.  

Partikel polistiren dapat terdegradasi dalam waktu lama di alam oleh sinar ultraviolet untuk  membentuk partikel yang lebih kecil disebut mikroplastik (ukuran 0,1 µm – 5 mm) dan nanoplastik (partikel <0,1 µm). Partikel-partikel ini secara langsung atau tidak langsung dapat diserap ke dalam tubuh melalui  insang dan saluran pencernaan setelah diserap melalui pembuluh darah kapiler dan peredaran darah ke  seluruh tubuh. Konsentrasi zat beracun meningkat mengikuti generasi spesies oksigen reaktif, yang  merusak sel dan jaringan, sehingga mengakibatkan dalam kematian sel. 

Partikel mikroplastik dan nanoplastik ini dapat ditemukan pada beberapa organ ikan yang hidup  di daerah tercemar, termasuk usus, hati, insang, dan otak. Pada tingkat seluler, zat beracun ini menyebabkan  stres oksidatif melalui oksidasi lipid, protein, dan molekul DNA di dalam sel. Ketidakseimbangan ini  menyebabkan inflamasi dan akhirnya kematian sel. Oksidatif stres pada sistem reproduksi menyebabkan  kemandulan pada ikan karena disfungsi organ reproduksi. Beberapa temuan telah menunjukkan bahwa  oksidatif stres karena zat beracun dalam sistem tubuh ikan mengurangi fungsi hormonal termasuk fungsi  poros hipotalamus-hipofisis-gonad. Keadaan ini mengakibatkan pertumbuhan terhambat dan  perkembangan sel yang buruk. Oleh karena itu, disfungsi hipotalamus karena zat beracun menyebabkan  penurunan sekresi gonadotropin-releasing hormon (GnRH). Pengurangan tingkat GnRH disertai dengan  penurunan sintesis steroid, sehingga mempengaruhi perkembangan sel gamet di organ reproduksinya. Stres oksidatif juga mempengaruhi struktur dan ukuran sel spermatogenik. Ini juga merusak tubulus seminiferus struktur dan menghambat proses spermatogenesis, sehingga mengganggu proses fertilisasi.  Berdasarkan hasil beberapa kajian, juga ditemukan bahwa partikel plastik juga dapat  meningkatkan respon inflamasi, bioakumulasi, dan transportasi polutan organik ke dalam tubuh. Bentuk  dan fungsi permukaan, ukuran, muatan permukaan, dan sifat hidrofobik partikel dapat memprediksikan  tingkat penyerapan partikel plastik. Partikel ini memiliki karakteristik tertentu yang memfasilitasi gerakan  melintasi sel hidup, seperti sel dendritik, ke dalam limfatik atau sistem peredaran darah. Saat memasuki  sistem, partikel plastik akan menumpuk di organ sekunder, mempengaruhi tubuh sel dan sistem kekebalan.  Selain itu partikel plastik yang masuk ke dalam saluran pencernaan akan menurunkan aktivitas enzimatik  mikroba usus, sehingga mengganggu proses pencernaan dan penyerapan nutrisi oleh sel epitel usus. Apabila  keadaan ini berlangsung dalam waktu yang lama berakibat pada kemunduran kesehatan dan kematian ikan. Dari beberapa penelitian juga ditemukan bahwa di alam, partikel mikroplastik ataupun  nanoplastik dapat mengikat bahan lain, termasuk bahan beracun seperti logam berat timbal, tembaga, dan  seng. Logam berat ini juga bahan beracun berasal dari limbah industri yang dibuang ke perairan. Dengan  demikian, perairan sungai atau laut menjadi tercemar akibat aktivitas manusia yang tidak terkendali. Melihat keadaan perairan yang seperti ini, ternyata masih banyak petambak ikan atau udang yang  menggunakan air sungai atau waduk sebagai media untuk budidaya atau pembesaran ikan atau udang. Hal  ini menimbulkan risiko bagi manusia yang konsumsinya. Selain mengganggu fungsi usus, keberadaan 

partikel ini juga menyebabkan stres oksidatif dan gangguan metabolisme lipid di hati, sehingga dapat  menurunkan kesehatan. Terdapat alternatif untuk mengurangi adanya bahan beracun khususnya dari bahan  partikel plastik yang masuk ke tubuh ikan, yaitu dengan menambahkan suplemen pada pakannya. Hasil  penelitian menunjukkan bahwa pakan suplemen yang mengandung probiotik, vitamin C, dan kombinasi  keduanya (probiotik dan vitamin C) dapat menurunkan efek beracun dari polusi partikel plastik. Hal ini  terjadi karena suplemen probiotik yang mengandung bakteri asam laktat dapat menyerap partikel plastik yang mengikat senyawa organik di saluran pencernaan, yang selanjutnya akan dikeluarkan dari tubuh  bersama dengan kotoran ikan. Probiotik bisa ditambahkan ke pakan yang diberikan kepada organisme  budidaya. Selain merendahkan partikel plastik, melengkapi dengan bakteri probiotik akan memberikan  manfaat yang ditingkatkan seperti: sebagai peningkatan pertumbuhan, perkembangan, dan ketahanan  terhadap penyakit inang budidaya. Selain itu, penambahan vitamin C sebagai suplemen makanan dapat  meningkatkan kesehatan reproduksi ikan. Vitamin C dengan sifatnya sebagai antioksidan berfungsi sebagai  buffer redoks yang dapat mereduksi dan menetralkan reaktif spesies oksigen yang dihasilkan oleh partikel  plastik.  

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa partikel plastik polistiren bersifat racun sehingga  menurunkan kesehatan ikan, namun dengan penambahan pakan suplemen yang mengandung probiotik,  vitamin C, dan kombinasi keduanya dapat memperbaiki kesehatan ikan yang tercemar polutan partikel  plastik. 

Penulis: Alfiah Hayati  

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:  http://www.veterinaryworld.org/Vol.15/February-2022/36.pdf 

Assessing the recovery of steroid levels and gonadal histopathology of tilapia exposed to polystyrene  particle pollution by supplementary feed Alfiah Hayati, Manikya Pramudya, Hari Soepriandono, Aisyah Rizkyning Astri, Michael Ronaldi Kusuma, Sasanaqia Maulidah, Wahyu Adriansyah, and Firli Rahmah Primula Dewi.

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp