Terapi Nutrisi pada Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by Hello Sehatt

Kekurangan energi-protein sering terjadi pada pasien gagal ginjal kronis (GGK) yang menjalani hemodialisis (HD). Keadaan ini dapat diidentifikasi melalui beberapa biomarker, salah satu yang paling sering ialah albumin. Albumin mampu menggambarkan cadangan protein viseral serta memprediksi progresivitas GGK. Hipoalbuminemia pada pasien yang rutin menjalani HD dapat disebabkan karena beberapa situasi, seperti inflamasi, penurunan nafsu makan, dan restriksi makanan. Terapi nutrisi memegang peranan penting dalam manajemen pasien GGK yang menjalani hemodialisis HD, sebelum, saat, dan setelah HD. Studi ini mengevaluasi perubahan albumin dan penanda antropometri dari pasien hemodialysis setelah mendapatkan terapi nutrisi.

Dari 58 pasien, 17 mendapatkan terapi konseling, 17 terapi nutrisi oral, dan 24 nutrisi parenteral intradialisis. Kami menggunakan kuisioner Subjective Global Assessment (SGA) untuk mengevaluasi perubahan berat badan, jenis makanan yang dikonsumsi, gejala saluran cerna, dan kapasitas fungsional dari masing-masing pasien, untuk memastikan bahwa status nutrisi subjek penelitian merupakan SGA B atau C.

Mayoritas subjek ialah laki-laki dan telah menjalani hemodialisis selama 47.5 minggu. Komorbid paling sering ialah hipertensi dan diabetes melitus. Rata-rata, pasien makan 2-3 kali per hari. Didapatkan perbedaan yang signnifikan pada tebal lipatan triceps dan biceps antara sebelum dan sesudah intervensi. Evaluasi pada bulan ke-1 dan ke-3 menunjukkan perbedaan yang dignifikan pada lingkar lengan atas, tebal lipatan otot triceps dan biceps, serta kadar albumin pada pasien yang menjalani terapi konseling. Perbedaan kadar albumin secara signifikan didapatkan di bulan ke-1 dan ke-3 pada pasien yang mendapatkan terapi nutrisi oral. Terdapat pula peningkatan albumin, lingkar lengan  atas, dan tebal otot triceps setelah terapi nutrisi parenteral intradialisis. Usia dan durasi hemodialisis mempengaruhi kadar albumin, tebal triceps dan biceps pada pasien yang mendapatkan terapi nutrisi oral.

Pada studi ini, nutrisi parenteral intradialisis memberikan peningkatan albumin paling tinggi dibanding dua intervensi nutrisi lainnya. Namun, pada bulan ketiga, terapi konseling juga meningkatkan albumin cukup tinggi. Sebaliknya, beberapa penelitian sebelum ini menjelaskan bahwa nutrisi parenteral intradialisis justru tidak memperbaiki kualitas hidup pasien secara lebih baik dibandingkan dengan nutrisi oral. Hal ini dapat disebabkan karena jumlah sampel yang kecil dan ketidakpatuhan dalam intervensi

Meskipun masih terdapat beberapa studi dengan hasil yang bertolakbelakang, nutrisi parenteral intradialisis telah secara umum dinilail dapat meningkatkan kadar albumin dan memperbaiki parameter antropometrik. Penelitian lanjutan diperlukan dengan follow-up dalam waktuyang lebih lama, mencantumkan variabel inflamasi, dan melakukan stratifikasi berdasarkan komorbid pasien.

Penulis: Satriyo Dwi Suryantoro, dr., Sp.PD

Link jurnal: Dietary management of haemodialysis patients with chronic kidney disease and malnourishment


Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp