Posisi Impaksi Kaninus Permanen Unilateral / Bilateral pada Prognosis Perawatan dengan Indeks KPG

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh zonadental.tv

Gigi di rongga mulut akan tumbuh sesuai dengan urutan waktu setiap erupsi gigi, mulai dari fase pertumbuhan gigi sulung hingga berubah menjadi gigi permanen. Secara umum, gigi permanen erupsi ke arah oklusal, menggantikan sepenuhnya gigi sulung. Namun, terkadang gigi gagal erupsi dan tersangkut di tulang alveolar. Terkena dampak gigi adalah gigi yang belum erupsi sebagian atau seluruhnya dan terletak pada gigi, tulang, atau jaringan lunak sehingga tidak memungkinkan terjadinya erupsi lebih lanjut, dijelaskan menurut anatomisnya posisi. Gigi yang paling sering mengalami impaksi adalah gigi geraham ketiga, diikuti oleh gigi rahang atas kaninus dan gigi premolar kedua rahang bawah.

Gigi taring merupakan gigi kedua setelah geraham ketiga yang memiliki frekuensi impak yang tinggi, tetapi gigi anterior rahang atas lainnya, seperti gigi seri rahang atas pertama dan kedua, juga dapat mengalami kesulitan tumbuh karena posisi rahang yang salah. Gangguan erupsi gigi kaninus permanen rahang atas terjadi karena sebagian besar mengalami masa perkembangan yang paling lama, perkembangan yang paling luas, dan proses erupsi yang paling sulit dibandingkan dengan gigi lain di rongga mulut.

Gigi taring rahang atas sangat penting untuk estetika dan fungsionalitas. Gigi kaninus yang impaksi dapat menunjukkan beberapa komplikasi seperti perpindahan akar dan resorpsi gigi yang berdekatan, kista degeneratif, ankilosis kaninus, pemendekan lengkung rahang atau beberapa kombinasi dari faktor-faktor ini. Gigi taring yang terkena sangat kompleks dalam hal penyebab, lokasi, respons terhadap pemeliharaan preventif, dan prediksi keberhasilan. Hal ini menimbulkan dilema bagi banyak ortodonti dalam menentukan apakah ada gigi taring yang impaksi dan bagaimana perawatannya. Dalam beberapa kasus, jika Perawatan ortodonti tidak dimulai pada usia muda, dapat menyebabkan ankilosis gigi taring dan akar gigi seri.

Seorang Ortodontis harus mampu mendeteksi dampak awal dari gigi taring dan mampu memberikan beberapa teknik perawatan yang efektif. Untuk itu perlu diketahui letak gigi kaninus yang impaksi secara akurat agar diperoleh teknik perawatan yang optimal. Deteksi dini kaninus rahang atas yang terkena dapat mengurangi waktu perawatan, komplikasi, dan biaya perawatan. Penatalaksanaan gigi impaksi biasanya memerlukan intervensi dari ortodontis dan ahli bedah mulut dan intervensinya bisa sangat berbeda di antara keduanya.

Penatalaksanaan gigi impaksi memerlukan diagnosis yang tepat dan akurat meliputi lokasi gigi impaksi, struktur anatomi sekitarnya, kemiringan sumbu panjang gigi impaksi dan gigi tetangga, sehingga setelah mendapatkan diagnosis yang benar, rencana perawatan dapat dilakukan. dilakukan. Posisi kaninus yang terkena dan perawatannya merupakan dua faktor utama yang mempengaruhi total waktu perawatan dan posisi akhir kaninus dalam rongga mulut. Pemeriksaan radiografi sangat penting untuk menegakkan diagnosis yang benar dan penatalaksanaan yang optimal tanpa banyak komplikasi karena gambaran ini akan memberikan informasi yang akurat tentang posisi gigi, jumlah dan bentuk akar, serta hubungan gigi dan struktur anatomi sekitarnya.

Pemeriksaan radiografi selalu dilakukan jika pada saat pemeriksaan klinis ditemukan gigi impaksi. Radiografi dua dimensi untuk diagnosis pra operasi yang sering digunakan adalah radiografi lokal dan panoramik. Radiografi dua dimensi termasuk radiografi konvensional (lokal dan panoramik), sefalometri, dan video merupakan bagian dari rekam medis pasien ortodonti yang telah dilakukan selama ini. Radiografi diperlukan untuk menentukan diagnosis, rencana pengobatan, prosedur pengobatan, prognosis, tindak lanjut, dan edukasi bagi pasien. Sementara itu, distorsi sering ditemukan pada radiografi 2D. Dengan teknologi terbaru seperti Cone Beam Computed Tomography (CBCT), gigi taring yang terkena dapat diposisikan secara tepat dalam tiga dimensi. Mesin CBCT adalah teknologi baru yang awalnya dikembangkan untuk angiografi pada tahun 1982 dan kemudian digunakan untuk pencitraan maksilofasial.6 CBCT menggunakan sinar-X berbentuk kerucut menghasilkan gambar rekonstruksi 3D dari gigi dan rahang. Dengan CBCT, dimungkinkan untuk mendapatkan posisi kaninus yang impaksi, melihat jumlah tulang yang menutupinya dan mengevaluasi kondisi struktur anatomi di sekitarnya. Selanjutnya, CBCT mampu mengatasi keterbatasan radiografi 2D konvensional

Perawatan ortodonti di poliklinik Spesialis ortodonti Rumah Sakit Gigi Universitas Airlangga telah menggunakan CBCT sebagai pemeriksaan penunjang dalam menentukan prognosis perawatan ortodonti, termasuk posisi gigi kaninus yang impaksi. Prediksi dini kaninus yang terkena merupakan kunci keberhasilan pengobatan, dan kegagalan diagnosis dini akan menjadi masalah dalam pengobatannya. Selanjutnya klasifikasi yang digunakan adalah indeks KPG sebagai sistem klasifikasi 3D pertama untuk gigi kaninus rahang atas yang impaksi. Indeks ini menentukan posisi atau derajat keparahan gigi kaninus impaksi yang dibagi menjadi 3 area yaitu sumbu X, Y, dan Z serta memprediksi tingkat kesulitan perawatan. Selanjutnya, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesulitan posisi gigi kaninus rahang atas yang impaksi berdasarkan indeks KPG pasien ortodonti yang dirawat di Rumah Sakit Gigi Universitas Airlangga.

Radiografi 3D dapat menghasilkan gambar yang jelas untuk melihat gigi impaksi di lengkung rahang. Indeks KPG merupakan indeks yang dapat memberikan gambaran 3D pada radiografi CBCT. CBCT memberikan hasil radiografi yang akurat, yang penting dalam menentukan posisi gigi impaksi dan menentukan tingkat keparahan perawatan kaninus impaksi berdasarkan indeks KPG. Indeks KPG untuk menentukan posisi kaninus dan tingkat keparahan perawatan pada kaninus yang terkena menggunakan 3 dimensi untuk dapat mengevaluasi secara tepat jarak kaninus dari posisi ideal.

Penulis: Nina Agustin Chrystinasari, Ida Bagus Narmada

Link: http://www.jidmr.com/journal/wp-content/uploads/2021/12/33-D21_1597_Ida_Bagus_Narmada_Indonesia.pdf

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp