Penelitian Klinis Terkendali untuk Mengevaluasi Pravastatin dalam Mencegah Preeklampsia dan Efeknya

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by Hello Sehat

Selama beberapa dekade terakhir, patogenesis preeklamsia telah dipelajari secara luas. Banyak penelitian terbaru menunjukkan bahwa ketidakseimbangan antara faktor pro-angiogenik (VEGF dan PLGF) dan faktor anti-angiogenik (sFlt-1, s-Eng) memainkan peran penting dalam patogenesis preeklamsia. Sampai saat ini, satu-satunya pengobatan definitif untuk preeklamsia adalah melahirkan bayi dan plasenta. Penelitian terbaru berfokus pada penemuan obat ‘kuratif’ baru untuk preeklamsia. Ahmed et al adalah yang pertama mengusulkan statin sebagai strategi terapi baru. Statin adalah sekelompok obat penurun kolesterol yang digunakan terutama dalam pengobatan hiperkolesterolemia. Pravastatin dapat melindungi sel endotel, dengan menginduksi ekspresi HO-1 dan dengan demikian menghambat pelepasan sitokin yang dimediasi dari faktor anti-angiogenik sFlt-1 dan sEng. Penurunan kadar sFlt-1 dan sEng dapat meningkatkan PlGF dan VEGF bebas dalam sirkulasi. Memperbaiki ketidakseimbangan pada akhirnya dapat menyelesaikan disfungsi sel endotel ibu. Statin memiliki efek pleiotropik yang secara teori mungkin bermanfaat dalam mencegah preeklamsia termasuk: efek imunomodulator dan anti-inflamasi, dan pengurangan pembentukan radikal oksigen bebas dan proliferasi sel otot polos.

Pada tahun 2017, kami memulai studi INOVASIA multisenter (studi Pravastatin Indonesia untuk Mencegah Preeklamsia; Uji klinis ID Pemerintah: NCT033648970) yang melibatkan 3 rumah sakit tersier pusat di Indonesia. Pusat Surabaya juga mengukur serangkaian biomarker yang relevan selain hasil klinis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efek pravastatin dalam mencegah preeklamsia (PE) pada wanita hamil yang berisiko tinggi mengalami preeklamsia, luaran ibu dan bayi (maternal-perinatal), kadar serum sFlt1, PLGF, sEng, dan rasio sFlt1/PlGF ibu.

Penelitian ini adalah bagian dari uji klinis terkendali (RCT) berlabel terbuka dari studi multisenter INOVASIA. Wanita hamil dengan risiko tinggi mengalami PE direkrut sebagai partisipan studi dan dikelompokkan secara acak ke dalam kelompok intervensi (40 orang) dan kelompok kontrol (40 orang). Kriteria inklusi terdiri dari ibu hamil dengan faktor risiko klinis PE positif dan pemeriksaan doppler arteri uterina abnormal pada usia kehamilan 10-20 minggu. Kelompok kontrol mendapat aspirin dosis rendah (80 mg/hari) dan kalsium (1 g/hari), sedangkan kelompok intervensi mendapat tambahan pravastatin (20 mg dua kali sehari) (selain aspirin dan kalsium) mulai usia kehamilan 14-20 minggu sampai persalinan. Sampel darah penelitian diambil sebelum dosis pertama pravastatin dan sebelum melahirkan (pre-post test). Variabel utama penelitian adalah kejadian preeklamsia ibu, luaran maternal-perinatal, dan kadar sFlt-1, PLGF, sFlt-1/PlGF dan tingkat sEng.

Angka kejadian preeklamsia lebih rendah (tidak signifikan) pada kelompok pravastatin dibandingkan dengan kelompok kontrol (17,5% vs 35%). Kelompok pravastatin juga memiliki angka kejadian preeklamsia berat, sindroma HELLP, gagal ginjal akut, dan hipertensi berat yang cenderung lebih rendah (tidak signifikan). Angka kelahiran prematur (iatrogenik) secara signifikan (p=0,048) lebih rendah pada kelompok pravastatin (n=4) dibandingkan dengan kontrol (n=12). Neonatus dalam kelompok pravastatin memiliki berat lahir yang secara signifikan lebih tinggi (2931 + 537 vs 2625 + 872 g; p=0,006), skor Apgar <7 (2,5 vs 27,5%, p=0,002), morbiditas neonatal gabungan (0 vs 20%, p =0,005) dan perawatan di NICU yang lebih rendah (0 vs 15%, p=0,026).

Semua biomarker menunjukkan penurunan yang signifikan pada kelompok kontrol dibandingkan dengan perubahan yang tidak signifikan pada kelompok pravastatin. Kadar sFlt-1 meningkat secara signifikan pada kelompok kontrol (p=0,007), dibandingkan dengan peningkatan yang  tidak signifikan pada kelompok pravastatin (p=0,461). Kadar PlGF menurun secara signifikan pada kelompok kontrol (p=0,013), dibandingkan penurunan yang tidak signifikan yang terlihat pada kelompok pravastatin (p=0,098). Sehingga, rasio sFlt-1/PlGF meningkat secara signifikan pada kelompok kontrol (p<0,001), dibandingkan dengan peningkatan yang tidak signifikan pada kelompok pravastatin (p=0,128). Kadar sEng pada kelompok kontrol meningkat secara signifikan (p<0,001), sedangkan kadar sEng tidak menunjukkan perubahan pada kelompok pravastatin (p=0.266).

Sebagai kesimpulan Pravastatin memiliki potensi dalam pencegahan sekunder preeklamsia dan menurunkan risiko luaran perinatal yang buruk yang diperantarai plasenta dengan memperbaiki ketidakseimbangan angiogenik.

Penulis: Muhammad Ilham Aldika Akbar

Link jurnal: INOVASIA Study: A Randomized Open Controlled Trial to Evaluate Pravastatin to Prevent Preeclampsia and Its Effects on sFlt1/PlGF Levels

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp