Pemanfaatan Pelayanan Perawatan Bayi Baru Lahir dan Pemberdayaan Perempuan di Indonesia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by KlikDokter

Meskipun dianggap sebagai salah satu langkah yang paling efektif dalam menurunkan angka kematian pada bayi baru lahir, nyatanya angka cakupan pemanfaatan pelayanan perawatan bayi baru lahir di Indonesia adalah salah satu yang terendah di dunia. Padahal, penelitian-penelitian terdahulu telah menemukan adanya peningkatan kemungkinan komplikasi hingga tiga kali lipat pada bayi baru lahir yang tidak mendapatkan perawatan segera setelah lahir. Tingkat partisipasi perempuan dalam pendidikan, pemilihan fasilitas kesehatan saat melahirkan, pemanfaatan akses pemeriksaan kehamilan, dan kondisi finansial keluarga adalah beberapa faktor yang selama ini ditengarai sebagai kontributor terhadap pemanfaatan PNC.

Dalam tiga tahun terakhir, beberapa penelitian menambahkan bahwa rendahnya pemanfaatan layanan perawatan bayi baru lahir juga berhubungan dengan rendahnya paparan media informasi pada perempuan dan partisipasi suami dalam mendukung istri untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan kehamilan yang ada. Meski demikian, faktor-faktor yang berkaitan dengan pemberdayaan perempuan belum pernah diulas, terutama dalam kaitannya terhadap angka pencapaian pemanfaatan layanan perawatan bayi baru lahir selama ini di Indonesia.

Pada 2019 lalu, tim peneliti Universitas Airlangga menganalisa bagaimana pemanfaatan layanan perawatan bayi baru lahir di Indonesia selama ini. Khususnya, untuk melihat perbedaan perilaku masyarakat di wilayah barat dan timur Indonesia. Peneliti menduga bahwa perilaku pemanfaatan PNC di Indonesia ada kaitannya dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan upaya-upaya pemberdayaan perempuan yang selama ini belum diulas. Data yang sebelumnya telah dikumpulkan melalui Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada 2017 dimanfaatkan sebagai dataset untuk diekstraksi dalam upaya menjawab tujuan dan pertanyaan investigasi ini. Tidak kurang dari 10.365 data kelahiran di SDKI dianalisis.

Meskipun mayoritas proses persalinan yang tercatat telah dilakukan di fasilitas kesehatan, tidak lebih dari 32.6% saja dari bayi yang lahir dalam periode 2012-2016 yang memanfaatkan layanan perawatan bayi baru lahir setelah dipulangkan dari perawatan persalinan. Kami mendapati hanya sekitar 41% provinsi yang tersebar di Indonesia yang telah mencapai angka cakupan minimal yang disarankan. Mayoritas dari provinsi yang mendapat angka cakupan yang rendah ini sayangnya tersebar di sebagian besar kawasan timur Indonesia.

Penyelidikan tersebut berhasil mengungkap lebih jauh bahwa bayi yang terlahir dari ibu yang bekerja memiliki kemungkinan 32% lebih tinggi dalam mendapatkan pemeriksaan bayi baru lahir. Hal ini bermakna bahwa bayi-bayi yang terlahir dari ibu yang bekerja memiliki peluang yang lebih tinggi mendapatkan pemeriksaan kesehatan setelah lahir jika dibandingkan dengan bayi yang terlahir dari ibu yang tidak bekerja. Fakta serupa juga ditemukan pada populasi bayi yang terlahir dari ibu yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi; mereka memiliki peluang yang lebih baik untuk mendapatkan perhatian petugas kesehatan.

Indikasi yang sama juga terlihat di antara populasi bayi yang terlahir dari ibu yang memiliki perspektif yang baik terhadap kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan yang mampu mengambil bagian dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga. Sayangnya, cukup banyak bayi yang terlahir dengan jenis kelamin laki-laki dan yang berukuran lebih besar dari rerata berat lahir tidak mendapat cukupan perhatian untuk mendapatkan pemeriksaan baru lahir. Beberapa di antara penjelasan sudut pandang budaya terhadap fenomena ini adalah adanya kebiasaan masyarakat di Indonesia yang berpantang mengajak bayi keluar dari rumah sebelum melewati masa 40 hari setelah dilahirkan. Kepercayaan masyarakat inilah yang mungkin memberikan kontribusi terhadap rendahnya pemanfaatan pelayanan perawatan bayi baru lahir di Indonesia. Meskipun layanan perawatan bayi baru lahir di Indonesia telah dilaporkan sudah dapat dimanfaatkan masyarakat di pedesaan melalui bidan mandiri praktik.

Ibu yang bekerja atau berasal dari keluarga berpenghasilan cukup akan memiliki kesempatan yang baik dalam mendapatkan pilihan perawatan bayi baru lahir yang lebih baik. Sayangnya, ibu yang menganggap bayi yang dilahirkannya dalam keadaan sehat, berat badan di atas rata-rata, dan berjenis kelamin laki-laki justru memiliki kecenderungan untuk tidak memanfaatkan layanan tersebut dengan baik. Kemungkinan mereka beranggapan bahwa pemeriksaan kesehatan tidak diperlukan kecuali bayi-bayi yang dilahirkannya relatif kecil dan mengalami masalah kesehatan yang membutuhkan penanganan profesional segera. Temuan ini mengindikasikan masih perlunya upaya-upaya pendidikan kesehatan dan pemberdayaan perempuan yang lebih baik di Indonesia untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada bayi baru lahir.

Informasi lebih lengkap tentang penelitian ini dapat dilihat di:

https://doi.org/10.1007/s11195-021-09687-y

Sebayang, S.K., Has, E.M.M., Hadisuyatmana, S. et al. Utilization of Postnatal Care Service in Indonesia and its Association with Women’s Empowerment: An Analysis of 2017 Indonesian Demographic Health Survey Data. Matern Child Health J (2022).

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp