Terapi Carative Caring dan Cognitive Behavior pada Self Efficacy dan Self Care Pasien Covid-19

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto Edukasi Okezone

Pandemi COVID-19 mempengaruhi kondisi psikososial setiap orang. Jumlah kasus terkonfirmasi COVID-19 semakin meningkat, karena penularan COVID-19 yang cepat melalui droplet pasien ke orang lain. Pemerintah memberikan kebijakan physical distancing dan penerapan pembatasan aktivitas masyarakat selama pandemi COVID-19 untuk meminimalkan jumlah kejadian COVID-19. Orang-orang yang terkonfirmasi positif COVID-19 merasakan ketakutan dan kekhawatiran yang luar biasa dalam diri mereka di mana mereka memikirkan apakah mereka dapat pulih, berkumpul kembali dengan keluarga, dan menjalankan aktivitas sehari-hari. Perasaan cemas dan tidak berdaya yang dialami dapat menurunkan kepercayaan diri pasien sehingga akan mempengaruhi perawatan diri untuk mempertahankan status kesehatannya. Berdasarkan data di Indonesia, jumlah kasus positif COVID-19 pada 9 Februari 2021 sebanyak 1.166.079 orang terkonfirmasi positif COVID-19 dengan sembuh 963.028 orang, dan meninggal 31.763 orang. Di Jawa Timur. Terkonfirmasi positif Covid-19 sebanyak 118.436 orang, sembuh 104.038 orang dan meninggal 8.240 orang. Sedangkan di Kota Surabaya sebanyak 20.352 orang terkonfirmasi positif Covid-19 dengan jumlah sembuh 18.796 orang dan meninggal dunia 1303 orang. Hasil survei yang dilakukan oleh Ikatan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia menemukan bahwa 64,3% dari 1.522 orang merasa cemas atau tertekan setelah mengetahui hasil tes swab bahwa mereka positif COVID-19. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zhang menunjukkan bahwa pasien yang menderita COVID-19 mengalami peningkatan depresi sebesar 29,2% setelah menjalani isolasi mandiri. Perasaan berjuang untuk sehat dengan perawatan mandiri dan harus jauh dari keluarga serta stigma masyarakat sekitar bahwa masyarakat harus menjauhi pasien COVID-19 menimbulkan perasaan negatif dalam dirinya sehingga akan mempengaruhi psikologinya terutama dalam tingkat kepercayaan diri dan perawatan diri.

Penderita COVID-19 mengalami penurunan efikasi diri karena beberapa faktor antara lain lamanya isolasi, prasangka pada pasien mengenai dapat menularkan kembali dan menularkan kepada anggota keluarga lain, kondisi kesehatan yang memburuk, faktor kejenuhan isolasi, waktu tunggu tes. akibatnya, stigma negatif dari masyarakat sekitar [10]. Pasien COVID-19 harus dirawat di ruang isolasi jika memiliki tanda dan gejala yang memerlukan pengawasan ketat oleh tenaga medis. Pemantauan kesehatan dan pelayanan kesehatan tidak hanya fokus pada aspek keberhasilan pengobatan (penyembuhan) tetapi juga fokus pada hal lain. Selama menjalani isolasi di rumah sakit, pasien COVID-19 tidak bisa ditunggu oleh keluarganya yang selalu mendampingi dan membantu pasien dalam memenuhi perawatannya. Peran perawat dalam kondisi ini sangat penting untuk menerapkan konsep carative caring dalam merawat pasien COVID-19 agar pasien merasa aman dan nyaman. Perawat dalam kondisi pandemi saat ini diharuskan menggunakan alat pelindung diri level 3 yang dapat membatasi pergerakan kerjanya. Namun, perawat tetap harus menunjukkan perilaku caring dalam memberikan asuhan kepada pasien yang terdiagnosis COVID-19. Peduli adalah perilaku atau tindakan yang dilakukan untuk memberikan rasa aman fisik dan emosional kepada orang lain secara tulus. Perilaku yang ditampilkan perawat yaitu perawat siap hadir menemani pasien, memberikan kenyamanan, perawatan, perawatan kesehatan, melindungi, memberikan dorongan, empati, minat, cinta, kepercayaan, dukungan, sentuhan, dan siap membantu dan mengunjungi klien. . Hal ini akan mendorong klien untuk mengubah aspek fisik, psikis, spiritual, dan sosialnya menjadi lebih baik. Pajnkihar dalam Theory of Human Care mengungkapkan bahwa sepuluh faktor naratif dapat mencerminkan perilaku caring seorang perawat. Kesepuluh faktor tersebut adalah membentuk sistem nilai humanistik-altruistik, menanamkan keyakinan dan harapan, mengembangkan kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain, membina hubungan saling percaya, membantu, meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif, menggunakan metode pemecahan masalah yang sistematis dalam pengambilan keputusan. , meningkatkan proses belajar mengajar interpersonal, menyediakan lingkungan yang mendukung, melindungi, dan atau meningkatkan mental, sosial budaya, dan spiritual, membantu dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia, dan mengembangkan faktor kekuatan eksistensial fenomenologis. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efikasi diri dan perawatan diri pasien COVID-19 adalah terapi perilaku kognitif (CBT).

Hasil penelitian Manuntung tahun 2015 menjelaskan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dalam peningkatan efikasi diri dan perawatan diri pada pasien hipertensi sebelum dan sesudah pemberian CBT dengan p = 0,000. CBT adalah tindakan modifikasi untuk mengubah keyakinan maladaptif untuk memecahkan masalah. Pendekatan CBT berusaha untuk fokus pada pemikiran, keyakinan, atau bentuk self-talk tentang masalah saat ini tanpa melupakan pengalaman masa lalu. CBT bertujuan untuk membantu seseorang mengidentifikasi pola-pola kognitif, emosional, perasaan, dan perilaku yang muncul sebagai pemikiran atas suatu masalah. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh asuhan keperawatan dan terapi perilaku kognitif terhadap efikasi diri dan perawatan diri pasien COVID-19. Carative Caring merupakan cerminan dari perilaku caring perawat yang digagas oleh Jean Watson yang meliputi humanistik-altruistik, membangkitkan kepercayaan dan harapan, mengembangkan kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain, membantu kepercayaan, meningkatkan intuisi, dan peka terhadap ekspresi perasaan, menggunakan metode ilmiah untuk membuat keputusan, meningkatkan hubungan interpersonal belajar-mengajar, memberikan dukungan fisik, mental, sosial budaya, spiritual, bantuan yang diberikan dapat memuaskan kebutuhan manusia, dan menghargai kekuatan pasien. Intervensi ini diharapkan dapat memberikan dukungan yang dirasa kurang oleh pasien COVID-19 akibat isolasi mandiri. Pendekatan psikoterapi yang digunakan membantu klien untuk berpikir positif dan meningkatkan rasa percaya diri serta melakukan perawatan diri dengan baik tanpa bergantung pada orang lain, yang akan berdampak pada peningkatan imunitas dan status kesehatan. Hasil penelitian ini akan berguna untuk mengembangkan intervensi pengobatan bagi pasien COVID-19.

Penulis: Yanis Kartini, Imamatul Faizah, Nursalam Nursalam, Ahsan Ahsan, Ratna Yunita Sari

Link Journal:

https://oamjms.eu/index.php/mjms/article/view/7937

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp