Obesitas sebagai Faktor Risiko Terjangkit Periodontitis

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by YesDok

Penyakit periodontal sebagai salah satu penyakit yang banyak dijumpai dimasyarakat, data menunjukkan prevalensi periodontitis didunia mencapai 20% – 50% populasi dunia, sehingga dianggap menjadi masalah utama kesehatan mulut penduduk dunia1. Etiologi periodontitis terjadi karena interaksi kompleks antara mikroorganisme bakteri plak dan modifikasi host oleh faktor sistemik  dan faktor lokal2. Periodontitis dapat menjadi faktor resiko penyakit kronis lain seperti hipertensi, penyakit cardiovascular, Deabetes Mellitus  tipe 2,  obesitas. Periodontitis akan  memodulasi respon individu pada lingkungan dan memvariasi respon imun3,4

Obesitas saat ini merupakan perhatian dunia dimana insiden yang meningkat 3 kali lipat sejak tahun 1975. Pada tahun 2016, lebih dari 1,9 milyard penduduk dunia dewasa berusia diatas 18 tahun mengalami peningkatan berat badan, dan 650 juta diantaranya mengalami obesitas1. Berdasar Riskesdas 2018, prevalensi obesitas di Indonesia pada usia diatas 18 tahun sebesar 21,8% dan prevalensi periodontitis sebesar 74.1%2. Obesitas didefinisikan melalui oleh body mass index (BMI), dimana peningkatan BMI merupakan salah satu faktor resiko untuk terjadinya periodontitis5. Penderita dengan BMI > 30kg/m2 merupakan predisposisi terjadinya kehilangan perlekatan yang mungkin disebabkan adipokinase atau adipocytokinase yang memodulasi terjadinya periodontitis. Hubungan BMI  dan obesitas pada perawatan periodontal non bedah tampaknya sebagai faktor independen yang menunjukkan buruknya respon terhadap perawatan periodontitis pada penderita dengan obesitas6.

Terdapat banyak sitokin proinflamasi yang terlibat pada penderita periodontitis, seperti IL-1, IL-6 dan TNF-α yang juga ber hubungan dengan sitokin pro inflamasi pada penderita obesitas. Penderita Obesitas akan memanupulasi respon imun dengan mengeluarkan beberapa faktor proinflamsi yang berasal dari jaringan lemak dan dapat berakibat meningkatnya kerusakan tulang penyangga gigi seperti pada Periodontitis.  Faktor – faktor ini menunjukkan hubunga erat antara Periodontitis dengan obesitas5,7.

Penelitian ini dilakukan pada 262 penderita periodontitis pria dan wanita, sampel berasal dari Jakarta berumur antara 18 – 66 tahun. Sampel penelitian ini 59.9% adalah wanita dan 40.1% adalah pria, dilakukan pengukur Body mass index (BMI), oral hygiene, plaque index, dan evaluasi periodontitis lain. Berdasar pendidikan didapatkan bahwa 43,4%  dengan tingkat pedidikan Sekolah menengah atas, berdasar pekerjaan 47,3 % sebagai ibu rumah tangga. Berdasar kebiasaan didapatkan data 79,4% tidak merokok dan  93,5% tidak mengkonsumsi alkohol.

Hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang signifikan positif antara BMI dan status periodontal. Terdapat hubungan antara mild periodontitis dengan moderate periodontitis (p=0,03) dan antara mild periodontitis dengan severe periodontitis (p=0,04). Terdapat hubungan yang positif antara periodontitis dengan usia, sex pekerjaan dan hipertensi tetapi tidak terdapat hubungan antara periodontitis dengan merokok. Berdasar usia penderita periodontitis severe / parah terjadi pada usia 45 – 54 tahun (46,5%)

Berdasar data yang didapat menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara periodontitis dengan obesitas yang menunjukkan bahwa obesitas merupakan salah satu faktor resiko terjadinya periodontitis. Obesitas dan periodontitis memiliki mekanisme yang sama diantara keduanya dan saling berhubungan. Komorbiditas obesitas berhubungan dengan respon sitokin dan hyperinflamasi.

Penelitian ini menunjukkan bahwa pada penduduk Indonesia dewasa  terdapat hubungan yang signifikan antara BMI dan periodontitis, karenanya melakukan evaluasi BMI dapat digunakan sebagai pertimbangan faktor resiko seseorang terjangkit periodontitis.

Penulis: Chaerita Maulani, Elza Ibrahim Auerkari, Sri Lelyati C. Masulili, Lindawati S. Kusdhany, Chiquita Prahasanti, Nurtami Soedarsono

Judul Jurnal: Obesity correlated to a higher risk of acquiring periodontitis: A cross-sectional study

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp