Kanker Ganas Tak Surutkan Semangat Bidan Asal NTT Ini untuk Kembangkan Skill

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Luisa Octoviana Luama usai pelantikan. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Ada kisah menarik dari salah satu bidan yang akan diwisuda UNAIR, Sabtu (5/3) mendatang. Cerita datang dari Bidan Luisa Octoviana Luama. Ia berasal dari Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT). Luar biasanya, dia bersemangat menyelesaikan kuliah kebidanannya meskipun mengidap kanker tiroid. 

Setiap satu bulan sekali, Bidan tiga anak ini menjalani terapi di Poli Kedokteran Nuklir RSUD Dr. Soetomo. Hal ini karena kanker di tubuhnya terus tumbuh meski sudah diangkat Tahun 2015 silam. 

“Awalnya saya berobat ke Bandung, namun setelah saya menjadi mahasiswa FK UNAIR, Saya pun berpindah berobat di RSUD Dr. Soetomo,” terangnya ditemui usai pelantikan. 

Bidan Luisa adalah bidan di Rumah Sakit Umum Daerah Eskalarik, Kupang. Ia telah menjadi bidan sejak Tahun 1999. Mulai di Polindes, Puskesmas hingga rumah sakit milik daerah itu berdiri.  Namun rupanya, ada ketidak puasan dalam menjalani profesi kebidanannya, “di rumah sakit saya, rasanya pengetahuan kita ini seperti katak dalam tempurung.,” terangnya. 

Ia merasa, skillnya sebagai seorang bidan selama puluhan tahun di daerah stagnan. Sementara ia ingin membawa perubahan, paling tidak di rumah sakit tempatnya bekerja.  

“Ilmu kebidanan saat ini sangat berkembang dengan beragam evident base yang ada. Kalau kita hanya berpatokan pada ilmu yang kita dapatkan tahun 1990-an, kita tidak bisa mengcover tindakan yang sebenarnya jadi tupoksi kita,” tambahnya. 

Ditambah, di di rumah sakit tempatnya bekerja belum ada yang lulusan profesi S1. Rata-rata lulusannya D3 bahkan tak sedikit yang lulusan D1. Bidan Luisa adalah satu-satunya lulusan S1 profesi kebidanan di RSUD yang telah berdiri 13 tahun silam itu. 

Atas dorongan itulah, Bidan Luisa memilih merantau ke Jawa. Selain melanjutkan studi alih jenis di FK UNAIR, ia juga sekaligus melanjutkan terapinya agar tidak bolak balik NTT-Jawa yang tentu memakan waktu dan biaya. 

Proses menjalani studi profesi kebidanan di FK UNAIR bukanlah hal yang mudah bagi bidan yang mendapat biasiswa Kemenkes. Ia harus meninggalkan anak dan suaminya selama empat tahun. Ditambah, kanker tiroid yang dideritanya sering membuatnya kelelahan dan kerap merasa sesak nafas.

“Namun saya sudah niatkan. Saya ingin membawa perubahan di daerah saya. Karena itu perjuangan saya selama ini saya jalani dengan hati riang gembira saja, saya juga tidak mau mengeluh sehingga orang melihat saya seperti tidak sakit,” tambahnya. 

Penulis: Humas FK UNAIR

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp