Pakar Teliti Tumor Otak pada Anak

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto-by-NTB

UNAIR NEWS – Glioma, salah satu jenis tumor otak pada anak, merupakan salah satu yang paling ganas karena tingginya angka rekurensi dan rendahnya angka bertahan hidup. Seluruh modalitas terapi yang telah dikerjakan saat ini masih sulit untuk mendapatkan hasil yang diharapkan. Eksisi tumor masih merupakan modalitas terapi utama untuk penanganan glioma pada anak, namun pada posisi tumor yang sulit untuk dilakukan eksisi seperti pada batang otak, hal ini sulit untuk dilakukan tanpa efek samping serius terjadi.

Pada tulisan artikel populer Dr. dr. M Arifin Parenrengi SpBS (K), dijelaskan bahwa kemoterapi pada glioma masih terbatas, terlebih jika ukuran tumor yang terlalu besar sehingga mengakibatkan penekanan pada struktur otak sehat disekitarnya juga merupakan salah satu kesulitan terapi glioma pada anak. Radioterapi pada anak memiliki resiko yang cukup besar terlebih bila dikerjakan pada anak usia dibawah 3 tahun, selain itu radioterapi pada anak ternyata juga dikaitkan dengan penurunan fungsi kognitif yang sangat diperlukan untuk perkembangan anak di masa depan.

“Kemoterapi terkini yang dikembangkan termasuk diantaranya menggunakan sistem imun diri untuk melawan sel kanker masih belum memberikan hasil yang menggembirakan meskipun didapatkan pemanjangan masa hidup penderita glioma,” ujarnya.

Terapi dengan target reseptor khusus, lanjutnya, seperti epidermal growth factor dan vascular endothelial growth factor juga sedang dikembangkan untuk menambah efektifitas modalitas terapi untuk glioma. Kombinasi dari eksisi, radioterapi dan kemoterapi masih merupakan pilihan terapi utama pada glioma anak terutama pada glioma derajat tinggi.

“Hal yang menarik yang kita dapatkan adalah, penggunaan nimotuzumab sebagai terapi tambahan pada glioma anak menunjukkan pemanjangan pada masa overall survival dan masa bebas progresi tumor. Namun sayangnya karena keterbatasan pembanding dalam kelompok yang sama, kita tidak bisa mendeskripsikan keunggulan penggunaan nimotuzumab secara statistik,” jelasnya.

Pada akhir, dari segi keamanan obat, kita bisa dapatkan bahwa penggunaan nimotuzumab bersamaan dengan modalitas yang lain relatif aman, tidak banyak efek samping serius yang muncul akibat penggunaan nimotuzumab. Kebanyakan efek samping yang muncul adalah efek samping derajat 1 dan 2, dimana efek samping tersebut juga dikaitkan dengan penggunaan kemoterapi dan radioterapi yang lain.

“Studi yang dilakukan ini merupakan studi sistematis pertama yang kami ketahui dikerjakan terhadap penggunaan nimotuzumab sebagai terapi tambahan pada glioma anak. Meskipun hasil yang ditunjukkan tidak memperlihatkan pemanjangan masa bertahan hidup yang bisa dikatakan signifikan, namun ada harapan manfaat dari penggunaan nimotuzumab tersebut,” pungkasnya.

Penulis: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp