Perilaku yang Tetap Harus Dilakukan di Masa Endemi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Pemaparan meteri oleh Dr Mochammad Bagus Qomaruddin Drs MSc melalui YouTube.

UNAIR NEWS – Tansisi Covid-19 dari pandemi menjadi endemi menjadi salah fokus pemerintah saat ini untuk mengendalikan Covid-19. Pakar epidemiologi Dr Atik Choirul Hidajah dr MKes dalam webinar Menyongsong Masa Endemi Covid-19 yang diadakan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UNAIR Jumat (18/2/2022) menyampaikan bahwa endemi adalah keberadaan penyakit atau agen penyakit yang ada secara konsisten tetapi terbatas pada wilayah tertentu.

Dengan membawakan materi Overview Perjalanan Pandemi Covid-19 di Indonesia, Atik menjelaskan perubahan gejala klinis berbagai varian Covid-19. Pada awal-awal Covid-19 memiliki gejala klinis seperti demam, batu pilek, gangguan pernafasan, sakit tenggorokan, dan letih lesu. Kemudian, lanjutnya, ketika ada varian Alpha, Beta, dan Delta, keluhan didominasi sakit kepala dan demam sudah tidak terlalu mendominasi. Sedangkan pada varian Omicron ini keluhan paling banyak adalah batuk dan nyeri tenggorokan.

“Pada varian Omicron, demam sudah sangat sedikit ada keluhan. Yang paling banyak adalah batuk dan nyeri tenggorokan. Sedangkan komorbidnya tetap saja yaitu hipertensi, diabetes, asma, kanker paru, dan gagal ginjal,” jelasnya.

Selain menghadirkan Atik, webinar turut menghadirkan pakar perilaku dan sosiologi kesehatan Dr Mochammad Bagus Qomaruddin Drs MSc. Bagus menyampaikan bahwa ada beberapa perilaku yang harus tetap dilakukan masyarakat pada masa endemi. Perilaku tersebut antara lain vaksinasi, memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menjaga imunitas dengan aktivitas fisik dan minum vitamin, serta selalu update informasi yang benar dari sumber terpercaya. Perilaku yang harus tetap dilakukan pada masa endemi sebenarnya sama pada saat ketika pandemi.

“Perilaku yang harus tetap dilakukan sama seperti masa pandemi karena endemi ini kasus tetap ada meskipun rendah. Kecuali kalau vaksinasi menemukan atau menjamin orang kebal 100 persen dari Covid-19 itu lain lagi mungkin persoalan protokol kesehatan tidak lagi penting,” jelasnya.

Kemudian, Bagus juga menjelaskan empat cara yang dapat digunakan untuk mengubah perilaku masyarakat. Pertama, education dengan meningkatkan kesadaran sehingga ketika melakukan sesuatu bukan karena ketakutan atau paksaan tapi sadar harus melakukan itu.

Kedua, engineering yaitu melakukan rekayasa dalam bentuk fisik atau peraturan yakni dengan membuat kebijakan. Ketiga, empowerment atau pemberdayaan yang sifatnya dari bawah ke atas. Dan keempat, enforcement yaitu penegakan peraturan dengan memberikan sanksi apabila melanggar protokol kesehatan.

“Sebetulnya ini semua sudah dilakukan cuma perlu penguatan agar ketika kasus menurun tetap dilakukan, tidak hanya dilakukan ketika kasus naik,” jelasnya. (*)

Penulis: Wiji Astutik

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp