Paparan Glifosat dan Logam Berat Meningkatkan Risiko Terjadinya Penyakit Ginjal Kronis

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by Kompas Healthh

Glifosat dan logam berat yang banyak terkandung pada pestisida dilaporkan sebagai zat toksik yang berpotensi mengakibatkan penyakit ginjal kronis (PGK). Masyarakat Indonesia yang memiliki ranah pertanian luas, harus mewaspadai adanya hal tersebut guna meningkatkan kesadaran bahaya dari zat kimia tersebut. Sejak awal 1990-an, penyakit ginjal kronis (PGK) telah dilaporkan banyak diderita oleh masyarakat di daerah pertanian di berbagai negara tropis ,terutama di negara berkembang. Glifosat yang terdapat pada pestisida jenis organofosfat, untuk saat ini digunakan dalam jumlah yang relatif tinggi di seluruh dunia karena peningkatan penanaman benih rekayasa genetika. Glifosat dan asam aminometilfosfonat (AMPA), berpotensi menjadi racun yang dapat mengakibatkan PGK. Paparan glifosat telah dilaporkan sebagai faktor risiko PGK pada petani. Kandungan glifosat yang ada di pestisida tidak mudah menguap ke udara melainkan masuk kedalam tanah, terserap oleh akar, dan masuk hingga ke daun tumbuhan. Hal yang sangat dikhawatirkan ialah adanya kontaminasi pangan akibat paparan glifosat menjadi jalur utama perpindahan zat tersebut pada manusia, selain itu adanya kontak secara langsung dengan kulit ataupun menghirup zat tersebut juga menjadi salah satu penyebab petani dapat terpapar glifosat. Maka dari itu tidak heran banyak penderita PGK berada di daerah pedesaan atau yang memiliki pekerjaan sebagai petani, seperti halnya di daerah pedasaan Sri Lanka tercatat terdapat 20.000 kematian diakibatkan oleh adanya PGK. Penurunan fungsi ginjal pada petani di daerah Sri Lanka, berhubungan dengan kadar glifosat urin tinggi, yang berpotensi memperparah kondisi fungsi ginjal.

Paparan glifosat yang tinggi diketahui dapat menyebabkan nekrosis koagulatif (kematian sel ginjal) dari tingkat sedang hingga parah. Selain Glifosat, beberapa logam berat, termasuk Arsen (As), Kadmium (Cd), memiliki efek beracun pada ginjal. Pupuk yang mengandung logam arsen diketahui menjadi penyebab tingginya prevalensi PGK di Taiwan, hal ini terjadi akibat logam berat jenis arsen yang mengontaminasi air di dalam tanah, sehingga ketika diselidiki lebih jauh air di sungai lingkungan tersebut juga tinggi akan kandungan logam arsen, kandungan logam dalam air minum merupakan faktor risiko penyakit ginjal stadium akhir. Adanya logam dalam air minum, bahkan pada tingkat yang aman, dapat menghambat perkembangan ginjal sejak usia dini, yang berpotensi peningkatan kerentanan terhadap bahan kimia pertanian lainnya, seperti glifosat. Didasarkan dari kekhawatiran terkait peningkatan penggunaan glifosat serta resiko penyakit ginjal yang semakin tinggi serta masuk didalam SDG’s 3 dan 6 yaitu kesehatan yang baik dan kesejahteraan dan akses air bersih dan kesehatan maka dari itu penelitian ini dilaksanakan untuk mengevaluasi pengaruh paparan glifosat, logam atau metaloid pada PGK. Sampel dari penelitian ini adalah berjumlah 155 orang dengan 55 orang diambil dari pasien PGK Rumah Sakit Universitas Cheng Kung dan 100 orang lainnya memiliki fungsi ginjal yang sehat diambil dari Taiwan Biobank.

Semua peserta menandatangani formulir persetujuan menjadi responden sebelum pengambilan sampel dimulai. Tahap selanjutnya adalah wawancara, Informasi demografis diperoleh dengan menggunakan wawancara individu berbasis kuesioner di Rumah Sakit Universitas Cheng Kung, dan informasi tentang 100 peserta sehat disediakan dari Taiwan Biobank. Karakteristik pribadi (jenis kelamin, usia, tinggi badan,berat badan, riwayat pekerjaan, geografi lingkungan, dan sosial ekonomi), faktor gaya hidup (konsumsi alkohol, kebiasaan merokok, minum cairan lain,) riwayat penyakit keluarga dan pola diet (frekuensi dan jumlah konsumsi) dimasukkan dalam kuesioner. Responden dianalisis untuk melihat kadar glifosat, arsenik (As), cadmium (Cd),dan konsentrasi timbal (Pb), dan perkiraan laju filtrasi glomerulus (LFG) pada urin dan serum darah. Serum Darah dan Pengambilan Sampel Urine pada 55 pasien dengan PGK diambil sebanyak 1 mL sampel 

plasma dan 7-8 mL urin dilakukan di rumah sakit, dan disimpan pada suhu 4 ° C, kemudian disimpan pada -80 ° C sampai analisis. Untuk 100 studi peserta dari Taiwan Bio Bank, diambil sebanyak 0,8 mL plasma dan 2 mL urin lalu disimpan dalam tabung kaca dalam gelap dan disimpan pada suhu -80 °C sebelum di analisis ada tidaknya logam. Hasil dari percobaan ini yaitu adanya hubungan negatif antara konsentrasi glifosat, AMPA, As, dan Cd dalam urin dan LFG ditemukan pada subjek penelitian (p<0,05). Berkenaan dengan efek paparan bersama, rasio odds (OR) untuk subjek dengan LFG <60 mL/menit/1,73 m2 signifikan karena konsentrasi Cd yang tinggi. Berkenaan dengan efek paparan bersama, OR untuk subjek dengan LFG<45 mL/menit/1,73 m2 signifikan pada konsentrasi glifosat tinggi dan konsentrasi As. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa glifosat, AMPA, As, dan Cd berpengaruh terhadap PGK, khususnya, paparan Cd, As, dan glifosat dapat menjadi faktor risiko penting setelah tahap 3a PGK, dan bahwa ada efek paparan bersama As dan glifosat pada PGK setelah tahap 3b. Potensi dampak kesehatan dari glifosat harus dipertimbangkan, terutama untuk pasien dengan PGK dan LFG di bawah 45 mL/menit/1,73 m2. 

Penulis: Trias Mahmudiono, S.KM., M.P.H., Ph.D.

Judul : The Effect of Co-Exposure to Glyphosate, Cadmium, and Arsenic on Chronic Kidney Disease Link Scopus : 

https://www.scopus.com/record/display.uri?eid=2-s2.0-85123187764&origin=resultslist&sort=plf-f&src= s&st1=mahmudiono&st2=trias&nlo=1&nlr=20&nls=count-f&sid=18a235692200fd3080332b8555a6017f &sot=anl&sdt=aut&sl=38&s=AU-ID%28%22Mahmudiono%2c+Trias%22+57189899256%29&relpos=2&ci teCnt=0&searchTerm=

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp