FPK UNAIR Canangkan Diversifikasi Olahan Ikan di Sumenep

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
FPK UNAIR melakukan Memorandum of Agreement (MoA) dan Perjanjian Kerja Sama (PKS). (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Menindaklanjuti Program dari Menteri Kelautan dan Perikanan Ir Sakti Wahyu Trenggono M M terkait pengabdian masyarakat (Pengmas) di beberapa desa binaan. FPK UNAIR turut melibatkan proses tersebut dengan Dinas Perikanan Sumenep.

“Sudah ada MoU antara Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dengan UNAIR, artinya maka seluruh unit yang ada di bawah kementerian itu, kita bisa melakukan kolaborasi,’’ ucap Dekan FPK Prof Moch Amin Alamsjah Ir Msi PhD pada UNAIR NEWS (21/2).

Selanjutnya, untuk memperkuat secara teknis lembaga pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Dekan FPK UNAIR melakukan Memorandum of Agreement (MoA) dan Perjanjian Kerja Sama (PKS).  Adapun beberapa tempat di Jawa Timur yang sudah diproyeksikan FPK UNAIR untuk melanjutkan MoA dengan dinas perikanan setempat, antara lain: Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Probolinggo, Sumenep, Lamogan, Pamekasan, Pacitan, dan Banyuwangi.

‘’Karena tempat yang saya sebutkan tadi berpotensi sekali. UNAIR perlu mewarnai dan berkontribusi di dalamnya,’’ jelas Prof Amin.

Dekan FPK itu juga mengungkap telah melakukan penandatanganan MoA dengan Dinas Perikanan Lamongan. Pihaknya menilai bahwa setiap daerah memiliki permasalahan berbeda-beda. Seperti halnya kasus di Lamongan terkait sawah tambak. 

Pasalnya, petani tambak belum mengetahui takaran dosis yang tepat untuk lahannya. Hanya sebatas berdasarkan feeling. ‘’Padahal takaran cukup dan tidak cukup itu harus berdasarkan pengamatan secara visual dan analisa secara ilmiah,’’ jelas Dekan FPK itu.

Sementara, pada kesempatan penandatanganan MoA dengan Sumenep yang akan berlangsung Maret mendatang. Pihak Fakultas telah menginisiasi  untuk menggenjot bidang Teknologi Hasil Perikanan (THP) saat kunjungan kerja pada (11/2/2022) di Sumenep. Contoh masalah di Pulau Gili Genting Sumenep, sambung Prof Amin, belum melakukan processing dengan baik. Sebab saat musim ikan banyak, petani ikan di daerah tersebut kesulitan menyimpan. Bahkan kebingungan untuk diversifikasi.

Ia menegaskan kalau hanya penjualan ikan segar saja itu rugi. Oleh karena itu pihaknya ingin membantu desa binaan bisa mandiri dan profesional. Sebagai informasi, bahwa kerjasama ini juga didukung oleh Rumah sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA). 

‘’Jadi, sembari RSTKA perjalanan, FPK UNAIR melakukan pengabdian di pulau-pulau sekitar Sumenep. Di satu sisi mensejahterakan masyarakat, lain sisi juga bisa tau kapasitas keilmuan kita (red: akademisi UNAIR),’’ jelas Prof Amin.

Penulis: Viradyah Lulut Santosa

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp