Treatment Paling Utama untuk Menghadapi Retinopati Diebetik

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Pemaparan materi oleh dr. Muhammad Firmansjah, SpM(K) melalui YouTube.

UNAIR NEWS – Diabetic retinopathy (Retinopati diabetik) merupakan gangguan pada mata yang terjadi pada penderita diabetes. Dr Muhammad Firmansjah SpM(K) dalam acara Ngobrol Santai dengan Ahlinya (NGOBRAS) yang diadakan oleh Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA), Minggu (13/02/2022) menjelaskan bahwa diabetes salah satu penyebab kebutaan di dunia termasuk Indonesia. Kasus kebutaan tersebut semakin lama semakin meningkat dikarenakan angka kasus diabetes yang meningkat pula.  

“Ada tantangan besar di sini karena diabetes adalah kelainan sistemik, dimana komplikasinya akan menyebabkan kelainan multiorgan dari ujung rambut sampai ujung kaki, dimana mata merupakan salah satu organ yang terdapat oleh diabetes melitus,” jelasnya.

Firman menjelaskan bahwa hampir 50 persen dari pasien diabetes melitus akan menunjukkan kerusakan atau perubahan retina. Hal ini jika tidak dilakukan perlakukan yang baik seperti treatment dan screening akan mengakibatkan kondisi kebutaan. Treatment yang paling utama, lanjutnya, adalah mengoptimalkan kondisi metabolik pasien seperti mengendalikan kadar gula darah, mengobati hipertensi, dan mengatasi dysplidemia.

“Kerja sama yang baik antara dokter spesialis mata, dokter penyakit dalam, dokter umum, dan sebagainya sangat diperlukan karena kalau tidak diperlakukan dengan baik maka penyakitnya akan jalan terus. Kita tahu kelainan-kelainan yang sifatnya kronis ini semacam lingkarang setan, kerusakan yang satu memicu kerusakan yang lain dan itu akan berlangsung teru-menerus,” tambahnya.

Selanjutnya, dosen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran UNAIR itu menjelaskan tiga pencegahan pada penanganan retinopati diabetik yaitu:

  1. Pencegahan primer ditujukan pada pasien dengan diabetes tetapi belum mengalami retinopati diabetik. Tujuan pencegahan primer ini adalah untuk mencegah atau memperlambat retinopati diabetik pada pasien.
  2. Pencegahan sekunder ditujukan pada pasien yang sudah mengalami retinopati diabetic ringan. Tujuanya adalah untuk mencegah perkembangan retinopati diabetic menjadi vision-threatening diabetic retinopathy (VTDR).
  3. Pencegahan tersier ditujukan pada pasein yang sudah mengalami VTDR. Tujuannya untuk mencegah kebutaan, memperbaiki fungsi pengelihatan, dan apabila sudah terjadi kebutaan maka bisa meningkatkan kualitas hidup penderita.

Kemudian, Firman menjelaskan strategi yang dapat dilakukan untuk menangani retinopati diabetik. Strategi itu adalah screening, diagnosis dini, dan pemeriksaan ulang atau pemeriksaan berkala dan terapi yang sesui dengan kondisinya atau stadiumnya. Screening menjadi salah satu hal yang paling penting karena untuk melihat dimana fase atau stadium retinopati diabetik pasien berada. Hal ini sangat penting untuk proses selanjutnya atau untuk mengetahui penanganan apa yang bisa dilakukan.

Screening penting karena apabila tidak dilakukan penangan yang baik, control gula darah juga tidak baik maka dia akan berlanjut pada fase-fase berikutnya yang akan berakhir pada kebuataan,” jelasnya. (*)

Penulis: Wiji Astutik

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp