Pemasaran Kerupuk dan Edukasi Kompos: Menilik Kisah KKN-BBM UNAIR di Desa Gisik Cemandi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Potret pengemasan produk UMKM kerupuk ikan dan kerupuk kerang yang telah menjadi khas dari Desa Gisik Cemandi, Sidoarjo. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – KKN-BBM 65 UNAIR Kelompok 137 baru saja merampungkan pengabdian masyarakatnya di Desa Gisik Cemandi, Sidoarjo. Selama kurang lebih sebulan, kelompok tersebut telah berupaya memberdayakan masyarakat desa di bidang ekonomi dan lingkungan. Untuk menilik kisahnya lebih lanjut, tim redaksi memutuskan untuk mewawancarai Elsa Ardhilia Putri pada Selasa pagi (15/2/2022), selaku ketua kelompok.

Elsa menjelaskan bahwa program pemberdayaan ekonomi terfokus pada produk UMKM setempat, yakni kerupuk ikan dan kerupuk kerang. Ia menjelaskan bahwa kualitas produk tersebut bagus dan rasanya enak, namun omzetnya masih kurang tinggi karena jangkauan konsumennya yang kurang luas. Untuk itu, fokus pemberdayaannya diarahkan ke pengemasan dan pemasaran. Elsa juga menambahkan bahwa hal ini untuk mengejawantahkan isi dari SDGs No.8 terkait pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi.

“Apabila pengemasannya bagus dan menarik, pasti akan dapat meningkatkan ketertarikan konsumen untuk membeli kerupuknya. Terkait pemasaran, kami edukasi pelaku UMKM disini untuk menjual produk kerupuknya di online shop. Dengan ini, lingkup konsumen tak hanya sebatas di Desa Gisik Cemandi saja, melainkan di seluruh Indonesia,” ujar mahasiswi Fakultas Hukum itu.

Tak hanya itu, kelompok KKN tersebut juga memberikan edukasi terkait pengelolaan sampah rumah tangga organik menjadi pupuk kompos. Elsa mengatakan bahwa program ini dapat membantu produksi sampah yang dihasilkan oleh Desa Gisik Cemandi, serta mengaplikasikan isi SDGs No. 12 terkait konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab. Ia menambahkan bahwa realisasi program ini menggandeng ibu-ibu yang tergabung dalam organisasi Kader Lingkungan Gisik Cemandi dan Sobat Bumi Indonesia Regional Surabaya.

“Awalnya kami mensosialisasikan pada ibu-ibu desa terkait jenis sampah mana saja yang termasuk dalam sampah organik, dan yang bisa dijadikan pupuk kompos. Lalu praktiknya, kami meminta ibu-ibu untuk mengumpulkan sampah seperti sisa nasi, buah-buahan dan sayuran, serta daun-daun kering,” ujar mahasiswi angkatan 2019.

Elsa juga menceritakan terkait program-program lainnya yang ditawarkan oleh kelompoknya. Salah satu contohnya adalah terkait edukasi kepada siswa SD untuk pengurangan plastik. Hal ini guna mencegah problem terkait penggunungan plastik yang menyebabkan terkontaminasinya bahan makanan ikan dengan mikroplastik.

Penulis: Pradnya Wicaksana

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp