Perang Dagang AS-China dan Imunitas Keuangan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by Money Kompas

Perang dagang AS-China menjadi tantangan terbesar bagi perekonomian global karena melibatkan dua raksasa ekonomi dunia. Perang dimulai dengan tindakan mantan Presiden AS Donald Trump yang memberlakukan tarif 30-50% pada impor panel surya pada 22 Januari 2018. Situasi semakin buruk ketika AS memberlakukan tarif tambahan 25% untuk baja impor dan tarif tambahan 10% untuk aluminium impor untuk sebagian besar negara besar, termasuk China. Pada 22 Maret 2018, China merespons dengan mengenakan tarif tambahan hingga 25% pada 128 produk AS (WTO, 2020). Membandingkan pengiriman pada 2016–2017 dengan 2018–2019, ekspor AS ke Tiongkok turun 15–27%, sementara impor AS dari Tiongkok turun 14–23%. Sejak itu, kedua negara saling membalas dengan menaikkan tarif untuk berbagai barang yang diimpor satu sama lain. Akibatnya, terjadi gangguan parah pada arus perdagangan agregat di seluruh dunia, seperti krisis dan kebangkrutan bisnis. Sementara perusahaan pengekspor yang terkena dampak harus mengatasi kenaikan harga jual produk mereka, importir perlu membayar lebih untuk pembelian mereka atau mencari pemasok baru. Situasi ini mengikis daya saing perusahaan dan mengurangi penjualan dan keuntungan, sehingga memaksa mereka untuk membentuk kekebalan perusahaan untuk bertahan dari krisis. Untuk menyelidiki kekebalan keuangan tingkat negara terhadap perang dagang AS-China, penelitian ini mengangkat tiga kategori utama: variabel keuangan, stabilitas ekonomi, dan intervensi pemerintah.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji kekebalan finansial tingkat negara dan kerentanan terhadap pengembalian saham akibat perang perdagangan AS-China. Desain penelitian yang digunakan adalah mengumpulkan semua faktor pendorong potensial secara multidimensi, yaitu kinerja keuangan dan pasar, kondisi ekonomi, dan intervensi pemerintah akibat perang dagang AS-China. Studi sebelumnya tentang perang dagang cenderung berfokus pada aspek siapa yang menang dan siapa yang kalah. Bagaimana kekebalan finansial sebagai dampak perang dagang AS-China bagi negara berkembang khususnya Indonesia?.

Analisis multi-negara dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa imunitas finansial berdampak langsung pada AS-China dan dampak tidak langsung bagi Indonesia. sebagai negara tujuan ekspor terbesar. Dampak ekonomi yang dirasakan Indonesia sangat signifikan karena neraca perdagangan Indonesia berada pada posisi defisit dibandingkan dengan China. Hal ini menjadi lebih serius karena pasar impor nonmigas terbesar Indonesia adalah China. Sementara itu, Indonesia tidak terlalu bergantung pada impor dari AS.

Temuan Riset

Hasil pengujian model 1 menunjukkan bahwa financial immunity berpengaruh positif terhadap return di Indonesia dan China. Sedangkan variabel moderasi di kedua negara menunjukkan hasil yang berbeda. Kesulitan keuangan Indonesia memiliki efek negatif yang signifikan terhadap pengembalian, dan sebaliknya, kesulitan keuangan China tidak berpengaruh signifikan terhadap pengembalian. Hasil pengujian model 2 mengungkapkan bahwa baik Indonesia maupun China mengalami perubahan dalam financial immunity, stockreturns, dan financial distress setelah perang dagang AS-China. Hal ini mencerminkan bahwa perang dagang AS-China telah secara signifikan mempengaruhi kinerja ekonomi makro dan perusahaan.

Selanjutnya, perlu dikaji lebih jauh dari aspek kebijakan untuk melihat ketidakpastian kebijakan mana yang secara fundamental memberikan dampak paling signifikan terhadap risiko sistemik pasar modal di China dan Indonesia selama perang dagang AS-China. Penelitian sebelumnya oleh Dogah (2021) mengungkapkan bahwa dampak signifikan dari risiko telah bergeser dari negara maju ke negara berkembang, dan pengaruh paling signifikan dipicu oleh ketidakpastian kebijakan ekonomi dari China ke negara-negara di ASEAN, sedangkan dampak dari AS secara bertahap mulai berkurang. Meskipun AS pada awalnya memicu perang dagang, China saat ini merupakan kontributor paling berpengaruh terhadap risiko sistemik regional yang terkait dengan kekebalan finansial.

Hasil studi ini membawa implikasi bagi perusahaan di negara berkembang dan maju dan badan pembuat kebijakan di suatu negara. Hal ini menunjukkan penataan kebijakan ekonomi dan perdagangan China di pasar negara berkembang karena konektivitas perdagangan adalah sumber utama penularan risiko. Sementara perhatian di masa depan akan berada pada counter-macro prudential policy-making yang dapat melindungi terhadap volatilitas pasar untuk menjaga kekebalan finansial. Strategi yang diambil dapat dilakukan melalui peningkatan kolaborasi dalam kebijakan perdagangan internasional karena disinyalir negara-negara berkembang menimbulkan guncangan ketidakpastian.

Penutup dan Peluang Riset

Peningkatan imunitas keuangan pasca perang dagang AS-China, perlu mempertimbangkan reformasi kebijakan konektivitas investasi pasar modal regional dalam menghadapi ekonomi ASEAN dan China.  Analisis multi-negara yang dilakukan dalam penelitian ini tidak melibatkan semua negara berkembang, terutama negara-negara ASEAN selain Indonesia. Oleh karena itu, dampak perang dagang AS-China terhadap pasar negara berkembang tidak dapat diungkapkan sepenuhnya untuk masing-masing negara ASEAN. Selain itu, perlu mempertimbangkan dimensi yang berpotensi mempengaruhi kekebalan dan kerentanan finansial pada saat krisis, yaitu selama perang dagang AS-China.

Penulis: Prof. Dr. I Made Narsa, M.Si., Ak., CA.

Baca selengkapnya di link berikut:

https://www.scopus.com/record/display.uri?eid=2-s2.0-85123857640&origin=resultslist&sort=plf-f&src=s&sid=baf6beb55ce2a73d2f1e4d082d611e17&sot=a&sdt=a&sl=23&s=SOURCE-ID+%2821100411756%29&relpos=9&citeCnt=0&searchTerm=
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2405844022001207
https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2022.e08832   Wijaya, L.I., Zunairoh, Z., Eriandani, R., Narsa, IM. (2022), Financial immunity of companies from Indonesian and Shanghai stock exchange during the US-China trade war, Heliyon 8, Issue 2 (Feb 2022), pp. 1-8, ISSN: 2405-8440  

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp