Determinan Diversifikasi Ekspor di Negara Berkembang

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by detikFinance

Diversifikasi ekspor menjadi perdebatan kunci dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kinerja ekonomi negara – negara berkembang (Agosin, et.al., 2012). Di negara berkembang diversifikasi ekspor terhambat oleh konsentrasi perdagangan yang berlebihan dan ketergantungan yang tinggi pada beberapa produk primer untuk ekspor (Ibrahim dan Yusuf, 2017; Newfamer et al., 2009). Economic Commission of Africa (ECA) memprediksi dampak wabah Covid-19 lebih signifikan di negara berkembang berpenghasilan rendah, karena ketergantungan yang tinggi pada ekspor produk primer (Parteka, 2020). dalam penelitian ini diversifikasi ekspor digambarkan sebagai kemampuan suatu negara untuk memproduksi suatu kategori komoditas yang sesuai dengan pola ekspor dunia. Semakin banyak suatu negara mengekspor, semakin tinggi pula diversifikasi ekspornya. Oleh karena itu, penelitian ini berfokus pada human capital sebagai ekonomi berbasis pengetahuan yang mendorong diversifikasi ekspor. Hal ini penting karena sebagian besar studi empiris mengatakan tentang efek modal manusia dari diversifikasi ekspor. konsentrasi perdagangan yang berlebihan pada komoditas tertentu berbahaya bagi negara berkembang (Parteka, 2020). Diversifikasi ekspor dalam perdagangan internasional juga berdampak pada sektor pendidikan karena spesialisasi dalam proses produksi akan melibatkan permintaan tenaga kerja suatu negara (Li, 2018). Oleh karena itu, penting untuk mengetahui pendorong diversifikasi ekspor yang tepat untuk bertahan dari guncangan ekonomi eksternal.

Faktor penentu diversifikasi ekspor sangat dinamis. Inovasi merupakan instrumen penting bagi negara untuk mencoba memasuki pasar baru dan meningkatkan pangsa pasar mereka (Gunday et al., 2011). Faktor lain yang dapat memfasilitasi diversifikasi ekspor antara lain penurunan ketidakpastian, pengembangan sumber daya manusia, dan stabilitas nilai tukar (Agosin et al., 2012; Hausmann et al., 2007). Cara menembus pasar ekspor baru adalah melalui inovasi dan penguasaan pasar domestik (Cirera et al., 2015). Aspek baru dari studi ini adalah dimasukkannya belanja R&D dan modal manusia sebagai faktor tambahan yang menentukan diversifikasi ekspor, daya saing negara, dan tingkat inovasi negara. Aspek novel lain dari penelitian ini adalah bahwa tidak seperti penelitian sebelumnya Beverelli et al. (2015), Persson (2013), Dennis dan Shepherd (2011) yang menggunakan metode count untuk mengukur diversifikasi ekspor. Dalam penelitian ini digunakan metode dekomposisi untuk mengatasi kelemahan metode hitung. Sebuah studi oleh Madzova (2018) menganalisis pengaruh daya saing perdagangan terhadap kecenderungan suatu negara untuk mengekspor sedangkan aspek baru dari penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah daya saing berdampak pada diversifikasi ekspor.

Studi ini menggunakan data panel untuk 62 negara berkembang yang diklasifikasikan sebagai negara berpenghasilan tinggi, menengah, dan rendah selama periode 2010-2018. Data diperoleh dari berbagai sumber seperti yang digambarkan pada Tabel 1. Teknik estimasi yang paling tepat digunakan dalam penelitian ini adalah Poisson Pseudo Maximum Likelihood (PPML). Teknik PPML penting dalam penelitian ini karena dalam estimasi variabel dependen dapat dimasukkan sebagai indeks seperti halnya dalam kasus variabel dependen kami. PPML memiliki keunggulan dalam mengontrol 0 pengamatan dalam data, hal ini penting untuk penelitian ini karena negara-negara sampel berkembang dengan banyak pengamatan yang hilang. Hasil estimasi PPML untuk semua model yang diklasifikasikan menurut sampel rendah, sedang, tinggi, dan semua negara menunjukkan pengaruh populasi yang signifikan dan positif terhadap diversifikasi ekspor.

Pengaruh modal manusia pada diversifikasi di negara berpenghasilan rendah dan menengah memiliki efek negatif. Efek negatif ini disebabkan oleh peningkatan sumber daya manusia di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, yang berfokus pada industri dengan keterampilan rendah. Estimasi ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan adanya spesialisasi pada industri dengan keterampilan rendah ketika terjadi peningkatan sumber daya manusia (Li, 2018; Sandu dan Ciocanel, 2014). Pengaruh modal manusia terhadap diversifikasi ekspor di negara-negara berpenghasilan tinggi dan seluruh negara menunjukkan temuan yang kontradiktif. Interaksi antara modal manusia dan indeks daya saing global mengungkapkan dampak signifikan terhadap diversifikasi ekspor di semua model dan klasifikasi negara pada tingkat signifikansi kurang dari 1%. Variabel ini baru dalam penelitian ini karena tidak ada penelitian yang pernah memverifikasi interaksi modal manusia dengan global daya saing dalam diversifikasi ekspor. Temuan ini menunjukkan bahwa kombinasi peningkatan modal manusia dan daya saing global akan memperkuat pengaruh modal manusia dan daya saing global terhadap diversifikasi ekspor negara.

Penulis: Rossanto Dwi Handoyo, Solihin dan Kabiru Hannafi Ibrahim

Link Jurnal: Determinants of Export Diversification in Developing Countries

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp