Nakes Rentan Mengalami Stres dan Burnout Saat di Masa Pandemi Covid-19

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by CNN Indonesia

Tenaga kesehatan  (Nakes) di rumah sakit adalah garda terdepan penanganan Covid-19. Sayangnya, selama ini penelitian-penelitian sebelumnya tentang stress kerja, burnout dan kinerja  terkait dengan nakes lebih fokus pada profesi tertentu yaitu perawat dan dokter. Padahal di Rumah Sakit, terdapat profesi lain yang tak kalah penting peranannya dalam penanganan Covid-19 yaitu tenaga kesehatan yang disesuaikan dengan UU No. 36 Tahun 2014 yang terdiri dari   tenaga medis, tenaga psikologi klinis, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, tenaga teknik bimedika , tenaga kesehatan tradisional dan tenaga kesehatan lain.

Berdasarkan data Health Care Impact Index (IPKN) pada September 2020, akibat Covid-19, indeks Indonesia telah mencapai 223, yang berarti Indonesia memiliki dampak kematian tenaga kesehatan terparah di dunia (Winurini, 2020). Tingginya angka kematian tenaga kesehatan tersebut disebabkan oleh kurangnya alat pelindung diri, kurang memadainya screening di fasilitas kesehatan, kelelahan tenaga medis akibat jumlah pasien Covid-19 yang terus bertambah dan jam kerja yang panjang, serta tekanan psikologis. Kondisi tersebut membuat tenaga medis sangat rentan terhadap infeksi Covid-19. Kondisi mental dan fisik yang buruk pada akhirnya dapat menyebabkan tenaga kesehatan jatuh sakit dan meninggal.

Kisely et al., (2020) menjelaskan bahwa pandemi Covid-19 menyebabkan stres psikologis dan stres pasca trauma di kalangan nakes yang disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu faktor klinis (kontak langsung dengan pasien, rasa terpaksa merawat pasien, kurangnya pelatihan dalam penanganan Covid-19), faktor personal (kebosanan di karantina, ketakutan menularkan penyakit kepada keluarga di rumah), dan faktor sosial (pandangan masyarakat yang mengasingkan petugas kesehatan karena dianggap sebagai pembawa virus Covid-19).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh  stres kerja terhadap kinerja nakes dengan mediasi burnout pada tenaga kesehatan di  RSUD Aisyiyah Ponorogo pada masa pandemi Covid-19.

 Sampel penelitian ini berjumlah 194 responden dengan metoda survei. Lokasi pengambilan sampel untuk tenaga kesehatan (terdiri dari terdiri dari perawat, bidan, farmasi, analis laboratorium, radiografer , ahli gizi, perekam medis, dan fisioterapis ) di Rumah Sakit Aisyiyah Ponorogo tepatnya di periode bulan Desember 2020 hingga bulan akhir bulan Januari 2021.  Terdapat 10 butir pertanyaan untuk mengukur stres kerja dengan mengacu pada Robbins dan Judge (2015). 14 butir pertanyaan untuk mengukur burnout diadopsi dari  The Masclah Burnout Inventory (MBI) yang terdiri dari dimensi kelelahan emosional, depersonalisasi, dan rendahnya penghargaan diri. Sementara itu untuk mengukur kinerja tenaga kesehatan, digunakan teori dari Mangkunegara (2017) yang terdiri dari 10 butir pertanyaan.

Secara statistik didapatkan hasil selama masa pandemi Covid-19 bahwa meskipun mereka bekerja sebagai garda terdepan dalam melayani masyarakat di masa pandemi Covid 19, namun tekanan pekerjaan yang mereka alami tidak tinggi, oleh karena itu kinerja mereka juga tetap optimal dalam melayani masyarakat di RSU Aisyiyah Ponorogo. Hal ini disebabkan karena pada saat penelitian ini dilakukan kasus Covid-19 di Ponorogo tergolong terkendali dengan baik dan pasien yang dirujuk ke rumah sakit ini pun masih tergolong dalam kondisi sedang hingga ringan sehingga tenaga kesehatan tidak mengalami stres kerja yang berat. Akan tetapi tetap harus diperhatikan bahwa perasaan takut terpapar,rasa bosan menjalani karantina karena khawatir membawa penyakit tersebut kepada keluarga di rumah serta pandangan negatif masyarakat tentang petugas kesehatan selalu tetap ada. Oleh karena stress yang dialami masih dalam kategori rendah maka burnout yang dialami pun juga masih rendah, meskipun demikian kemungkinan kelelahan emosional dari para tenaga kesehatan ini tetap perlu diperhatikan.

Masalah stres kerja dan burnout pada tenaga kesehatan tetap menjadi faktor penting yang tidak dapat diabaikan, karena secara individu dalam jangka panjang akan beresiko pada penurunan fokus dalam bekerja dan juga kualitas layanannya pada masyarakat. Menghadapi hal tersebut, sangat direkomendasikan manajemen rumah sakit tidak hanya memperhatikan faktor organisasi saja, namun juga individu dan pekerjaan yang terlibat di dalamnya.

Penulis : Tri Siwi Agustina , Putri Dian Rarastanti, Arif Fatah Hidayat

AGUSTINA, Tri Siwi; RARASTANTI, Putri Dian; HIDAYAT, Arif Fatah. Stress and Job Performance of Healthcare Workers amidst COVID-19 Pandemic: The Mediating Role of Burnout. Shirkah: Journal of Economics and Business, [S.l.], v. 6, n. 3, p. 315-335, dec. 2021. ISSN 2503-4243. Available at: <http://shirkah.or.id/new-ojs/index.php/home/article/view/379> doi:https://doi.org/10.22515/shirkah.v6i3.379.  

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp