Dokter Hewan Sebagai Klinisi Bayi Tabung, Kenapa Tidak!

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Prof. Dr. Widjiati, M.Si., drh. Guru Besar FKH UNAIR. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Dokter hewan adalah orang yang memiliki profesi di bidang kedokteran hewan, sertifikat kompetensi, dan kewenangan medik veteriner dalam melaksanakan pelayanan kesehatan hewan. Kompetensi seorang dokter hewan bisa dikembangkan dengan berkiprah di bidang medis yang lain, salah satunya adalah klinisi bayi tabung.

Sifat-sifat profesional seorang dokter hewan bisa bekerja di banyak bidang hingga super spesialis. Tentunya ditunjang dengan kompetensi  tertentu serta sikap profesional bekerja di klinik bayi tabung. Kompetensi sebagai klinisi emriologist bisa diperoleh dengan cara mengikuti suatu pelatihan ataupun course sampai dokter hewan mumpuni dan expert di bidang tersebut. 

Prof. Dr. Widjiati, M.Si., drh. dari Divisi Anatomi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (UNAIR) menjelaskan profesi  embryologist  adalah orang yang bekerja pada klinik bayi tabung manusia dengan tupoksi menghasilkan embrio yang siap ditransfer.

“Ini adalah salah satu lapangan pekerjaan bagi alumni FKH yang belum banyak diketahui dan diminati,” ungkap Prof.  Widjiati pada UNAIR NEWS (13/2).

Lulusan dokter hewan, sambungnya, juga berkompeten untuk  bekerja di klinik bayi tabung manusia, membantu pasien infertilitas dengan kompetensi yang dimiliki. Klinisi, tandasnya, harus memiliki  sertifikat sebagai Human Embryologist.

“Dokter hewan bisa mengikuti tahapan training untuk sampai mendapatkan sertifikat. Di Indonesia sudah ada lembaga yang mendidik dan melakukan training Human Embryologist,” jelas Guru Besar FKH UNAIR itu.

Prof.  Widjiati menjelaskan bahwa tanggung jawab profesi embriologist harus didasari dengan komitmen tinggi, karena untuk mendalami  perlu waktu ketrampilan yang tidak instan. Selain itu, mencintai  profesi dan kerjasama tim supaya bisa bekerja dengan nyaman, karena berhubungan bahan yang berukuran kecil serta mempunyai rasa empati yang  tinggi pada pasien.

Beberapa tugas klinisi embryologist:

  1. Melakukan berbagai prosedur medis embriologis, seperti analisis Kematangan Oosit dan fertilisasi in-vitro (IVF)
  2. Konseling kualitas oosit, embrio  dan prosedur ART (teknologi reproduksi yang dibantu)
  3. Membantu mengatasi masalah infertilitas menggunakan ART
  4. Mengoleksi oosit, memilih spermatozoa, melakukan pembuahan secara in vitro, menghasilkan embrio  dari pasien
  5. Memastikan bahwa sperma, embrio, dan oosit disimpan dan dirawat dengan benar di laboratorium

“Semoga kedepannya semakin banyak dokter hewan yang bisa menjadi profesional embriologist atau bayi tabung,” pungkasnya. (*)

Penulis: Muhammad Suryadiningrat

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp